Saya dan Frans kerap memberinya nasihat, agar ia beristirahat jika ia kelelahan, agar ia berobat rutin seperti yang dokter katakan dan menjaga kesehatan tubuhnya, toh Frans sudah mengatakan akan membantu biaya. Namun, tak satupun nasehat itu didengarnya.
Saya melihat, Meta adalah sosok sangat istimewa. Meskipun hidupnya sudah luluh lantak, tapi ia selalu positif dan berjiwa seluas langit. Melihat dan mendengarkan kisah hidup Meta, saya segera teringat pada ayah saya ketika beliau masih hidup.
Tidak terasa, belasan tahun sudah saya belajar kepada ayahku tentang bagaimana beliau bisa hidup seperti Meta itu, "berpura-pura" di depan banyak orang. Saya sangat inagt, ketika saya masih kecil, kadang beliau rela untuk tidak pergi ke dokter, menahan sakit, demi agar uang yang seharusnya dibayarkan ke dokter bisa beliau simpan untuk kami, anak-anaknya. Ia tak pernah mengeluh, meski sebenarnya ada begitu banyak beban berat di pundaknya. Di depan hampir semua orang, beliau selalu bisa menunjukkan tak pernah memiliki masalah ..... padahal ... Â tidak seperti itu lah kenyataan di rumah kami. Â
Ayahku adalah tipikal orang-orang kecil jaman dahulu yang bisa begitu sempurna menyimpan rahasia, tidak pernah membuka aib keluarga dan mampu tersenyum dan tertawa meskipun hatinya sedang sakit. Orang-orang jaman dahulu itu selalu memikirkan bagaimana mereka bisa berbuat baik terhadap sesama, meski diri sendiri menjadi korbannya. Pelajaran sangat indah, tetapi sangat sulit saya kerjakan ....saat ini. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H