Rabu siang  yang cerah, 22 Januari 2025, di lantai 5 Menara Astra, Jakarta, terasa hangat dengan hadirnya para penulis pemula hingga penulis berpengalaman yang berkumpul untuk mengikuti workshop bertajuk "Write Your Story" bersama Reda Gaudiamo. Sebagai seorang penulis sekaligus storyteller kawakan, Reda tidak hanya membagikan ilmu, tetapi juga membuka ruang kreatif bagi siapa saja yang ingin menulis kisahnya.
Workshop ini unik karena menggunakan pendekatan menulis yang ringan namun penuh makna.  Reda menggunakan buku kecil karangannya yang berjudul  " 286 Ide untuk Ceritamu.  Buku ini dibagikan saat saya mendaftar.
Secara singkat buku  286 ide ini merupakan ringkasan metode kreatif yang menggabungkan eksplorasi pengalaman pribadi, imajinasi, dan pengamatan visual dari hal-hal kecil di sekitar kita.Â
Dalam sesi ini, Reda mengajak peserta untuk menggali ide dari perjalanan mereka menuju tempat ini, refleksi tentang keluarga, hingga cerita yang terinspirasi dari gambar atau foto yang ditemukan di Instagram.
Mari kita lihat lebih dekat apa saja yang terjadi selama workshop tersebut dan bagaimana metode-metode ini membuat menulis terasa lebih mudah dan menyenangkan.
Sesi Pembuka: Menemukan Cerita di Perjalanan
Workshop dimulai dengan sebuah tantangan sederhana: menulis cerita pendek tentang perjalanan menuju Menara Astra pagi itu. "Kadang kita merasa perjalanan sehari-hari tidak istimewa, tapi sebenarnya ada banyak cerita kecil di dalamnya," ujar Reda membuka sesi.
Beberapa peserta berbagi pengalaman unik. Ada yang menceritakan suasana stasiun kereta yang ramai, keharuman kopi dari kios kecil di pinggir jalan, hingga interaksi singkat dengan pengemudi ojek online. Reda mengingatkan bahwa setiap momen adalah bahan cerita yang berharga, terutama jika kita memandangnya dengan sudut pandang yang berbeda.
Metode ini sederhana namun membuka pikiran. Reda menegaskan bahwa latihan menulis tidak selalu harus dimulai dari ide besar atau plot rumit. Sebuah cerita bisa dimulai dari satu momen kecil---seperti bunyi langkah kaki seseorang di trotoar atau obrolan ringan antara dua orang asing di halte bus.
"Yang penting adalah belajar menangkap momen dan membungkusnya dengan kata-kata," jelasnya.
Menggali Cerita Pribadi: Ayahku, Ibuku, dan Aku