Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Darvoz ke Dushanbe, Saksi Bisu Proyek OBOR Tiongkok di Tajikistan

14 Januari 2025   08:15 Diperbarui: 14 Januari 2025   18:47 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Islamic Republic of Afghanistan: dokpri

Setelah menikmati waktu yang menyenangkan  di Chorchaman Recreation Centre, perjalanan dilanjutkan  menuju Dushanbe melalui Kulob.

Pemandangan alam kembali menyuguhkan keindahan yang luar biasa. Diiringi gemuruh Sungai Panj dan panorama yang dramatis di sepanjang jalan, perjalanan ini menjadi salah satu penggalan pengalaman yang tak terlupakan dalam petualangan kami di Asia Tengah.

Terowongan Darvoz: Awal Kejutan Infrastruktur


Jalan raya yang mulus kembali menyambut kami.  Konvoi kendaraan melaju cepat dna sesekali menyusul truk gandeng yang mengangkut peti kemas besar dari Tiongkok.

Jalan mulus : dokpri
Jalan mulus : dokpri

Sekitar setengah jam berjalan  meninggalkan Chorchaman, kami bertemu dengan Terowongan Darvoz, sebuah terowongan yang tidak terlalu panjang dan menembus pegunungan  dan bukit yang serta tebing-tebing tinggi dengan warna kecokelatan. Khas pemandangan di Pegunungan Pamir .

Namanya tertulis jelas dengan aksara Kiril dalam bahasa Tajik di atas pintu masuknya. Meski tidak sepanjang terowongan besar lainnya, Darvoz Tunnel menjadi bukti bagaimana jalur pegunungan yang sebelumnya sulit ditembus kini menjadi lebih mudah diakses. Ini juga membuktikan kemajuan infrastruktur di Tajikistan, setidaknya dibandingkan dengan jalan jalan penuh tantangan yang sudah kami tempuh sebelumnya sejak perbatasan Kyrgyztan hingga Kalaikhum.

Setelah melewati terowongan ini, jalanan kembali menyusuri tebing curam di sisi Sungai Panj, menghadirkan pemandangan yang memukau.

Pesona Sungai Panj dan Perbatasan Afghanistan

Sungai Panj dan Afghanistan : dokpri 
Sungai Panj dan Afghanistan : dokpri 

Sungai Panj menjadi teman perjalanan sepanjang rute ini, dengan arusnya yang deras dan suara gemuruh air yang menemani kami di setiap tikungan. Sungai ini tidak hanya memisahkan Tajikistan dan Afghanistan, tetapi juga menyatukan pemandangan alam kedua negara menjadi lanskap yang harmonis.

Islamic Republic of Afghanistan: dokpri
Islamic Republic of Afghanistan: dokpri

Kami berhenti di sebuah titik di mana ada papan petunjuk bertuliskan Islamic Republic of Afghanistan. Dari sini, Afghanistan tampak begitu jelas, dengan pegunungan yang kokoh dan rumah-rumah kecil yang terlihat dari kejauhan. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan---kami mengambil foto dengan latar belakang Afghanistan. Saya pun sempat beberapa kali bergaya di sini dengan topi khas Pamir kombinasi warna merah dan hitam yang terus bertengger di kepala.

Mas Agus: dokpri
Mas Agus: dokpri

Salah satu momen yang paling mengesankan adalah saat   Mas Agus yang sedang sibuk memotret pemandangan. Sambil berdiri di pinggir jalan yang aman, ia mengarahkan kameranya untuk menangkap aliran deras Sungai Panj, sementara pegunungan Afghanistan menjadi latar belakang yang sempurna. Saya pun tak mau ketinggalan memotret Mas Agus dalam aksinya, menjadi bagian dari cerita perjalanan kami.

Jembatan : dokpri
Jembatan : dokpri

Selain itu, di sepanjang sungai, kami juga menemukan beberapa jembatan tua  yang menghubungkan dua sisi sungai. Beberapa di antaranya terlihat cukup tua, namun menambah keindahan lanskap yang kami lewati. Walaupun namanya jembatan, ternyata sama sekali tidak ada orang yang menyeberang.

Air Terjun Kecil di Tepi Jalan

Setelah kembali melanjutkan perjalanan berbelok belok di tepian sungai Amur Darya, kami menemukan sebuah air terjun  yang jatuh langsung ke tepi jalan. Gemericik airnya yang jernih dan segar mengundang kami untuk berhenti sejenak. Udara di sekitar sini terasa sangat sejuk, memberikan jeda yang menyenangkan di tengah perjalanan.

Air terjun di jalan : dokpri
Air terjun di jalan : dokpri

Kami berfoto di depan air terjun, merasakan percikan air yang dingin, dan menikmati momen sederhana yang membuat perjalanan ini semakin berkesan.

Hulbuk Fortress: Menggali Sejarah Tajikistan

Hulbuk fortress: dokpri
Hulbuk fortress: dokpri

Setelah beberapa jam perjalanan, kami tiba di Hulbuk Fortress, salah satu situs bersejarah yang terkenal di Tajikistan. Benteng ini dibangun pada abad ke-9 hingga ke-11 dan pernah menjadi pusat kekuasaan di wilayah selatan Tajikistan.  

Suasana sepi, hanya ada sebuah papan besar bertuliskan informasi dalam bahasa Tajik dengan aksara Kiril dan sedikit keterangan dalam bahasa Inggris.

Kompleks ini memiliki menara-menara tinggi dengan dinding bata yang berdiri megah di tengah pemandangan pegunungan. Selain itu, terdapat taman-taman yang terawat rapi dan museum kecil yang memamerkan artefak-artefak sejarah. 

Kami berjalan menyusuri dinding benteng, merasakan aura masa lalu yang begitu kental.

Mengucapkan Selamat Tinggal kepada Sungai Panj

Senja di perjalanan: dokpri
Senja di perjalanan: dokpri

Setelah meninggalkan Hulbuk Fortress, jalan mulai menanjak, membawa kami menjauh dari Sungai Panj yang telah menjadi teman setia sepanjang  sekitar 1400 km menyusuri perbatasan Tajik dan Afghan. 

Kami sempat berhenti untuk mengucapkan selamat tinggal, mengagumi arus derasnya untuk terakhir kalinya.  Langitnya yang biru berpadu cantik dengan rona lembayung senja yang hampir turun di cakrawala.

Terowongan Kathlon: Keajaiban Infrastruktur Modern

Sekitar pukul 19.30, kami tiba di Terowongan Kathlon, sebelumnya dikenal sebagai Chormagzak Tunnel. Terowongan sepanjang sekitar 5 kilometer ini dibangun pada tahun 2010 dengan bantuan Tiongkok. Sebelum adanya terowongan, jalan harus memutar puluhan kilometer melewati Chormagzak Pass.

Terowongan Kathlon: dokpri
Terowongan Kathlon: dokpri

Dengan pencahayaan dan sistem ventilasi modern, terowongan ini menjadi simbol perkembangan infrastruktur Tajikistan. Ketika kami melintasi terowongan ini, terasa betapa pentingnya peran proyek ini dalam mempermudah akses antar wilayah yang sebelumnya terisolasi.

Dushanbe: Kota Modern dalam  Gemerlap Malam

Dushanbe di waktu malam: dokpri 
Dushanbe di waktu malam: dokpri 

Sekitar pukul 21.30, kami tiba di Dushanbe, ibu kota Tajikistan. Kota ini langsung menyambut kami dengan jalan-jalan lebar yang dipenuhi lampu-lampu terang dan suasana urban yang semarak. Gedung-gedung pencakar langit mulai melambai mesra. Sudah lama rasanya tidak melihat gedung -gedung tinggi.

Suasana resto: dokpri
Suasana resto: dokpri

Kami langsung menuju sebuah restoran besar yang menyajikan makanan Uyghur, kuliner khas Asia Tengah yang kaya rasa dan rempah. Beberapa hidangan yang kami nikmat seperti Laghman dan samsa serta buah buahan segar memberi energi baru setelah perjalanan panjang sejak pagi hari.
Restoran ini memiliki suasana hangat dengan dekorasi tradisional Asia Tengah dengan sentuhan Tiongkok, membuat pengalaman makan malam kami semakin istimewa.

Menginap di Hotel Klasik

Setelah makan malam, kami menuju hotel dengan arsitektur klasik bergaya Soviet. Bangunannya tampak cantik dari luar, dengan warna hijau muda dan halaman luas tetapi beberapa fasilitas dan layanannya  tidak sesuai harapan.
Kami harus membawa koper sendiri ke lantai dua atau tiga tanpa bantuan staf, apalagi Maya dengan koper koper nya yang besar dan berat. Selain itu akses WiFi yang lambat menjadi tantangan tersendiri.  Padahal kami sudah sangat ingin kembali bersilancar di dunia maya setelah beberapa hari sempat hilang kontak dengan dunia luar.

Namun, suasana nostalgia dari hotel ini memberikan nuansa unik. Meski tidak sempurna, hotel ini tetap menjadi tempat yang nyaman untuk beristirahat setelah perjalanan panjang.

Perjalanan dari Chorchaman ke Dushanbe melalui Kulob dan Danghara ini menghadirkan keindahan alam dan sejarah yang luar biasa. Dari Sungai Panj yang deras, air terjun kecil yang menyegarkan, hingga benteng bersejarah Hulbuk, semuanya memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

 Infrastruktur modern seperti Darvoz Tunnel dan Kathlon Tunnel menegaskan bahwa Tajikistan sedang bergerak maju tanpa melupakan keindahan alaminya.
Yang membuat perjalanan ini lebih istimewa adalah momen-momen kecil, seperti saat Mas Agus sibuk memotret pemandangan atau saat kami bercanda di depan papan penunjuk perbatasan Afghanistan. Hal-hal sederhana ini membuat perjalanan terasa lebih hidup dan bermakna.

Dushanbe menjadi akhir yang sempurna untuk perjalanan kami hari itu. Kuliner lezat, suasana kota yang gemerlap, dan keindahan alam Tajikistan membuat kami merasa puas. Negara ini adalah destinasi yang penuh kejutan, menawarkan kombinasi antara petualangan, sejarah, dan budaya yang tak akan terlupakan.

Video nya ada di sini :


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun