Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kejujuran dan Menghargai Uang di Jepang

9 Januari 2025   05:40 Diperbarui: 9 Januari 2025   06:03 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu kejadian paling menyakitkan adalah ketika kita memberi uang kepada parkir liar di Indomaret sebesar Dua ribu rupiah dengan menggunakan uang logam seratus dan dua ratus rupiah. Tetapi bukannya diterima dengan baik, tetapi dengan kasar tukang parkir liar itu membuang uang tersebut.  

Betapa tidak berbudaya nya sang tukang parkir liar dibandingkan dengan pengalaman yang saya dapatkan dalam beberapa kali kunjungan ke Jepang, negeri yang sering kita anggap tidak religius ini. Begini kisahnya.


Salah satu kunci kemajuan Jepang yang sering menjadi sorotan adalah budaya kejujuran yang meresap dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Salah satu manifestasi nyata dari budaya ini adalah penghormatan terhadap uang, baik dari segi penggunaannya maupun keakuratannya dalam transaksi sehari-hari. Hal ini tidak hanya tercermin dalam sistem mata uang yang sederhana dan efisien, tetapi juga dalam cara masyarakat Jepang berinteraksi dengan uang tunai di berbagai situasi.

1000 Yen lama dna baru : dokpri
1000 Yen lama dna baru : dokpri


Sejarah Yen sebagai Mata Uang Nasional

Yen pertama kali ditetapkan sebagai mata uang resmi Jepang pada masa Restorasi Meiji, tepatnya pada Juni 1871, menggantikan berbagai jenis mata uang lokal yang sebelumnya digunakan selama periode Keshogunan Tokugawa. Pembentukan yen bertujuan untuk menyederhanakan sistem moneter Jepang agar lebih sesuai dengan standar internasional, terutama setelah Jepang membuka diri terhadap dunia luar.

Sejak saat itu, yen menjadi simbol modernisasi ekonomi Jepang. Dalam perjalanannya, mata uang ini tidak hanya menjadi alat tukar, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya Jepang, seperti efisiensi, kejujuran, dan penghormatan terhadap nilai uang.

Penghormatan terhadap Uang dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan Uang Tunai yang Masih Dominan

Meskipun Jepang adalah salah satu negara paling maju di dunia dalam bidang teknologi, penghormatan terhadap uang tunai tetap terjaga. Di berbagai negara lain, transaksi non-tunai melalui kartu kredit atau aplikasi pembayaran digital telah mendominasi. Namun, di Jepang, uang tunai masih menjadi alat pembayaran utama dalam banyak situasi.

Anda masih bisa membeli tiket bus, trem, atau kereta menggunakan uang tunai. Mesin-mesin pembayaran di tempat umum seperti stasiun kereta atau halte bus tidak hanya menerima kartu elektronik tetapi juga uang kertas dan koin, lengkap dengan kembalian yang akurat. Bahkan di supermarket, restoran, atau toko serba ada, mesin kasir otomatis memungkinkan pelanggan membayar dengan uang tunai tanpa perlu khawatir tentang salah perhitungan atau kembalian yang kurang.

Hal ini menunjukkan bagaimana Jepang menjaga keseimbangan antara modernitas dan tradisi. Keberadaan uang tunai sebagai opsi pembayaran adalah bentuk penghormatan terhadap keragaman kebutuhan masyarakat, termasuk mereka yang mungkin tidak terbiasa atau tidak nyaman dengan metode pembayaran elektronik.

Mesin Kasir yang Transparan dan Efisien

Salah satu inovasi yang mendukung kejujuran dalam transaksi di Jepang adalah mesin kasir otomatis yang bisa menerima uang kertas maupun uang koin. Mesin ini menghitung total pembayaran secara tepat dan memberikan kembalian hingga yen terakhir. Tidak hanya praktis, sistem ini juga menghilangkan kekhawatiran akan kesalahan perhitungan yang sering terjadi dalam transaksi manual.

Sebagai contoh, jika Anda makan di restoran dan membayar dengan uang tunai, Anda hanya perlu memasukkan uang ke dalam mesin kasir, dan mesin akan memberikan kembalian sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Hal ini membuat pelanggan merasa dihormati dan percaya bahwa hak mereka benar-benar dihargai.

Keunggulan Sistem Uang di Jepang

Denominasi yang Sederhana dan Praktis

Sistem denominasi yen dirancang untuk memudahkan pengguna. Uang kertas hanya terdiri dari tiga nilai utama: 1.000, 5.000, dan 10.000. Sementara itu, uang logam memiliki nilai mulai dari 1 hingga 500. Tidak adanya denominasi yang terlalu kecil atau pecahan desimal membuat sistem ini sangat praktis dan meminimalkan kebingungan dalam perhitungan.

Harga yang Selalu Jelas

Harga di Jepang tidak pernah menggunakan angka yang rumit seperti 18.999 atau 791,50. Semua harga disesuaikan dengan denominasi terkecil, yaitu 1. Jika suatu barang dijual dengan harga 791, maka pelanggan hanya perlu membayar jumlah itu, dan kembalian diberikan secara akurat. Tidak ada pembulatan yang merugikan pelanggan atau menguntungkan penjual secara sepihak.

Sebaliknya, di banyak negara, termasuk Indonesia, pembulatan harga adalah hal yang umum. Misalnya, barang dengan harga Rp28.900 sering dibulatkan menjadi Rp29.000, atau harga bensin Rp18.200 dibulatkan menjadi Rp19.000. Pembulatan semacam ini, meskipun terlihat sepele, sering kali merugikan pelanggan dan menciptakan ketidakpercayaan dalam sistem transaksi.

Uang Kembalian yang Selalu Ada

Di Jepang, pelanggan tidak perlu khawatir tentang uang kembalian yang kurang. Sistem kasir otomatis, baik di stasiun kereta, supermarket, maupun restoran, dirancang untuk memberikan kembalian dengan akurat, bahkan jika jumlahnya hanya 1. Supir taksi juga memastikan kembalian diberikan hingga yen terakhir, tanpa pembulatan ke atas atau ke bawah.

Bandingkan dengan di Indonesia, di mana praktik memberikan kembalian dalam bentuk permen sempat menjadi sorotan publik. Hal ini tidak hanya dianggap tidak profesional, tetapi juga mencerminkan kurangnya penghormatan terhadap hak pelanggan.

Mengapa Jepang Masih Menghargai Uang Tunai?

Ada beberapa alasan mengapa Jepang masih mempertahankan uang tunai sebagai alat pembayaran utama:

1.Kepercayaan yang Tinggi: Sistem tunai memungkinkan transparansi dalam transaksi dan memberikan rasa aman kepada pelanggan.

2.Kemudahan untuk Semua Kalangan: Tidak semua orang terbiasa dengan teknologi pembayaran digital. Keberadaan uang tunai memastikan inklusi bagi seluruh lapisan masyarakat.

3.Menghargai Tradisi: Meskipun modernisasi terus berkembang, Jepang tetap menghormati tradisi, termasuk dalam cara mereka bertransaksi.

Pelajaran dari Jepang untuk Indonesia

Indonesia dapat belajar banyak dari cara Jepang menghormati uang dan menerapkan kejujuran dalam transaksi. 

Beberapa hal yang bisa diadopsi adalah:

*Menghilangkan Praktik Pembulatan: Harga barang di Indonesia sering kali dibulatkan ke atas, yang dapat merugikan pelanggan. Sistem yang lebih transparan seperti di Jepang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
*Peningkatan Penggunaan Mesin Kasir Otomatis: Mesin kasir yang bisa menghitung total pembayaran dan memberikan kembalian dengan akurat akan membantu menciptakan budaya kejujuran dalam transaksi.
*Penghormatan terhadap Uang Koin: Banyak masyarakat Indonesia yang menganggap uang koin tidak berharga. Dengan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya koin, Indonesia bisa menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan efisien.

Kesimpulan

Jepang adalah contoh nyata bagaimana kejujuran dan penghormatan terhadap uang bisa mencerminkan budaya yang maju dan beradab. Dari sejarah yen yang ditetapkan pada 1871 hingga penggunaannya dalam transaksi modern, Jepang telah menunjukkan bahwa menghormati nilai uang adalah bagian penting dari kehidupan yang jujur dan transparan.

Dengan belajar dari Jepang, Indonesia memiliki peluang untuk menciptakan budaya transaksi yang lebih baik, di mana setiap nilai uang dihargai dan hak pelanggan dihormati. Kejujuran dalam hal sekecil apa pun, termasuk transaksi, adalah langkah penting menuju masyarakat yang lebih adil dan bermartabat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun