Setiap kali saya berkunjung ke Yogyakarta, ada satu ritual kecil yang selalu saya lakukan: berjalan kaki ke ATM BNI di depan Titik Nol Kilometer untuk menarik uang pecahan Rp20.000.
Meski terlihat sederhana, pengalaman ini selalu membawa saya pada kenangan tentang perkembangan teknologi perbankan di Indonesia, khususnya mesin ATM yang telah berevolusi dari waktu ke waktu.
ATM yang unik ini menghadirkan nostalgia karena menyediakan pecahan kecil, sesuatu yang semakin jarang ditemukan di masa kini, di mana kebanyakan mesin ATM hanya menawarkan pecahan besar seperti Rp50.000 atau Rp100.000.
Setiap kali saya menarik uang di sana, saya merasa terhubung dengan sejarah panjang mesin ATM di Indonesia.
Sejarah Mesin ATM di Indonesia: Dari Penarikan Tunai ke Layanan Multifungsi
Mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986 oleh Bank Niaga, yang sekarang dikenal sebagai CIMB Niaga.
Pada masa awalnya, ATM hanya dapat digunakan untuk satu fungsi utama: menarik uang tunai. Layanan ini menjadi inovasi besar yang memudahkan nasabah, terutama karena tidak lagi harus mengantri di teller bank untuk mengambil uang.
Pada dekade berikutnya, fungsi ATM berkembang pesat. Mesin-mesin ini mulai dapat digunakan untuk berbagai keperluan lain, seperti transfer antar-rekening, pembayaran tagihan, pembelian pulsa, dan bahkan mencetak mutasi rekening.
Perkembangan ini didukung oleh teknologi yang semakin maju, serta meningkatnya kebutuhan nasabah akan kemudahan dalam melakukan transaksi perbankan.
Evolusi Pecahan Uang di ATM