Pada awalnya, ATM hanya menyediakan pecahan uang yang kecil, sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat pada era tersebut. Berikut adalah evolusi nominal uang di ATM Indonesia:
1. 1986: Pecahan terbesar yang tersedia di ATM Bank Niaga adalah Rp10.000, sementara beberapa mesin juga menyediakan pecahan Rp5.000.
2. 1992: Pecahan Rp20.000 mulai diperkenalkan setelah Bank Indonesia meluncurkan uang dengan nominal tersebut.
3. 1993: Pecahan Rp50.000 mulai masuk ke ATM, memberikan opsi lebih besar bagi nasabah.
4. 1999: Pecahan Rp100.000 diluncurkan dan segera menjadi standar di banyak mesin ATM untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan nominal besar.
Seiring waktu, mesin ATM cenderung menyediakan pecahan yang lebih besar untuk efisiensi operasional. Namun, beberapa mesin, seperti ATM BNI di depan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, tetap mempertahankan pecahan kecil seperti Rp20.000 untuk memenuhi kebutuhan spesifik masyarakat setempat.
Pengalaman Pertama Menggunakan ATM di Luar Negeri
Pengalaman pertama saya menggunakan ATM terjadi di luar negeri, tepatnya di Los Angeles.
Saat itu, saya menggunakan kartu Citibank untuk menarik uang dalam pecahan $20. Berbeda dengan sekarang, saat itu PIN ATM masih menggunakan 4 digit, yang kemudian berkembang menjadi 6 digit seperti standar yang umum saat ini.
Menarik uang di luar negeri melalui ATM adalah pengalaman yang membuka wawasan. Teknologi ini memungkinkan akses ke uang tunai dalam mata uang lokal tanpa perlu membawa banyak uang tunai dari rumah, suatu hal yang pada masa itu sangat membantu para pelancong.
ATM Pecahan Kecil: Kenangan yang Mulai Langka