Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesan Moral Berbahasa Jawa di Museum Piramida

2 Januari 2025   20:01 Diperbarui: 2 Januari 2025   20:01 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum History of Java, yang berlokasi di Jalan Parangtritis KM 5.5, Bantul, Yogyakarta, adalah destinasi wisata sejarah yang menawarkan pengalaman unik yang menggabungkan  teknologi modern dengan sentuhan sejarah dan  budaya Jawa yang mendalam. Yuk kita ikuti kisahnya.

Perjalanan saya ke museum ini dimulai dengan menaiki ojol dari pusat kota Yogyakarta. Ketika tiba, saya langsung terpesona oleh arsitekturnya yang unik, sebuah bangunan megah berbentuk piramida yang sekilas mirip versi piramida Giza dalam bentuk mini.  Di depan kaki piramida ini, terpampang gagah tulisan "Museum History of Java."

Punakawan: dokpri
Punakawan: dokpri

Keunikan Awal: Nama Museum dan Empat Punakawan
Melewati halamannya yang luas, saya sampai ke museum ini sekitar pukul 9.15 pagi.  Suasana masih sepi, saya hanya melihat dua pengunjung lain yang sedang duduk menunggu museum dibuka.   Sambil menunggu, saya sekedar berjalan-jalan sambil melihat-lihat suasana sekitar.
Di dinding museum di dekat pintu masuk, ada nama museum berhiaskan gambar empat punakawan: Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Sosok Punakawan ini seakan menyambut para pengunjung dan mengisyaratkan nilai-nilai kebijaksanaan dan kearifan lokal terkandung dalam budaya Jawa.

AR dan museum : dokpri
AR dan museum : dokpri

Saya merasa bahwa museum ini tidak hanya menawarkan sejarah, tetapi juga menggambarkan filosofi kehidupan Jawa.  
Di sebelahnya ada lagi papan informasi berisi teknis dan langkah langkah menggunakan teknologi AR untuk menghadirkan pengalaman yang lebih realistis ketika berkunjung. "The First indonesian modern museum with IT support," demikian tertulis di dinding itu.
Informasi ini menjelaskan adanya gambar Candi Prambanan dan nekara yang dapat dibuat seakan-akan hidup melalui teknologi ini, membuat sejarah terasa lebih hidup dan nyata. Melalui AR, pengunjung dapat melihat bagaimana candi dibangun atau mendalami fungsi nekara dalam kehidupan masa lampau.

Pesan bahasa Jawa: dokpri
Pesan bahasa Jawa: dokpri

Pesan Moral dalam Tulisan berbahasa Jawa
Masih di dinding ini,  saya menemukan sebuah papan dengan tulisan berbahasa Jawa yang penuh makna. Tulisan ini memberikan pesan moral mendalam, mengingatkan pengunjung untuk menjalani hidup dengan nilai-nilai luhur.
"Ayo padha diwaca, luur apik banget.
Manungsa kuwi dititah padha,
nanging yen masalah banda, dijatah beda.
mula manungsa iku, wajibe mung upaya karo ndonga.
Entuk rejeki sepira, atine sing nrima. ora usah meri, karo kanca.
sa padha-padha. akeh wong stres, mergo uripe ora beres.
rina wengi mung mburu donya, njur lali karo agama.
aja padha nggresula, mundhak gelis tuwa.
Wong yen nrima, uripe dawa. wong sulaya, uripe rekasa.
wong sing sabar, rejekine bakal jamber.
wong yen ngalah, uripe bakal barokah.
sapa sing jujur, uripe bakal makmur.
Sapa sing tlaten, tembe mburi bakal panen.
wong sing sombong, amale bakal kobong.
zamane wis zaman tuwa, aja mbalela marang agama.
wis angel ditata tuntunan agama.
Senenenge malah padha gawa dosa, tumindake nista
saben dina padha ora krasa.
Suwung, sitik-sitik ora ketara, suwe-suwe dadi cetha.
saben wayahe wong tumindak dosa, dilakoni saben dina.
dosa kadang-kadang ora krasa.
Kesalahan wis kulina, sing padha ati-ati lan waspada.
menawa sirna, ngobrol karo kanca.
rasani langga, ngeloni kang duwe lya.
kadang ra rumangsa, awake gawe dosa.
Mumpung durung telat, enggal-enggal padha tobat.
mumpung ning akherat, sirah mbesok nampak azab.
mumpung dosa sepele kang ora dirasakake,
ning akhire kabeh akibat marang awake dhewe.
Mumpung isih urip, ngibadhaha kanthi tertib.
elinga yen wes mati, ora bakal isa bali.
mumpung isih waras, ibadhaha kanthi ikhlas.
mumpung isih longgar, ibadhaha kanthi sabar.
Ngelingana yen wes lara, ora bisa apa-apa.
ngelingana yen wes mati, ora bakal isa ambal bali."

Di bagian bawah ada tulisan Ngayogyakarto, 8 Juli 2019 dan juga tanda tangan lengkap dengan nama Koh Hwat.   Saya sendiri sempat bertanya dalam hati siapakah sosok Koh Hwat ini?

Awal Perjalanan: Menonton Film Dokumenter Prasejarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun