Langit biru yang jernih membentang di atas Alichur, sebuah desa kecil di dataran tinggi Pamir, Tajikistan. Angin dingin yang menggigit membuat Reza, seorang petualang asal Indonesia, membenamkan tangan ke dalam saku jaketnya. Ia telah melewati jalan berliku Pamir Highway selama dua minggu, tetapi pemandangan di Alichur membuat lelahnya sirna. Pegunungan yang menjulang, hamparan padang rumput yang luas, dan kehidupan sederhana masyarakat etnik Kyrgyz yang tinggal di sini membawanya ke dunia yang terasa asing, namun menenangkan.
Namun, Reza tidak tahu bahwa perjalanannya kali ini akan mengubah hatinya selamanya.
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama Reza dengan gadis Kyrgyz bernama Ayzhamal terjadi di pasar kecil di tengah desa. Ayzhamal sedang menjual susu kuda fermentasi, kumis, ketika Reza menghampiri. Ia tertarik mencicipi minuman khas itu, meskipun perutnya belum sepenuhnya yakin.
" ? (Kancha turat?)" tanya Reza, mencoba berbicara dalam bahasa Kyrgyz yang baru saja ia pelajari dari buku panduan.
Ayzhamal menatapnya dengan alis terangkat, lalu tertawa kecil. " ? (Ty govorish na kyrgyzskom?) Kamu bisa bahasa Kyrgyz?" tanyanya dalam bahasa Rusia.
". (Nemnogo.) Sedikit," jawab Reza canggung. "Saya dari Indonesia."
Ayzhamal tersenyum lebar. "Nama saya Ayzhamal," katanya dalam bahasa Rusia, melanjutkan dengan sopan. "Minumlah, kumis ini baik untuk kesehatan."
Rasa kumis yang asam membuat Reza mengerutkan dahi, tetapi senyum Ayzhamal membuatnya tetap meminum hingga tetes terakhir. Dari percakapan singkat itu, Reza tahu bahwa Ayzhamal adalah putri seorang penggembala ternak di Alichur. Ia menjual hasil ternak keluarganya di pasar dan juga membuat karpet tradisional yang indah.
Hari-hari berikutnya, Reza sering bertemu Ayzhamal. Ia mengajarinya bahasa Kyrgyz dasar, sementara Reza berbagi cerita tentang Indonesia, negara tropis yang begitu jauh dari salju abadi di Pamir. Keduanya semakin dekat, hingga perasaan cinta mulai tumbuh dalam hati Reza.
Namun, hubungan mereka tidak berjalan mulus. Kabar kedekatan Reza dan Ayzhamal menyebar di desa, dan tidak semua orang menyambutnya dengan hangat. Salah satu yang paling terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya adalah Maksat, pemuda Kyrgyz setempat yang sudah lama menyukai Ayzhamal.
Suatu sore, Maksat menghampiri Reza di luar rumah tamu tempatnya menginap. Dengan wajah tegang, ia berbicara dalam bahasa Rusia.
" . ? (Ty ne prinadlezhish syuda. Zachem ty zdes?) Kau bukan bagian dari tempat ini. Kenapa kau di sini?"
Reza, yang tidak sepenuhnya memahami maksud Maksat, hanya menjawab dengan nada tenang.Â
" . . (Ya puteshestvennik. Mne nravitsya vash narod.) Saya hanya seorang petualang. Saya menyukai masyarakat di sini."