Bus Transjakarta no 2 tiba di Halte Gambir 2 tepat di Jalan Silang Monas Tenggara. Saya melirik jam tangan saya, waktu menunjukkan sekitar pukul 9.45 pagi. Awan hitam menggantung di langit Jakarta dan hujan rintik-rintik mulai turun membasahi bumi. Untung saya sudah menyiapkan payung lipat di tas hitam kecil  yang selalu menemani sesuai kata bijak "Sediakan payung sebelum hujan."
Tugu Monas yang megah menjulang tampak di kejauhan, di tengah hujan rintik dan angin yang cukup kencang saya berjalan menuju Plaza Selatan Monas. Pemandangan yang tidak biasa menyambut sudah. Deretan puluhan atau bahkan ratusan bus TransJakarta warna biru putih berbaris rapi. Â
Sebuah tenda dan panggung warna putih sudah tampak di kejauhan menanti, sementara saya berjalan sendiri di tengah hujan rintik dan hembusan angin. Setelah melakukan registrasi saya duduk di kursi warna putih berhiaskan kotak warna coklat tua berisi penganan pengganjal perut. Â
Deretan kamera sudah siap mengabadikan rangkaian upacara sementara kursi-kursi baru sekitar setengahnya terisi. Sejenak saya melihat kembali daftar rundown acara yang rencananya akan dimulai tepat jam 10 pagi. Â Di dekat panggung, pembawa acara sudah siap dan juga ada beberapa orang dengan kostum penari tradisional Betawi yang berwarna ceria, dominan warna biru langit dan merah dadu.
Tidak lama kemudian gladi resik diselenggarakan dengan lancar dan cepat. Dan tidak terasa kursi di depan saya mulai terisi. Sambil menunggu acara dimulai, saya dan Vladimir terlibat dalam percakapan yang menarik mengenai kisah perjalanan kami. Saya juga sempat sekilas berkisah tentang pengalaman saya naik Transmilenio di Bogota yang menginspirasi Bang Yos untuk membuat TransJakarta.
Akhirnya acara resmi pun dimulai. Dan dengan ini Jakarta kembali mencatat salah satu tonggak sejarah baru dalam transportasi publik. Pada 10 Desember 2024, TransJakarta luncurkan 200 bus listrik baru di Monumen Nasional (Monas). Acara ini menandai langkah besar menuju elektrifikasi penuh armada TransJakarta pada tahun 2030.
Dihadiri oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Penjabat Gubernur Jakarta Teguh Setyabudi, dan Direktur Utama TransJakarta Welfizon Yuza, peluncuran ini menunjukkan komitmen Jakarta untuk mewujudkan transportasi publik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tarian Betawi dan Sambutan Pejabat
Acara dimulai dengan Tarian Betawi, menampilkan keindahan budaya lokal yang menjadi ciri khas ibu kota. Setelah itu, doa bersama dilantunkan untuk memohon kelancaran proyek besar ini.Â
Sambutan dari Direktur Utama TransJakarta, Welfizon Yuza, memberikan laporan tentang kemajuan armada bus listrik dan dampaknya terhadap lingkungan. Penjabat Gubernur Teguh Setyabudi menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi antara pemerintah daerah, operator, dan mitra teknologi untuk menghadirkan layanan yang lebih baik bagi masyarakat Jakarta.
Detail Armada Bus Listrik
Dalam laporannya, direktur utama TransJakarta merinci pengadaan Armada 200 bus listrik yang  bekerja sama dengan tiga operator utama, yaitu:
Perum DAMRI mengoperasikan 90 unit, yang terdiri dari 60 bus Skywell dan 30 bus Zhongtong.
PT Bianglala Metropolitan juga menghadirkan 90 unit, dengan komposisi serupa.
PT Sinar Jaya memperkenalkan 20 unit bus listrik dari PT VKTR Teknologi Mobilitas, hasil rakitan lokal melalui Karoseri Laksana dan VKTR Sakti. Â
"Yang ada kode DMR pada badan bus menunjukkan bahwa bus itu milik DAMRI," demikian penjelasan Vladimir kepada saya sambil menunjuk deretan bus di belakang panggung. Â
Bus-bus ini dirancang dengan model high deck atau Bus Rapid Transit (BRT), dilengkapi fasilitas ramah lingkungan dan aksesibilitas yang memadai untuk penyandang disabilitas. Armada ini akan melayani rute utama seperti Koridor 2 (Monumen Nasional-Pulogadung) dan Koridor 8 (Lebak Bulus-Pasar Baru), serta tersebar di beberapa koridor lainnya. Direncanakan bus-bus baru ini akan mulai beroperasi pada 11 Desember sekaligus meningkatkan layanan kepada pengguna TransJakarta.
Baru saya sadar bahwa ternyata DAMRI memiliki kontribusi yang cukup signifikan pada perkembangan dan kemajuan TransJakarta, khususnya pada proses elektrifikasi armada. Hal ini  dan terbukti dari jumlah bus listrik yang dipersiapkan oleh DAMRI.
Saya juga langsung teringat dengan nama besar DAMRI yang  sudah melegenda dalam kancah transpirasi umum di negeri ini. Bahkan jauh sebelum adanya BRT.
DAMRI yang merupakan singkatan dari Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia sudah melayani masyarakat sejak tahun 1946, hampir sama usianya dengan Republik ini. Â
Saya sendiri sudah mengenal DAMRI sejak cukup lama, sejak  armadanya  mulai melayani layanan ke Bandara Soekarno-Hatta pas tahun 1980-an dna ongkosnya masih Rp. 2000.  Dan juga di berbagai kota lain sebagai angkutan bus kota yang melayani  berbagai tujuan, bahkan saya ingat pernah naik bus DAMRI dari bandara Branti ke pusat kota Tanjung Karang (Bandar Lampung ) dengan ongkos hanya Rp. 25.  Juga di sekitar tahun 1980-an.
Kiprah DAMRI sendiri bukan hanya di dalam negeri. Saya bahkan pernah melihat armadanya melayani angkutan lintas batas dari  Pontianak menuju Bandar Seri Begawan di akhir abad ke 20.  Bahkan salah satu judul buku karangan saya mengenai kisah-kisah si Brunei Darussalam adalah "Naik Bus DAMRI ke Sekolah Cina."
Pada kesempatan ini pula, melalui press release tertanggal 11 Desember 2024, Direktur Utama DAMRI, Setia N. Milatia Moemin mengungkapkan rasa  bangga bahwa DAMRI dapat mewujudkan komitmen untuk mengoperasikan 90 unit bus listrik di tahun 2024.
"Peluncuran bus listrik baru ini menggenapkan 26 unit yang sebelumnya telah diluncurkan pada 22 Desember 2023. Kini di tahun 2024 DAMRI dapat mengoperasikan 116 unit bus listrik di koridor PT Transportasi Jakarta," lanjutnya.
Inisiatif ini didukung oleh infrastruktur yang memadai dan teruji. DAMRI memiliki 35 "charging station" yang terletak di Depo DAMRI Klender 9 dan Depo DAMRI Pupar Cakung masing-masing 9 dan 26 unit.
"Fasilitas ini mampu mengisi daya penuh pada 1 (satu) unit bus listrik maksimal selama 2 (dua) jam dengan daya kapasitas baterai bus listrik 350 kWh dan kapabilitas penggunaan pada unit maksimal mencapai 250 km," demikian tambah  Setia.
DAMRI sebagai BUMN Transportasi telah menunjukkan komitmennya untuk terus berinovasi dan mendukung program pemerintah dalam percepatan penggunaan kendaraan listrik. Kehadiran 90 unit bis listrik ini bukan hanya sekadar peluncuran teknologi baru, tetapi juga merupakan langkah nyata dalam mewujudkan misi besar Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060.
Wakil Menteri BUMN RI Kartika Wirjoatmodjo pun menyampaikan rasa bangga dan bahagia atas kontribusi besar DAMRI.
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada DAMRI atas kerja keras dan komitmennya dalam mewujudkan inovasi ini. Kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, produsen kendaraan listrik, hingga mitra strategis lainnya, adalah bukti bahwa bersama-sama kita dapat mewujudkan visi besar bangsa," demikian sambutan Pak Wamen pada acara di Monas itu.
Transformasi Transportasi Jakarta
Jika kita mundur ke awal 2000-an, TransJakarta bukanlah layanan seperti sekarang. Program ini terinspirasi dari sistem TransMilenio di Bogot, Kolombia. Pada saat itu, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, atau Bang Yos, melakukan studi banding langsung ke Bogot untuk memahami sistem Bus Rapid Transit (BRT) yang terbukti sukses. TransJakarta akhirnya diresmikan pada tahun 2004 sebagai sistem BRT pertama di Asia Tenggara.
Namun, awal perjalanan Trans Jakarta tidak mudah. Mulai dari masalah manajemen hingga kualitas layanan, sistem ini sempat terseok-seok menghadapi kritik. Jumlah bus yang belum memadai dan banyaknya hambatan di perjalanan membuat waktu tunggu yang lama dan menumpuknya penumpang. Kini, dua dekade kemudian, Trans Jakarta tidak hanya bertahan tetapi juga tumbuh menjadi salah satu sistem transportasi BRT terpanjang di dunia, dengan belasan koridor utama dan jalur pengumpan yang mencakup sebagian besar Jakarta dan sekitarnya.
Pengalaman Penulis di TransMilenio dan TransJakarta
Sebagai penggemar transportasi umum, saya pernah mencoba berbagai sistem BRT, baik TransMilenio di Bogot, maupun di Xiamen dengan jalur layang serta di Istanbul dengan sistem yang melawan arah dan menghubungkan Asia dan Eropa.
Transmilenio  di Bogota cukup sukses dan mengesankan, terutama dengan adanya bus bi-articulated (bus gandeng tiga) yang mampu mengangkut lebih banyak penumpang. Bus gandeng tiga ini lalu lalang di jalur utama ke berbagai penjuru ibukota Kolombia itu.
Halte Transmilenio juga cukup besar dan luas sehingga mampu melayani jumlah pengguna yang cukup besar dalam waktu yang bersamaan.Â
Namun, pengalaman di Bogota  juga menunjukkan masih banyak hal yang harus ditingkatkan. Salah satunya adalah banyak  pengamen dan pedagang yang masuk ke dalam bus, serta masalah keamanan dan banyaknya penumpang yang masuk tanpa menggunakan tiket.
Sebaliknya, TransJakarta terus memperbaiki diri. Sistem tiket elektronik dan pengawasan yang ketat mampu mencegah penumpang masuk tanpa membayar. Tidak ada pengamen atau pedagang di dalam bus, dan kebersihan di halte serta armada dijaga dengan baik. Belum lagi peningkatan fasilitas di halte-halte utama terus dilakukan di seantero jaringan TransJakarta.
Tambahan 200 bus  listrik yang baru ini dipastikan menambah kenyamanan, dengan interior modern, sistem pendingin udara yang efisien, tentunya akan menghadirkan pengalaman  perjalanan yang lebih tenang tanpa suara mesin konvensional.
Keliling Monas dengan Bus Listrik
Salah satu momen terbaik dari acara peluncuran ini adalah kesempatan untuk mencoba langsung bus listrik baru. Setelah seremonial selesai, para tamu diajak masuk ke dalam bus terlebih dahulu mencoba bagaimana rasanya naik bus listrik ini.. Bus kemudian bergerak mengelilingi kawasan Monas, memberikan pengalaman unik menikmati kenyamanan bus listrik.
Pemandangan Monas yang megah dari balik jendela bus, ditambah dengan suasana interior yang bersih dan nyaman, membuat perjalanan ini terasa spesial. Saya membayangkan bagaimana layanan ini akan membawa dampak positif bagi jutaan penumpang TransJakarta setiap harinya.
Sebelumnya saya juga sempat masuk ke bus Skywell yang sedang berhenti dan berbincang dengan bapak pengemudinya. Â Tidak jauh saya juga sempat melihat beberapa orang dengan seragam skywell yang berbicara bahasa Mandarin. Ini langsung menjawab pertanyaan saya mengenai asal bus ini. Â Kalau merek Zhongtong sudah lebih dahulu terkenal di armada TransJakarta. Â Kami juga sempat berfoto bersama pak sopir yang kelihatan gagah dengan peci dan jas hitamnya. Â
Keunggulan Bus Listrik TransJakarta
Selain ramah lingkungan, bus listrik ini memiliki sejumlah keunggulan:
Efisiensi biaya operasional: Penghematan subsidi BBM hingga 18-20%.
Pengurangan emisi karbon: Diperkirakan mencapai 420.000 ton per tahun.
Kenyamanan dan kebersihan: Desain interior modern dan perawatan yang baik.
Dukungan teknologi lokal: Melalui kerja sama dengan Karoseri Laksana dan VKTR Sakti.
Kesimpulan
Peluncuran 200 bus listrik ini bukan sekadar tambahan armada, melainkan tonggak perubahan besar dalam transportasi Jakarta. Langkah ini memperkuat posisi TransJakarta sebagai pelopor sistem BRT ramah lingkungan yang terus berinovasi.
Dari pengalaman keliling Monas dengan bus listrik hingga melihat langsung komitmen pemerintah dan mitra operator, saya yakin TransJakarta sedang menuju masa depan yang lebih cerah. Semoga keberhasilan ini menginspirasi kota-kota lain di Indonesia untuk mengikuti jejak yang sama.
Sekitar pukul 12.30 kami meninggalkan lokasi. Uniknya hujan rintik mulai turun kembali sementara hujan sempat reda ketika rangkaian upacara berlangsung. Â
Semoga TransJakarta dan DAMRI sebagai salah satu mitra utama terus sukses dan memberikan layanan transportasi publik yang kian ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H