Sambutan dari Direktur Utama TransJakarta, Welfizon Yuza, memberikan laporan tentang kemajuan armada bus listrik dan dampaknya terhadap lingkungan. Penjabat Gubernur Teguh Setyabudi menyampaikan apresiasinya terhadap kolaborasi antara pemerintah daerah, operator, dan mitra teknologi untuk menghadirkan layanan yang lebih baik bagi masyarakat Jakarta.
Detail Armada Bus Listrik
Dalam laporannya, direktur utama TransJakarta merinci pengadaan Armada 200 bus listrik yang  bekerja sama dengan tiga operator utama, yaitu:
Perum DAMRI mengoperasikan 90 unit, yang terdiri dari 60 bus Skywell dan 30 bus Zhongtong.
PT Bianglala Metropolitan juga menghadirkan 90 unit, dengan komposisi serupa.
PT Sinar Jaya memperkenalkan 20 unit bus listrik dari PT VKTR Teknologi Mobilitas, hasil rakitan lokal melalui Karoseri Laksana dan VKTR Sakti. Â
"Yang ada kode DMR pada badan bus menunjukkan bahwa bus itu milik DAMRI," demikian penjelasan Vladimir kepada saya sambil menunjuk deretan bus di belakang panggung. Â
Bus-bus ini dirancang dengan model high deck atau Bus Rapid Transit (BRT), dilengkapi fasilitas ramah lingkungan dan aksesibilitas yang memadai untuk penyandang disabilitas. Armada ini akan melayani rute utama seperti Koridor 2 (Monumen Nasional-Pulogadung) dan Koridor 8 (Lebak Bulus-Pasar Baru), serta tersebar di beberapa koridor lainnya. Direncanakan bus-bus baru ini akan mulai beroperasi pada 11 Desember sekaligus meningkatkan layanan kepada pengguna TransJakarta.
Baru saya sadar bahwa ternyata DAMRI memiliki kontribusi yang cukup signifikan pada perkembangan dan kemajuan TransJakarta, khususnya pada proses elektrifikasi armada. Hal ini  dan terbukti dari jumlah bus listrik yang dipersiapkan oleh DAMRI.
Saya juga langsung teringat dengan nama besar DAMRI yang  sudah melegenda dalam kancah transpirasi umum di negeri ini. Bahkan jauh sebelum adanya BRT.
DAMRI yang merupakan singkatan dari Djawatan Angkutan Motor Republik Indonesia sudah melayani masyarakat sejak tahun 1946, hampir sama usianya dengan Republik ini. Â
Saya sendiri sudah mengenal DAMRI sejak cukup lama, sejak  armadanya  mulai melayani layanan ke Bandara Soekarno-Hatta pas tahun 1980-an dna ongkosnya masih Rp. 2000.  Dan juga di berbagai kota lain sebagai angkutan bus kota yang melayani  berbagai tujuan, bahkan saya ingat pernah naik bus DAMRI dari bandara Branti ke pusat kota Tanjung Karang (Bandar Lampung ) dengan ongkos hanya Rp. 25.  Juga di sekitar tahun 1980-an.
Kiprah DAMRI sendiri bukan hanya di dalam negeri. Saya bahkan pernah melihat armadanya melayani angkutan lintas batas dari  Pontianak menuju Bandar Seri Begawan di akhir abad ke 20.  Bahkan salah satu judul buku karangan saya mengenai kisah-kisah si Brunei Darussalam adalah "Naik Bus DAMRI ke Sekolah Cina."