Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Tiongkok Ada Kereta Beijing Lhasa, Mengapa di Indonesia Belum Ada Kereta Api Jakarta Medan?

11 Desember 2024   21:08 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Beijing Lhasa: merdeka. com 

Indonesia sudah merdeka hampir 80 tahun dan pemerintah akhir-akhir uni mulai menggalakkan pembangunan infrastruktur secara besar-besaran.  Akan tetapi impikan untuk bisa naik kereta api Jakarta Medan tampaknya masih akan tetal menjadi mimpi di siang bolong. Entah sampai berapa generasi lagi? 

Yuk kita bahas mengapa ? 

Pembangunan infrastruktur kereta api, seperti jalur dari Jakarta ke Medan, adalah proyek yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk geografis, ekonomi, politik, dan perencanaan jangka panjang. 

Berikut adalah beberapa alasan mengapa Indonesia belum berhasil membangun jalur kereta api sepanjang itu, dibandingkan dengan keberhasilan Tiongkok yang telah membangun jalur kereta api dari Beijing ke Lhasa:


1. Kondisi Geografis yang Berbeda
*Indonesia: Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang terpisah, termasuk Pulau Jawa dan Sumatra. Membangun jalur kereta Jakarta-Medan membutuhkan konektivitas antar pulau, yang berarti pembangunan jembatan atau terowongan bawah laut di Selat Sunda. Hal ini memerlukan teknologi canggih dan biaya besar.
*Tiongkok: Meski jalur Beijing-Lhasa melintasi medan yang berat, termasuk Pegunungan Himalaya, proyek tersebut sepenuhnya berada di daratan. Tiongkok dapat memanfaatkan teknik pembangunan jembatan dan terowongan tanpa harus menghadapi tantangan antar-pulau seperti di Indonesia.

2. Perencanaan dan Prioritas Pembangunan
*Indonesia: Sejak kemerdekaan, fokus pembangunan infrastruktur lebih banyak diarahkan ke Pulau Jawa karena jumlah penduduk yang lebih besar dan kebutuhan mendesak untuk menggerakkan perekonomian di sana. Akibatnya, pembangunan jalur kereta di luar Pulau Jawa, termasuk rencana Jakarta-Medan, sering kali tertunda.
*Tiongkok: Pemerintah Tiongkok telah lama memiliki visi pembangunan infrastruktur sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi. Jalur Beijing-Lhasa, misalnya, diprioritaskan sebagai bagian dari kebijakan untuk memperkuat pengaruh politik dan ekonomi di Tibet, sehingga pembangunannya didorong oleh kepentingan strategis nasional.

3. Keterbatasan Anggaran dan Investasi
*Indonesia: Anggaran infrastruktur Indonesia sering kali terbatas dan harus dibagi untuk berbagai proyek prioritas lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan fasilitas dasar. Ketergantungan pada investasi asing juga memperlambat realisasi proyek besar, karena proses negosiasi dan perencanaan membutuhkan waktu panjang.
*Tiongkok: Tiongkok memiliki anggaran yang jauh lebih besar untuk pembangunan infrastruktur, didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pemerintahnya mampu mengalokasikan dana besar untuk proyek ambisius seperti jalur kereta ke Lhasa tanpa banyak bergantung pada investasi asing.

4. Teknologi dan Kapasitas Teknikal
*Indonesia: Pengembangan teknologi kereta api canggih di Indonesia masih terbatas. Meskipun ada proyek seperti MRT dan LRT, kemampuan membangun jalur kereta jarak jauh modern belum sepenuhnya berkembang. Selain itu, kebutuhan akan teknologi seperti jembatan atau terowongan bawah laut untuk menghubungkan pulau juga menjadi tantangan teknis yang belum teratasi.
*Tiongkok: Tiongkok telah menjadi pemimpin dunia dalam teknologi kereta api, termasuk kereta cepat. Mereka memiliki pengalaman dan sumber daya untuk membangun jalur kereta di medan ekstrem seperti Tibet, termasuk penggunaan teknik untuk mengatasi suhu dingin dan ketinggian.

5. Stabilitas dan Keputusan Politik
*Indonesia: Proyek infrastruktur besar sering kali menghadapi kendala politik, seperti perubahan kebijakan antara pemerintahan, lambatnya proses pengambilan keputusan, dan konflik kepentingan antara pusat dan daerah. Hal ini menyebabkan proyek ambisius seperti jalur Jakarta-Medan sulit diwujudkan.
*Tiongkok: Pemerintah Tiongkok memiliki sistem politik yang terpusat, memungkinkan mereka membuat keputusan besar dan melaksanakan proyek infrastruktur tanpa banyak hambatan politik.

6. Fokus pada Transportasi Alternatif
*Indonesia: Sebagai negara kepulauan, Indonesia lebih banyak bergantung pada transportasi laut dan udara untuk menghubungkan antarpulau. Jalur transportasi ini dianggap lebih efisien secara biaya dibandingkan dengan membangun jalur kereta yang membutuhkan infrastruktur fisik besar.
*Tiongkok: Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya terhubung daratan, jalur kereta api adalah pilihan utama untuk transportasi jarak jauh dan mendukung konektivitas nasional.

7. Kepadatan Penduduk dan Permintaan
*Indonesia: Jalur kereta Jakarta-Medan belum menjadi prioritas karena jumlah penumpang yang diproyeksikan mungkin tidak sebanding dengan biaya pembangunan. Transportasi udara antara kedua kota tersebut saat ini lebih praktis dan ekonomis bagi banyak orang.
*Tiongkok: Jalur Beijing-Lhasa tidak hanya melayani penumpang, tetapi juga mendukung logistik dan menjadi bagian dari strategi geopolitik untuk memperkuat kontrol di wilayah Tibet.

Kesimpulan

Perbandingan antara jalur Jakarta-Medan dan Beijing-Lhasa menunjukkan bahwa kesuksesan Tiongkok dalam membangun infrastruktur besar dipengaruhi oleh perencanaan strategis, kemampuan teknis, anggaran besar, dan prioritas nasional yang jelas. Sementara itu, tantangan geografis, keterbatasan anggaran, dan prioritas pembangunan yang terpecah menjadi faktor penghambat bagi Indonesia.

Untuk mengejar ketertinggalan ini, Indonesia perlu meningkatkan perencanaan infrastruktur jangka panjang, memperkuat stabilitas politik, dan mengembangkan teknologi serta kapasitas teknis dalam negeri. Dengan demikian, proyek ambisius seperti jalur Jakarta-Medan dapat menjadi kenyataan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun