Hari sudah menjelang senja ketika Nagasaki Denki (trem) tiba di halte Meganebashi. Â Tujuan kami sore itu memang ingin menikmati suasana di Jembatan paling ikonik di kita ini, yaitu jembatan Meganebashi.
Ketika senja tiba di Nagasaki, suasana kota ini berubah menjadi magis. Salah satu tempat terbaik untuk menikmati momen ini adalah Jembatan Kacamata (Meganebashi), yang terletak di sepanjang Sungai Nakashima. Jembatan ini bukan hanya ikon bersejarah, tetapi juga menawarkan pengalaman unik  dan penuh pesona.
Dari halte trem cukup jalan kaki sekitar 3 menit alias melewati satu blok, kami sampai di tepian Sungai Nakashima. Suasana senja dengan deretan lampu lampion yang khas mulai menyala walau langit biru yang tertutup sedikit awan masih menghias kota Nagasaki. Hembusan angin semilir menambah asyiknya suasana yang terasa sangat nyaman dibandingkan panas yang menyengat di siang hari.
Di jalan di kedua sisi sungai Nakashima, ada deretan kafe dan toko-toko kecil. Juga ada taman kecil dengan kursi batu tempat bersantai sambil menikmati pemandangan di sungai. Â Di kafe ini kita bisa menikmati camilan khas Nagasaki yang bernama castella, yaitu bolu khas Jepang yang konon berasal dari semenanjung Iberia.
Kami kemudian berjalan menyeberangi jembatan Meganebashi. Â yang termasyhur ini.Â
Jembatan yang terbuat dari batu  yang  sekilas mirip dengan candi candi di Jawa.  Di sini kita bisa melihat bentuk lengkung yang khas dan dengan bayangan membentuk ilusi mirip  kacamata. Tidak mengherankan jika jembatan ini kemudian disebut jembatan kacamata.
Menurut sejarahnya, jembatan ini dibangun pada tahun 1634 oleh seorang biksu asal Tiongkok dari Kuil Kfuku-ji. Konon l, jembatan. ini merupakan salah satu jembatan batu tertua di Jepang dan memiliki status penting sebagai warisan  budaya nasional.
Walau sudah berusia ratusan tahun, jembatan ini cukup kokoh dan bertahan meski sempat dihantam banjir besar pada tahun 1982. Walau sempat rusak, jembatan ini dapat direstorasi dengan cermat menggunakan batu batu yang asli..
Keunikan jembatan ini adalah air sungai Nakashima yang jernih. Kita dapat turun ke tepian sungai dengan tangga dan bermain di sungai. Sebagian pengunjung hanya asyik melihat dari atas jembatan sambil berfoto dan berselfie ria.
Di bawah jembatan, Sungai Nakashima mengalir dengan tenang, dihiasi oleh batu-batu yang membentuk pijakan untuk berjalan. Di sepanjang sungai, pengunjung sering terlihat melompat di antara batu-batu itu, berhenti sejenak untuk mengintip ke dalam air.
Tampak sekumpulan  Ikan koi dengan warna warni nan cantik  berenang dengan anggun di sungai, sementara kura-kura sesekali muncul ke permukaan, menarik perhatian anak-anak maupun orang dewasa.
Orang-orang berjalan di atas batu-batu, berbicara, atau sekadar menikmati aliran air yang jernih. Aktivitas ini memberikan kesan akrab dan santai yang mencerminkan gaya hidup penduduk lokal.
Tidak terasa langit makin temaram dan senja kian menggelayut, lampion-lampion mulai menyala di sepanjang tepian  sungai. Lampu-lampu ini menambah suasana romantis.  Kalau saja kami datang sewaktu  Nagasaki Lantern Festival, yang biasanya berlangsung saat Tahun Baru Imlek, suasana tentu akan lebih meriah. Lampion dengan warna merah, kuning, dan oranye menghiasi jalan setapak, menciptakan pemandangan yang memukau saat dipantulkan di air sungai.Â
Menurut  tradisi, lampion-lampion ini bukan  hanya sekedar  dekorasi, melainkan juga simbol keberuntungan dan harapan.
Kami berjalan di tepian dinding sungai dan bertemu dengan hiasan menarik berupa pahatan berbentuk hati.
 Pahatan ini sering menjadi incaran wisatawan yang percaya bahwa menemukan simbol hati dapat membawa keberuntungan dalam cinta. Konon, pahatan hati ini dibuat sebagai bagian dari restorasi jembatan setelah banjir besar.
Sekarang, hiasan ini menjadi daya tarik unik yang mengundang pengunjung untuk mencarinya sambil berjalan santai di sepanjang sungai.
Saat matahari mulai terbenam, cahaya senja menyentuh permukaan Sungai Nakashima, memantulkan kehangatan warna oranye dan emas di atas air. Kombinasi cahaya alami ini dengan lampion yang menyala menciptakan suasana magis.
Para pengunjung berjalan perlahan, menikmati suara gemericik air, sambil berhenti di bangku-bangku yang tersedia di sepanjang sungai. Beberapa pasangan terlihat duduk berdampingan, menikmati momen romantis  ini.
Tidak terasa perut sudah minta diisi sehingga Kami kembali menuju halte trem untuk menuju  ke pusat kota dan mencair makan malam.
Kunjungan singkat pada waktu senja di Jembatan Kacamata di Nagasaki ternyata  sangat berkesan. Suatu  tempat yang memadukan sejarah, keindahan arsitektur, dan tradisi lokal.
Suasana senja di sini, dengan ikan koi yang berenang, lampion yang menyala, dan pahatan hati tersembunyi di dinding batu, memberikan pengalaman yang sulit dilupakan.
Jadi, kapan Anda merencanakan kunjungan ke sini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H