Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nissem Joseph Dawood, Orang Yahudi yang Menerjemahkan Al-Quran

24 November 2024   15:26 Diperbarui: 24 November 2024   15:26 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
N.J. Dawood: Jerusalem Post

Karya ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh Penguin Classics dan sejak itu terus diperbarui. Terjemahan Dawood menjadi salah satu versi yang paling banyak dibaca di dunia Barat, terutama di kalangan pembaca non-Muslim.

Namun, Dawood tidak melihat Al-Qur'an hanya sebagai teks agama. Baginya, Al-Qur'an adalah juga karya sastra yang luar biasa, dengan keindahan yang harus dihormati dan dirayakan.

Bagi pembaca di dunia Barat yang penuh ingin tahu tentang Islam dan Al-Quran,  kitab terjemahannya lebih mudah dicerna dibandingkan terjemahan yang literal dan bersifat religius. 

Karena bahasa yang digunakan demikian indah maka banyak yang tertarik membacanya dan bahkan, menurut kesaksian istrinya setelah beliau meninggal, banyak juga dari pembaca nya yang kemudian menjadi mualaf.


Selain Al-Qur'an, Dawood juga menerjemahkan bagian dari The Thousand and One Nights (Seribu Satu Malam), salah satu kumpulan cerita paling terkenal dari dunia Arab. Kisah-kisah seperti Sinbad the Sailor, Aladdin, dan Ali Baba and the Forty Thieves dihidupkan kembali melalui terjemahannya, menjadikannya lebih menarik bagi pembaca Barat.

Bukan itu saja, Dawood juga pernah menerjemahkan salah satu kitab mahakarya dalam dunia Islam, yaitu Muqadimah, karangan Ibnu Khaldun yang sangat fenomenal itu.

Pendekatan Dawood di sini sama seperti pada terjemahan Al-Qur'an: menjaga keindahan dan nuansa cerita asli sembari membuatnya relevan bagi audiens modern.


Meskipun Dawood sangat menghormati Islam dan Al-Qur'an, ia tidak pernah berpindah agama. Ia tetap setia pada keyakinannya sebagai seorang Yahudi. 

Keputusannya ini mungkin didasarkan pada rasa bangga akan warisan budayanya sendiri, sekaligus kepercayaannya bahwa seseorang dapat menghormati agama lain tanpa harus meninggalkan keyakinannya.

Dawood menunjukkan bahwa penerjemahan lintas agama dan budaya adalah tentang membangun jembatan, bukan menggantikan identitas seseorang.

Di Indonesia, penerjemahan sering dilihat sebagai alat untuk memahami teks keagamaan atau budaya asing. Dawood mengajarkan kita bahwa penerjemahan adalah seni yang bisa menyatukan perbedaan. Dengan menghargai teks asli dan audiens pembaca, ia berhasil membawa keindahan sastra Arab ke panggung global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun