Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Yuk Berkenalan dengan Presiden dan Belanda Depok

3 November 2024   09:48 Diperbarui: 3 November 2024   10:23 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena itulah Depok menjadi kawasan yang independen selama dan berbentuk Gementee yang mempunyai pemerintahan sendiri sampai kemudian Indonesia merdeka. Status Gementee baru berakhir pada 1952.  Uniknya walau hanya berbentuk Gementee yang setingkat dengan kota pada zaman Belanda, Depok pada saat itu memiliki Presiden.  Tentu saja jangan disamakan dengan Presiden suatu negara pada saat ini.  

Interior Gementee : dokpri
Interior Gementee : dokpri


Perjalanan selanjutnya adalah kami mampir ke eks  gedung Gementee Depok yang kondisinya sekarang terbengkalai. Gedung ini lumayan luas dan di halamannya terdapat sebuah tugu yang juga dalam kondisi mengenaskan.  

Pagar gedung ini selalu terkunci rapat dan hanya dibuka salam kunjungan tertentu. Seorang pemuda yang datang dengan baik sepeda motor membawa kunci pagar, dan kami masuk ke halaman yang luas.

Dikisahkan bahwa gedung ini terakhir digunakan sebagai rumah sakit sebagaimana masih terpampang pada nama di depan gedung. Namun sejak 2022 susah tidak dipakai lagi dan sekarang kondisinya sangat menyedihkan dengan halaman tidak terawat. Bahkan ketika kami masuk kemudian, kondisinya barang akan, kotor dan banyak langit-langit yang sudah runtuh.  


Yang menarik di gedung ini tentunya sebuah berbentuk obelisk mirip Monas kecil. Ini adalah Tugu Cornelis Chastelein,  sebuah monumen yang didirikan untuk menghormati Cornelis Chastelein, pendiri dan sosok penting dalam sejarah komunitas Depok.

Di depan tugu ada sebuah papan yang menjelaskan sekilas sejarah bangunan Gementee yang dibangun pada akhir abad ke 19.  Sementara tugu yang asli diresmikan  pada 28 Juni 1914 untuk memperingati 200 tahun kematian Cornelia Chastelein.

Uniknya pada dinding tugu ada prasasti yang tidak ada  tulisannya.  Ternyata hal ini mengandung banyak cerita sekaligus kontroversi.

Tugu ini sendiri sebenarnya sudah dihancurkan pada sekitar tahun 1960-an ketika di Indonesia aroma ani Belanda sedang panas-panasnya menyusul  peristiwa perebutan Irian Barat.  Pak Boy juga sekilas menceritakan tentang peristiwa Gedoran Depok pada masa awal revolusi kemerdekaan.

"Tugu ini kemudian dibangun kembali untuk memperingati 300 tahun kematian Chastelein.  Namun pembangunan kembali monumen ini kemudian mengundang banyak kontroversi baik dengan pemerintah setempat maupun masyarakat Depok.

Hal ini tentunya karena Chastelein identik dengan VOC dan penjajah Belanda.  Namun bagi kaum Depok tugu ini sangat penting karena merupakan bagian sejarah dan identitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun