Yang pertama disebut Uzbek Lepyoshka. Roti ini adalah roti paling umum yang ditemukan di Uzbekistan. Bentuknya bulat dan pipih, dengan bagian tengah yang lebih tipis dan pinggirannya yang tebal. Lepyoshka dipanggang dalam tandoor, memberikan tekstur luar yang renyah namun tetap lembut di dalam. Roti ini biasanya dinikmati bersama teh atau sebagai pendamping makanan utama seperti sup dan daging panggang.
Saat saya menggigit roti yang baru dipanggang, rasanya begitu sederhana namun nikmat, dengan aroma gandum yang khas.
Setelah mencicipi Lepyoshka, saya mencoba roti yang disebut Patyr. Berbeda dengan Lepyoshka, Patyr memiliki tekstur yang lebih padat dan kaya rasa. Roti ini dibuat dari adonan yang dicampur dengan lemak domba atau sapi, memberikan cita rasa yang gurih dan sedikit berminyak. Patyr sering dimakan sebagai camilan atau disajikan dalam potongan-potongan kecil bersama teh. Ketika saya mencobanya, rasa gurih dan tekstur lembutnya langsung memenuhi mulut saya, memberikan pengalaman kuliner yang memuaskan.
Teh hijau yang menemani saya kali ini adalah minuman yang sangat umum di Uzbekistan, dinikmati oleh masyarakat sepanjang hari, baik di pagi maupun sore hari. Disajikan dalam piala kecil, teh hijau ini memberikan kehangatan yang lembut. Walau  terasa sedikit pahit, teh ini sangat cocok untuk melengkapi rasa roti yang gurih.
Selain teh hijau, di warung ini juga ada beberapa minuman khas Uzbekistan yang populer di kalangan penduduk lokal. Pertama adalah Ayran, minuman tradisional yang terbuat dari yoghurt yang dicampur dengan air dingin dan sedikit garam. Ayran sangat menyegarkan, terutama saat diminum setelah makanan berat atau di hari yang panas. Rasanya sedikit asam dan asin, memberikan sensasi yang unik dan menyegarkan. Saya sendiri sudah pernah menikmati Ayran ketika berkunjung ke Turki.
Ada juga Shirchoy, teh susu yang dicampur dengan sedikit garam. Minuman ini sering disajikan di pagi hari, memberikan energi untuk memulai aktivitas. Shirchoy memiliki rasa yang lembut dan creamy, sangat cocok diminum bersama roti seperti Patyr.
Setelah menikmati sarapan roti dan teh di warung lokal, saya melanjutkan penjelajahan di Chorsu Bazaar. Pasar ini tidak hanya menawarkan makanan dan minuman, tetapi juga beragam barang dagangan lainnya, seperti pakaian tradisional, karpet buatan tangan, dan perhiasan perak. Suasana di sini sangat hidup, dengan para pedagang yang terus menerus berbicara dengan pelanggan, tawar-menawar harga, dan saling bercanda. Saya ingat tahun lalu pernah membeli kismis di tempat ini. Tapi kali ini saya memutuskan tidak belanja apa-apa dulu karena sebelum kembali ke tanah air nanti saya masih akan berkunjung ke Tashkent lagi.
Tidak salah lagi, Chorsu Bazaar adalah tempat yang sempurna untuk merasakan kehidupan sehari-hari warga Tashkent dan menikmati berbagai produk lokal yang otentik.
Setelah satu setengah  jam sarapan dan  berkeliling, saya memutuskan untuk melanjutkan kembara saya di Tashkent. Tujuan selanjutnya stasiun metro Kosmonatlar tempat saya akan menikmati taman dengan patung dan monumen yang ikonik dan khas Soviet.
Untuk itu saya harus kembali ke stasiun metro dan berkelana di bawah tanah kota Tashkent.