Namun di sekitarnya juga banyak lapak-lapak yang hanya beratapkan tenda dan barang dagangan di letaknya saja di tanah berlapiskan plastik tebal atau terpal.
Berbagai jenis dagangan seperti buah-buahan  dan sayuran ada di sini.
Pasar ini adalah salah satu pusat perdagangan tertua di Asia Tengah, menjadi bagian dari jaringan perdagangan Jalur Sutra yang legendaris.
Kunjungan saya pertama kali adalah tahun lalu bersama dengan pemandu wisata lokal, kala itu kami berkeliling pasar dan mencicipi berbagai jenis makanan. Â Kali ini saya pergi sendiri, menikmati suasana bagaikan penduduk lokal, tanpa terikat waktu dan sesuka hati.
Dari pelataran pasar, saya memasuki bangun utama berkubah biru. Walau masih pagi, nuansa Chorsu Bazaar sebagai pasar tradisional yang hidup dan penuh warna. tetap terasa. Saat memasuki area pasar, saya langsung tenggelam dalam keramaian para pedagang dan pembeli. Aroma rempah-rempah segar, buah-buahan kering, dan roti yang baru dipanggang memenuhi udara. Suasana di sini terasa hangat dan ramah, khas dari kehidupan masyarakat Uzbekistan.
Dengan santai, Saya berjalan di antara kios-kios yang menjual berbagai produk, mulai dari rempah-rempah hingga kerajinan tangan lokal. Namun, tujuan utama saya adalah mencicipi roti khas Uzbek, yang terkenal tidak hanya di Uzbekistan tetapi juga di seluruh Asia Tengah. Ada berbagai jenis roti yang dijual di kios-kios roti, masing-masing dipanggang segar di dalam oven tanah liat tradisional yang disebut tandoor.
Di luar bangunan utama, saya mampir ke salah satu warung lokal. Di depannya dipajang berbagai jenis roti dan makanan khas Uzbek, penjaganya seorang perempuan berusia sekitar 50 tahunan. Â Di kursi panjang yang suasananya mirip warung tegal di tanah air , ada dua atau tiga orang yang sedang menikmati makan pagi.
Saya kemudian memesan roti dan teh hijau. Di sini saya mengenal nama-nama berbagai jenis roti Uzbek.