Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Asyiknya Tur di Makau dengan Pemandu Berbahasa Jawa

18 Agustus 2024   08:59 Diperbarui: 18 Agustus 2024   09:00 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa Portugis di Makau: Dokpri

Ketika pesawat CX798 yang membawa kami dari Bandara Soekarno-Hatta mendarat di pagi hari di Bandara Internasional Hong Kong di Chep Lap Kok, kami tidak pergi ke pusat kota, melainkan hanya sekedar menukar kartu Oktopus lama dan membeli kartu Oktopus baru di bandara. Tujuan pagi itu adalah langsung menuju ke Makau, kawasan di delta Sungai Mutiara yang pernah dikuasai Portugis selma lebih 4 abad dan dikembalikan ke Tiongkok pada 1999 lalu.

Kalau biasanya ke Makau selalu dengan naik ferry atau jetfoil dari Sheungwan, kali ini akan mencoba moda transportasi lain yaitu dengan bus melewati jembatan yang Bernama Hong Kong Macau Zhuhai Bridge.  Jembatan sepanjang  lebih 50 kilometer ini konon merupakan jembatan yang membentang di atas laut terpanjang di dunia.

Terminal bus: Dokpri
Terminal bus: Dokpri

Di terminal kedatangan Bandara Hong Kong, saya semat bertanya no bus yang mengantar ke terminal bus menuju Makau, ternyata kita bisa naik bus nomor B4 dan turun lift menuju lantai 3.  Terminal kedatangan sendiri berada di lantai 5 dan keberangkatan di lantai 7 di Bandara ini. 

Setelah menunggu sekitar 7 menit, bus B4 pun lewat dan kami dengan teratur masuk ke bus dengan tap kartu Oktopus.  Perjalanan menyusuri kawasan bandara dan hanya sekitar 7 atau 8 menit saja sudah sampai di terminal megah yang rancangannya mirip bandara.  Uniknya di sini kita langsung antre untuk imigrasi untuk keluar Hong Kong. Bagi yang memiliki fasilitas elektronik gate untuk Frequent Visitor juga dapat menggunakannya sedangkan bagi yang tidak bisa mengantre secara manual. Walau lumayan ramai, pelayanan imigrasi Hong Kong lumayan cepat dan efisien. 

Setelah melewati imigrasi, baru kita membeli tiket bus tujuan Makau, ada juga tiket tujuan Zhuhai dan harganya sama yaitu 65 HKD, dapat membeli langsung di mesin  atau bisa juga membeli di loket menggunakan bauk menggunakan Oktopus atau uang tunai.  Setelah membeli tiket tinggal berjalan kaki menuju ke bus.  Ada yang tujuan Makau dan ada lagi yang tujuan Zhuhai.   Bus sudah siap menunggu dan langsung jalan setelah penuh. Ada bus yang bertingkat dan ada juga yang tidak bertingkat. 

 Bus di Jembatan: Dokpri
 Bus di Jembatan: Dokpri

Perjalanan dengan bus lumayan menyenangkan dengan pemandangan yang cukup indah. Pertama melewati kawasan bandara Hong Kong dengan pemandangan berbagai pesawat yang parkit. Tidak lama kemudian jembatan membentang di laut lepas dan uniknya, jembatan dengan tiga lajur di satu arah ini arah jalannya di sebelah kanan walau baik Hong Kong maupun Makau, kendaraan berjalan di sebelah kiri. Mungkin menyesuaikan dengan arah berkendara di Tiongkok yang di sebelah kanan. 

Di pertengahan jalan, Jembatannya seakan-akan menghilang karena ada sebuah pulau dan bus melewati terowongan di bawah laut selama beberapa kilometer sebelum akhirnya kembali muncul ke permukaan dan membentang di atas jembatan langsung menuju ke Makau dan Zhuhai.   Ketika mendekat daratan, jembatan bercabang dua, yang satu menuju Zhuhai dan yang satu lagi menuju Makau. Bus kami mengambil arah yang menuju Makau dan tidak lama kemudian tiba di terminal di Makau.   Turun dari bus, kami berjalan menuju imigrasi. Yang membedakan dengan Hong Kong, hanyalah petunjuk yang menggunakan Bahasa Portugis selain Tulisan dalam Aksara Kanji dan bahasa Inggris.  

Pemeriksaan imigrasi di Makau juga berlangsung lancar, tanpa mengisi formulir dan pertanyaan, Paspor juga tidak dicap seperti di Hong Kong dan hanya diberikan kertas kecil alias slip kedatangan dengan tanggal kedatangan dan ijin tinggal selama 30 hari.  Slip ini harus dijaga karena bila ingin menginap di hotel di Makau harus ditunjukkan di Hotel dan juga digunakan ketika meninggalkan Makau.

Terminal di Makau: Dokpri
Terminal di Makau: Dokpri

Di terminal kedatangan kami sempat mencari apakah ada shuttle bus gratis ke hotel sebagai mana banyak tersedia di Pelabuhan ferry.  Namun ternyata tidak tersedia dan ada onformasi bahwa kami dapat naik bus 102X dengan ongkos 6 Pataca yang bisa juga menggunakan Hong Kong Dollar.  Kami berjalan menuju terminal bus dengan santai.

Tiba-tiba saja seorang lelaki berusia empat puluh tahunan langsung menegur dan menanyakan ke mana tujuan kami. Uniknya lelaki itu tidak menegur dengan bahasa Inggris, Mandarin, atau bahasa Kanton, melainkan langsung dengan bahasa Jawa. Mungkin karena mendengar kami berbicara dalam bahasa Indonesia.

Dia mengaku memiliki kendaraan mini bus mirip Alphard yang ditunjukkan fotonya kepada kami dan siap mengantar ke hotel, menitipkan koper dan bagasi dan langsung mengantar ke berbagai tempat wisata di Makau baik Leal Senado, Ruins of St. Paul serta ke Pulau Taipa dengan ongkos 400 HKD per orang sampai sore atau malam hari.  Karena kami menolak dia bahkan langsung memberikan diskon hingga harga 1200 Hong Kong Dollar saja.

Bahasa Portugis di Makau: Dokpri
Bahasa Portugis di Makau: Dokpri

Percakapan dalam bahasa Jawa ini cukup menarik, karena walau saya menjawab dengan campuran bahasa Jawa, Indonesia dan Inggris, lelaki itu terus berbahasa Jawa dengan kami. Bahasa Jawa nya pun cukup lancar walau kalau melihat penampilannya tidak berbeda dengan orang Hong Kong atau Makau. 

Walau kami menolak dengan halus dengan alasan masih lelah dan ingin beristirahat dulu saja, dia tetap gigih menawarkan jasanya dengan alasan bahwa kami tidak akan dapat cek ini di hotel sebelum jam 3 sore, sementara waktu baru menunjukkan sekitar pukul 9 pagi. Jadi lebih baik menitipkan bagasi d hotel dan ikut tur keliling Makau bersama kendaraannya. Dijamin santai dan aman, demikian kira-kira lelaki itu membujuk sambil tersenyum manis.

Namun, karena merasa penawarannya masih terlalu mahal, dan kami dapat pergi sendiri ke tempat-tempat tersebut dengan naik bus atau taksi dengan ongkos yang jauh lebih murah, saya tetap menolak tawarannya sambil dengan mantap terus melangkah menuju ke antrean bus.

Akhirnya lelaki itu pun menyerah dan meninggalkan kami naik bus menuju hotel.   Sebuah pengalaman yang menarik dalam menit-menit pertama kedatangan kami di Makau yang langsung disambut lelaki berbahasa Jawa. 

Dalam suatu perjalanan, terkadang kita menemukan hal yang tidak disangka-sangka. Menemukan orang yang lancar berbahasa Jawa di Makau mengingatkan saya akan Kampung Bali di Hainan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun