Percakapan dalam bahasa Jawa ini cukup menarik, karena walau saya menjawab dengan campuran bahasa Jawa, Indonesia dan Inggris, lelaki itu terus berbahasa Jawa dengan kami. Bahasa Jawa nya pun cukup lancar walau kalau melihat penampilannya tidak berbeda dengan orang Hong Kong atau Makau.Â
Walau kami menolak dengan halus dengan alasan masih lelah dan ingin beristirahat dulu saja, dia tetap gigih menawarkan jasanya dengan alasan bahwa kami tidak akan dapat cek ini di hotel sebelum jam 3 sore, sementara waktu baru menunjukkan sekitar pukul 9 pagi. Jadi lebih baik menitipkan bagasi d hotel dan ikut tur keliling Makau bersama kendaraannya. Dijamin santai dan aman, demikian kira-kira lelaki itu membujuk sambil tersenyum manis.
Namun, karena merasa penawarannya masih terlalu mahal, dan kami dapat pergi sendiri ke tempat-tempat tersebut dengan naik bus atau taksi dengan ongkos yang jauh lebih murah, saya tetap menolak tawarannya sambil dengan mantap terus melangkah menuju ke antrean bus.
Akhirnya lelaki itu pun menyerah dan meninggalkan kami naik bus menuju hotel. Sebuah pengalaman yang menarik dalam menit-menit pertama kedatangan kami di Makau yang langsung disambut lelaki berbahasa Jawa.Â
Dalam suatu perjalanan, terkadang kita menemukan hal yang tidak disangka-sangka. Menemukan orang yang lancar berbahasa Jawa di Makau mengingatkan saya akan Kampung Bali di Hainan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H