Malam sudah menjelang di City Hall Hong Kong. Lampu berkelap kelip dari gedung-gedung pencakar langit di kawasan Victoria Harbour  dansemenanjung Kowloon di seberang sana  menemani sepanjang perjalanan singkat sejak keluar dari pintu E stasiun MRT Central.
Ketika saya  sampai di Concert Hall, pertunjukan Asian Youth Orchestra baru saja dimulai.  Seratus  remaja dari berbagai negara di Asia tampil di panggung di bawah arahan konduktor Joseph Bastian mulai mengalunkan rangkaian musik klasik ban merdu mendayu.
Selama sekitar dua jam lebih penonton terpaku di kursi masing-masing menyaksikan dan mendengarkan lagu gubahan Ravel: Dophnis et Chloe, Suite no2 dan Cello Concerto karya Lalo pada paruh pertama sebelum interval. Â Setelah itu dimainkan juga karya Debussy, Le Mer dan Kembali karya Ravel, Bolero.
Tepuk tangan hadirin menahan di concert Hall ketika pertunjukan usai. CEO AYO,Keith Lau tampil ke panggung dan menjelaskan secara singkat tentang program AYO ke 34 kali ini yang menampilkan a lebih dari 100 pemusik remaja berusia 17 hingga 27 tahun.
Mereka telah bersama-sama berkumpul di Tianjin sejak pertengahan Juli lalu untuk latihan yang keras dan kemudian dilanjut di Hong Kong.  Malam ini adalah pertunjukan perdana mereka di Hong Kong yang kemudian akan dilanjut  ke berbagai kota seperti Zhuhai, Shenzhen, Beijing, Shanghai, Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Chiayi, Taipei, Yokohama dan diakhir di Tokyo pada 31 Agustus mendatang.
Kemudian diperkenalkan juga seluruh peserta berdasarkan asal negara masing-masing yang diawali dengan Tiongkok sebanyak 22 peserta. Â Dan ketika Indonesia disebut, ternyata hanya diwakili oleh satu peserta. Demikian juga dengan Vietnam. Â Yang menarik ada juga peserta kehormatan yang berasal dari Italia.
Ketika pertunjukan sudah usai, saya kemudian menghampiri peserta dari Indonesia, yaitu Norman Jefferson Nainggolan yang baru berusia 19 tahun. Â
Yang menarik adalah untuk menjadi peserta AYO, Norman harus mengikuti seleksi yang ketat berupa audisi yang diikuti lebih dari 2000 pemusik muda dari berbagai negara. Â Karena pada saat ini Norman sedang belajar musik di Royal Conservatoire of Scotland di Glasgow, iya mengikuti audisi secara online dan akhirnya diterima sebagai satu-satunya peserta dari Indonesia.
AYO sendiri merupakan orkestra remaja yang bermarkas di Hong Kong dan sudah ada sejak 1990. Â Pada tur tahun 2024 ini, peserta mendapatkan tiket berdasarkan negara asal sehingga untuk Norman sendiri hanya mendapatkan tiket ke Jakarta. Â
Setelah tur Asia usai pada akhir Agustus, Norman mengatakan akan kembali ke Bandar Lampung untuk menjenguk keluarga nya sekitar dua minggu sebelum kembali melanjutkan belajar di Skotlandia.
Ketika ditanya lebih lanjut mengenai kuliahnya di Skotlandia, terbayar Norman mendapatkan beasiswa karena prestasinya sebagai musisi remaja yang cukup mumpuni. Â Sebelum sempat tir keliling Asia bersama AYO, Norman juga pernah bersama Kondetur kondang Addie M.S, bermain untuk pembukaan G 20 di istana negara serta berbagai pertunjukan baik di Jakarta bahkan sampai ke Singapura.
Pada kesempatan ini saya juga sempat berbincang-sejenak dengan Keith Lau yang selalu bersemangat jika membahas anak-anak asuhannya yang berasal dari belasan negara Asia. Â Sayangnya AYO belum sempat tampil di tanah air.
Oh ya, Norman kemana-mana selalu tampil dengan membawa biola kesayangannya.  Berkat biola ini pula  dia mendapatkan kesempatan untuk belajar musik klasik sampai jauh di Glasgow sana.
Waktu di arloji saya menunjukkan sekitar pukul 22.30 waktu Hong Kong. Â Tiba waktunya untuk meninggalkan City Hall. Â
Norman juga harus kembali sendiri menuju ke penginapannya di kawasan North Point bersama biola kesayangannya naik MTR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H