Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Si Mamat, Siti Nurbaya dari Osh Kyrgyztan

25 Juni 2024   10:46 Diperbarui: 25 Juni 2024   10:59 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan kota Osh: dokpri

Patung Lenin: dokpri
Patung Lenin: dokpri

Setelah sekitar satu jam berziarah sekaligus wisata di Sulaiman Too, kami kembali ke bus untuk melanjutkan jalan-jalan di kota Osh.  Tujuan selanjutnya adalah monumen Lenin dan juga Tiang bendera di pusat kota serta berbagai landmark kota ini seperti monumen peringatan Perang Dunia Dua dan tentu saja Osh Bazaar tempat berbelanja yang mengasyikkan.


Dalam perjalanan di dalam bus ini, terjadi interaksi yang cukup akrab antara Azamat dan rini ingat kami sehingga Bu Mirna memberi hadiah sebuah peci khas Indonesia kepada Aza dan kami sepakat memberinya nama Mamat. peci itu langsung dipakai Aza dan dia tampak cocok dan ganteng memakai peci itu.

Asyiknya Mas Agus juga mengajarkan  beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang kebetulan dalam  bahasa Uzbek dan Kyrgyz memiliki makna yang sedikit vulgar sehingga membuat Mamag terpingkal-pingkal.  

Sebelum berkeliling kota Mamat sempat mampir sebentar di kantornya untuk kemudian membagikan beberapa helai kartu pos bergambar pemandan Pegunungan Pamir  Alay yang cantik.  

Singkatnya jalan-jalan si kota Osh ke berbagai tempat wisata termasuk be berbelanja di Osh Bazaar dan juga mampir sejenak di Kantor Pos serta makan siang bersama di sebuah resto membuat suasana sepanjang hari itu cukup mengasyikkan dan tidak  terlupakan.

Namun ada kisah yang sebenarnya cukup membuat hati trenyuh yang diceritakan Mamat ke sebagian peserta.  Kisah ini berhubungan dengan tradisi pernikahan di Kyrgyztan yang masih sangat kental mengikuti tradisi. Salah satunya adalah mahalnya mas kawin yang mungkin bisa dianalogikan dengan tradisi uang panai di Sulawesi Selatan. 

Ternyata Si Mamat juga harus dijodohkan dan belum bebeas menentukan jodohnya sendiri. Konon tradisi yang berasal dari Tiongkok ini masih dijalankan dengan ketat di Kyrgystan hingga saat ini sehingga Mamat bahkan berbuat untuk beremigrasi ke negara lain.  


Sehari bersama Mamat dari kota Osh merupakan pengalaman manis  yang tidak terlupakan dan memberikan kesan akan kehangatan serta keramahtamahan penduduk Kyrgyzstan.

Hanya ada satu catatan yang masih membuat miris adalah masih kentalnya tradisi seperti zaman Siti Nurbaya di masa modern ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun