Sementara sopir membeli bahan bakar, ternyata perjalanan harus sedikit mengalami hambatan karena birokrasi akibat konflik antara Tajikistan dan Kyrgysztan.
Akibat konflik antara Tajikistan dan Kyrgystan dua perbatasan Bordobu yang kami lewati kemarin tertutup untuk warga kedua negara tersebut dan hanya terbuka untuk turis. Mereka yang boleh lewat hanya pengemudi yang membawa turis dengan izin khusus.
Dan untuk melewati beberapa pos pemeriksaan di kawasan GBAO ini pengemudi kami walau saat ini semuanya mengendarai mobil yang terdaftar di Tajikistan tetap harus mendapat ijin khusus di Murghab karena baru saja masuk dari Kyrgystan.
Selesai dengan sedikit urusan birokrasi, perjalanan dilanjut sejenak melewati pusat kota Murghab dengan Patung Leninnya yang unik karena ukurannya yang mini. Baru kali ini saya melihat Patung Lenin di lapangan terbuka dengan ukuran kecil. Biasanya patung Lenin selalu dalam ukuran besar termasuk yang ada di Osh.
Setelah melewati pos pemeriksaan di batas kota Murghab, jelajah Atap Dunia berlanjut menuju Alichoi.
Masih sekitar 100 kilometer lagi, demikian ucap Ibrahim sambil menghidupkan lagu-lagu berbahasa Kurgiz di perangkat mobil.
Namun jalan menuju Alichoi memang dalam kondisi yang ploho atau kurang baik dengan kondisi beragam dari aspal yang lumayan baik hingga lubang kecil dan besar. Kendaraan yang lalu lalang sangat sepi karena dalam waktu lama hanya ada konvoi kami di jalan raya. Sesekali dari arah berlawanan muncul truk besar dari Tiongkok.
Sekitar satu setengah jam perjalanan, rombongan belok ke kiri dari jalan raya dan melewati jalan dari tanah dan kerikil yang diperkeras yang mengingatkan saya akan pengembaraan di benua Afrika.
Tujuan pertama adalah sebuah desa penggembala ternak yang terdiri dari beberapa yurt atau tenda dan sekumpulan yak dan domba.
Di desa ini, pengunjung dapat berinteraksi dengan penduduk, masuk ke dalam yurt dan melihat situasi ruang tengah, dapur dan juga sekilas demo memasak pasta.