Sering kali kami diperintahkan untuk berbaris di depan barak masing-masing dan kemudian ditanya asal daerah, nama dan bahkan berbaris rapi sambil berhitung dengan bahasa daerah masing-masing. Â Nah di sinilah banyak kelucuan yang terjadi sehingga masih diingat sampai sekarang. Misalnya seorang teman yang berasal dari tanah Sunda berhitung dua hiji setelah angka dua puluh dan ada hitungan dari berbagai bahasa daerah yang lain.
Â
Â
Masih banyak lagi berbagai jenis hukuman yang sering diterima yunior yang pada umumnya berupa hukuman fisik seperti push up atau squat jump atau sekedar lucu-lucuan dan menghibur seperti disuruh bernyanyi atau menari. Â Yang jelas memang semua perintah harus dipatuhi agar tidak mendapat hukuman tambahan.
Â
Dalam kegiatan ini pula  kekerasan sering terjadi seperti pemukulan yang untungnya di  kampus kami masih bisa dikendalikan dengan baik sehingga tidak pernah melampaui batas. Apalagi sampai memakan korban jiwa. Yang banyak terjadi adalah ada sebagian yang mengundurkan diri saja dengan alasan tidak sanggup terus belajar di sini. Â
Â
Â
Ternyata melalui kunjungan yang cukup sering ini setiap malam dan dilanjutkan dengan interaksi selama belajar, pada umumnya kami cukup mengenal sesama taruna baik yang satu angkatan maupun para senior walau dari berbagai jurusan pendidikan yang berbeda. Â Di kampus Curug ini ada beberapa jurusan baik penerbang, teknik pesawat udara, teknik listrik bandara dan juga operasional penerbangan seperti pengatur lalu lintas udara atau ATC.
Â
Tradisi ini terus berjalan, taruna yang baru masuk berstatus junior pun akan  berubah menjadi senior ketika kemudian taruna yang lebih yunior batu masuk. Hal ini langsung tampak kasar mata dengan epaulet yang dipakai pada seragam sehari-hari PDH (pakaian dinas harian) maupun PDUK (pakaian dinas upacara kecil) dan PDUB (pakaian dinas upacara. Besar)  dengan bar satu, dua, atau tiga yang menunjukkan senioritas seorang taruna di kampus .