Rasa bersalah yang terus menghantui pak Mamad membuatnya nekad datang ke hotel menuju kamar Pak Direktur. Namun karena salah kamar, Pak Mamad malah kemudian dituduh mencuri baju dan pakaian yang akan dilaundri. Unsur komedi yang mengandung ironi yang secara gambling dipertontonkan di film gubahan sutradara Sjumandjaja ini.
Demikianlah sampai akhir film Pak Mamad masih terus berusaha menemui Pak direktur dengan bersepeda sehingga kesehatannya makin menurun dan Pak Mamad akhirnya harus jatuh sakit dan menemui ajalnya.
Adegan terakhir dalam film ini juga sangat menyentuh jiwa, yaitu suatu eulogi yang dibacakan oleh Budiman mengenai Pak Mamad yang digambarkan memiliki kejujuran mendekati perilaku Nabi. Namun harus bernasib malang dan menebus rasa bersalah dan dosa dengan nyawanya.
Menonton kembali film ini, kita akan disuguhkan pemandangan kota Jakarta di awal tahun 1970-an, dan tentu saja perasaan yang cukup terharu dengan kejujuran dan kesetiaan Pak Mamad. Â Dan ternyata skenario yang ditulis oleh sang sutradara ini disadur dari karya sastrawan Rusia yang terkenal yaitu Anton Chekov. Â Selain Mang Udel, Bintang-bintang kondang dari masa lalu juga hadir di film ini seperti Aedy Moward sebagai pak Direktur dan Rina Hasyim sebagai istri Pak Mamad.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H