Tetapi baru di Bogota itu saya mengenal lebih banyak lagi karyanya seperti yang diceritakan di Calle Real, yaitu Vivir para Contarla yang bercerita tentang peristiwa Bogotazo pada 1948.
Gabriel Garcia Marquez terbuat merupakan penulis kebangsaan Colombia yang kemudian lama menerap di Ciudad de Mexico hingga meninggal pada 2014 di sana. tidak mengherankan bila pemerintah Mexico yang kemudian membangun pusat kebudayaan dengan namanya di ibukota Kolombia.
Dikisahkan, berkat hadiah Nobel ini pula, namanya menjadi sangat terkenal di Amerika Latin dan dunia sastra sehingga buku yang dalam bahasa Inggris berjudul One Hundred Years of Solitude ini pun diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa dan ditebak lebih dari 50 juta kopi.
Bahkan ketika Gabriel Garcia Marquez meninggal pada April 2015, presiden Kolombia ketika itu Juan Manuel Santos berkata bahwa Marquez adalah warga Kolombia paling besar dan Agung yang pernah hidup. Â
Demikianlah Rafa mengakhiri kisahnya tentang Gabriel Marquez yang membuat saya tambah penasaran mengenai pemenang hadiah Nobel ini.
Saya kemudian turun ke sebuah toko buku yang ada di Centro Cultural ini dan melihat-lihat buku buku karya Gabriel serta tulisan mengenai dirinya.
Selain buku dalam bahasa Spanyol, saya sempat mengintip buku 100 years of Solitide dalam bahasa Inggris dan melihat bab pertama serta membaca bagian belakang buku. Â
Saya akhirnya ingat lagi bahwa buku ini merupakan novel dengan genre Magic Realism yang mengggabungkan kisah nyata dalam sejarah Kolombia dengan fiksi.
Bab pertama buku ini mengambil tempat di sebuah kota khayali bernama Macondo dan dimulai dengan kalimat: Â "Many years later, as he faced the firing squad, Colonel Aureliano Buenda was to remember that distant afternoon when his father took him to discover ice." Â
Buku ini menceritakan tentang keluarga Buendia selama 7 generasi dengan air cerita dan kisah yang sangat memukau.