Kunjungan Festival Kebhinekaan kali ini adalah sebuah kuil Hindu yang berada di kawasan Pluit, yaitu Kuil Shiva Mandhir. Sebenarnya kuil ini sudah sering saya lihat dari kejauhan jika keluar tol dari bandara menuju Pluit, namun siapa sangka malam itu saya berkesempatan berkunjung ke dalamnya.
Sekuat pukul 18.40 acara kami dimulai dan untuk masuk ke dalam kuil, alas kaki harus disimpan di rak yang tertata rapi. Â
Kunjungan dimulai dengan tur keliling kuil dipandu oleh pengurus kuil. Â Kami diajak melihat berbagai pating dewa dan dewi yang ada di kuil ini.
Sebagian dewa dan dewi itu sudah kita kenal luas seperti dewi Laksmi, ada juga dewa Baruna, Rama Shinta, Laksamana, Hanoman dan lain sebagainya. Juga ada patung berbagai tokoh agama yang dihormati dalam agama Hindu seperti Sai Baba, Jhai Share Ayappa dan Dada Sham. Â
Kami juga sempat mampir ke altar dan bertemu dengan pendeta yang memberikan berkat dengan air suci dan juga tanda di kening. Konon ini adalah tanda agar meninggalkan niat dan fikiran  buruk sebelum beribadah diÂ
Sekilas bangunannya khas India dengan sebuah pagoda yang lumayan tinggi dan cantik.
Menurut sejarah kuil ini pertama kali dibangun pada  tahun 1954 dan kemudian direnovasi dan diperluas pda 1975.
Menurut Jay, salah seorang peserta festival yang juga pemeluk Hindu, kuil ini merupakan  meeting point berbagai aliran Hindu yang ada di Indonesia. Â
Kebetulan setiap Senin malam di kuil ini ada acara ibadah yang disebut bajan.
Ritualnya ternyata berupa nyanyian yang melantunkan syair dan  lagu pujian kepada dewa dan dewi tertentu.  Acara ini berlangsung sekitar satu jam, sementara kami berdiskusi dan tanya jawab dengan Jay mengenai dasar-dasar kepercayaan dan konsep dalam agama Hindu.
Berbeda dengan kebanyakan pendapatan orang banyak, agama Hindu yang mengenal banyak dewa dan dewi ini pun sesungguhnya hanya mengenal satu Tuhan. Namun tentu saja saja konsep agama Dharma seperti Hindu, Buddha dan agama-agama timur pada umumnya berbeda dengan konsep agama Samawi.
Swedia upacara bajan, para jemaah berbaris dan meminta semacam berkah dari pendeta dan setelah itu acara ramah tanah dimulai dimana kami disuguhkan makan malam vegetarian yang cukup lezat.
Uniknya lagi adalah kuil Shiva Mandhir ini letaknya berdampingan dan berbagi tembok dengan kelenteng Sathya Dharma yang tepat ada di sebelahnya sehingga menunjukkan toleransi beragama yang sangat kental.
Kunjungan singkat ke kuil Shiva Mandhir di Pluit ini memang hanya membuka sekelumit perkenalan akan agama Hindu. Namun tentunya lebih baik daripada sama sekali tidak mengenalnya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H