Setelah mengantar saya ke Museo de Oro dan membeli tiket seharga $5.000 alias 5 ribu Peso Kolombia, Mas Fadhil mohon pamit untuk kembali ke kedutaan. Dan saya memulai jalan-jalan dan petualangan di ibu kota Kolombia sendirian saja. Â Dengan hanya bermodal gadjet beserta google map. Â Ngeri-ngeri sedap juga mengingat reputasi Bogota dan Kolombia yang menurut rating mempunyai tingkat keamanan yang cukup rawan.Â
Tetapi dengan boleto alias tiket di tangan, saya mulai mengikuti arus turis yang ternyata cukup ramai berkunjung ke Museo del Oro atau Museum Emas ini. Â Letak museum ini juga sangat strategis di pusat kota tua Bogota, masih di kawasan La Candelaria, dan tepat di depan sebuah taman bernama Parque Santander atau tepatnya di persimpangan antara calle 16 dan Carrera 6a.
Di lobi museum ini, pada dinding nya tertylis nama Museo del Oro Banco de La Republica dan di tengahnya ada lambang Banco de La Republica Colombia yang merupakan relief kepala seorang perempuan berambut panjang. Â Ternyata Banco de La Republica ini merupakan sponsor berdirinya museum ini dan beberapa museum terkenal lainnya di Bogota.
Saya kemudian naik ke Segundo Piso atau lantai 2 untuk mulai melihat isi museum. Â Ternyata dari dinding kaca museum ini kita bisa melihat keadaan di luar di sekitar museum. Â Selain banyak pedagang kaki lima seperti di tanah air, banyak juga pedagang asongan yang menawarkan dagangan baik suvenir dan juga bahkan sim card dengan harga cukup miring. Â Walau pun tamannya cantik, tetapi sekilas memang kesannya kurang terjaga kecantikannya.
Museo Del Oro atau museum emas ini terdiri dari beberapa lantai dan secara umum dibagi dalam berbagai ruangan atau Sala yang memiliki tema tertentu. Â Saya hanya mengikuti aliran arus gerak para pengunjung dan sesekali mencuri dengan penjelasan pemandu wisata baik dalam bahasa Inggris atau Spanyol.
Ruangan pertama di lantai dua ini memiliki tema El trabajo de los metales yang Teknik pertambangan dan pembuatan bahan-bahan metal dari zaman kuno. Â Jadi selain emas berbagai jenis logam pun dapat dilihat dipamerkan di sini. Â Salah satu display yang menarik adalah Teknik memperbaiki emas yang dipamerkan di dinding kaca. Â Berbagai jenis perhiasan dan topeng emas ada di sini. Â Â
Â
Perjalan berlanjut ke Sala ke dua yang terletak masih di lantai dua museum yang memiliki tema  La gente y el oro en la Colombia prehispnica,  yang memberikan sekedar perkenalan akan penggunaan metal terutama emas dalam masyarakat Kolombia sebelum kedatangan bangsa Spanyol.  Penggunaan bahan ini biasanya dalam konteks religi dan politik. Â
Â
Saya kemudian naik lift menuju ke Sala ketiga yang terletak di lantai 3. Temanya cukup menarik yaitu Cosmologa y simbolismo.  Di sini kita bisa melihat benda-benda yang berkilauan yang digunakan dalam konteks simbol dan juga mistik dan dunia supernatural.  Salah satunya adalah penampilan ular berkepala dua yang merupakan salah satu simbol mistis di negara-negara Amerika latin.  Juga ada penampilan kepala suku dan segala ornamennya yang ditampilkan dengan penuh misteri.
Di sala ke empat yang juga terletak di lantai tiga, ditampilkan tema La Ofrenda yang membuat pengunjung tenggelam dalam dunia mistis pengorbanan dan persembahan yang dilakukan oleh orang-orang zaman dulu dan menggunakan barang-barang dari emas.
Perjalanan di Museo del Oro belum selesai. Di lantai 4 terdapat El Exploratorio yang mempromosikan inter-aktivitas dan refleksi tentang keberagaman . Â Di sini juga ada peta Kolombia dalam ukuran besar yang ada di lantai. Â Bahkan ada ruangan terbuka untuk sejenak bersantai menikmati sinar mentari di Bogota yang sejuk.
Yang tidak kalah menarik adalah sebuah lukisan yang menggambarkan tiga orang pemuda pemudi berkulit hitam yang sedang menari.  Di sudut kiri bawah lusian  ini tertulis:
Â
Pero mi repique bronco, pero mi profunda voz,
convoca al negro y al blanco, que bailan el mismo son, Â
Tapi deringku yang keras, tapi suaraku yang dalam,Â
memanggil yang hitam dan yang putih,
yang menari lagu yang sama,
Ini adalah penggalan puisi berjudul La Cancion del Bongo karya Nicola Guillens, seorang penyair yang berasal dari Kuba. Â Puisi ini menggambarkan bahwa baik kulit putih atau kulit hitam memiliki peran dan kesempatan yang sama dalam menikmati kehidupan yang sama. Â Nicolas
Saya juga masih sempat mengintip sejenak temporary exhibition di lantai bawah tanah yang mengusung tema kehidupan masyarakat tradisional di Amazon. Â Siapa sangka Kolombia juga memiliki kawasan Amazona yang cukup luas yang selama ini selalu kita asosiasikan dengan Brazil, negeri tetangganya yang amat luas.
Saya kemudian kembali ke lantai 1 dan melihat sebuah prasasti bertuliskan:
"En 1939, por iniciativa e impulse de  Julio Caro y Luis Angel Arango ilustres gerentes del Banco de La republica, se dio comienzo a la colleccion de orfebreria indigena precolombiana que sirvio de base a lo que hoy es El Museo del Oro,"
"Pada tahun 1939, atas inisiatif dan dorongan Julio Caro dan Luis Angel Arango, manajer terkemuka Banco de La Repblica, koleksi kerajinan emas asli pra-Kolombia dimulai, yang menjadi dasar bagi apa yang sekarang disebut Museum Emas,"
Sekitar dua jam berada di Museo Del Oro membuat saya lebih mengenal sejarah kebudayaan masyarakat Kolombia sebelum kedatangan Spanyol dan hubungannya dengan emas sebagai benda yang konon menjadi daya tarik kedatangan bangsa-bangsa barat ke negeri Kolombia dan negara Amerika Latin lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H