Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Armada Helikopter di Lanud Atang Sanjaya

7 Januari 2024   14:26 Diperbarui: 7 Januari 2024   14:41 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak jauh dari heli NBO 105 ini, ada lagi sebuah helikopter dengan cat orange yang sama, tampak sedikit lebih besar namun sangat langsing dengan moncong yang khas. Ternyata ini adalah heli jenis Dauphine yang juga merupakan buatan IPTN bekerja sama dengan Airbus Helicopters.   Yang berbeda tentu saja teknologinya karena heli Dauphine AS365 N3+ ini merupakan produksi sekitar tahun 2015, sementara MBO 105 adalah teknologi tahun 1970 an.  Moncong heli yang mirip ikan lumba-lumba ini lah yang mungkin menyebabkan helikopter ini dijuluki Dauphine yang dalam bahasa Perancis berarti ikan lumba-lumba.

Sekilas yang dapat dilihat adalah ketika sepat mengintip ke dalam kokpit yang telah dilengkapi dengan alat navigasi dan komunikasi yang lebih canggih termasuk glass cockpit sehingga tidak lagi memiliki terlalu banyak instrumen klasik.  Dimensinya juga sedikit lebih besar dengan panjang sekitar 14 meter dan tinggi 4,3 meter.

Ruang kabin heli bermesin ganda Turbomeca ini mampu mengangkut 12 orang penumpang dengan kecepatan maksimum sekitar 269 km/jam dan ketahanan terbang hingga 4, 3 jam.  

AW 139: Dokpri
AW 139: Dokpri

Di dalam hanggar ini juga ada satu lagi pesawat helikopter yang paling besar yaitu jenis AW 139 yang juga merupakan heli terbaru dan paling canggih dalam armada heli yang dimiliki Basarnas dan dioperasikan di Lanud Atang Sanjaya ini.

Selain memiliki dimensi yang lebih besar sehingga bisa mengangkut 15 penumpang dan dua awak, heli juga mampu terbang dengan ketahanan lebih dari 6 jam dengan kecepatan lebih 300 km/jam.

Di samping itu, seperti juga Dauphine, AW 139 juga dilengkapi dengan rescue hoist permanen yang sangat bermanfaat untuk mengangkat dan mengangkut tandu dalam proses evakuasi.  Heli ini sendiri merupakan produksi Agusta Westland yang merupakan Perusahaan patungan Italia Amerika yaitu Finnmeccanica. 

Heli ini sendiri konon diproduksi di Italia dan dirakit di Pondok Cabe di hanggar milik Pelita Air Services atau lebih tepatnya Indopelita. Salah satu keunggulannya adalah kemampuannya untuk terbang hingga ketinggian 2000 kaki.

Kunjungan di Landu Atang Sanjaya kemudian dilanjutkan dengan mampir ke Skadron Udara 6 untuk melihat helikopter klasik Twin Pack yaitu Sikorsky S58T yang kini dijadikan semacam museum mini. Di sini kita bisa sejenak mempelajari lintasan kisah pesawat yang sudah sejak lama dipensiunkan dari tugas ini.   Skadron 6 juga mempunyai lambang maung atau harimau yang disebut dengan cougar dan tampak menjadi mascot di tempat ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun