Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Garis Batas 44: Menjenguk Al-Quran Tertua di Dunia

31 Desember 2023   17:37 Diperbarui: 31 Desember 2023   17:44 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi sekitar pukul 6, saya sudah turun ke lobi karena teman-teman semua, termasuk Mas Agus, akan segera berangkat menuju bandara Islam Karimov di untuk kembali ke Jakarta. Berakhir sudah pertualangan dan kebersamaan kami di Uzbekistan selama sekitar satu minggu ini.  Wah rasanya lumayan sedih, karena biasanya kami selalu beramai-ramai ke tempat-tempat menarik, kini, saya ditinggal hanya berdua saja.

Perjalanan saya di Uzbekistan memang belum selesai, saya masih ada akan bermalam satu hari lagi di Hotel Uzbekistan sebelum melanjutkan perjalanan ke negara Asia Tengah yang lain. Dan kini benar-benar perjalanan tanpa pemandu wisata, sebuah petualangan yang tentunya lebih menarik dan menantang.

Sesudah makan pagi di hotel, kami kali ini memiliki rencana untuk berkunjung ke beberapa tempat di Tashkent yang lumayan menarik dan belum sempat dikunjungi sebelumnya.   Dan destinasi pertama adalah Hazrati Imam Complex yang berada di kawasan Kota Tua Tashkent.   Untuk menuju ke sana, saya langsung memesan taksi online Yandex dengan ongkos yang tidak terlalu mahal yaitu sekitar 12 Ribu Sum saja. Setelah itu tinggal duduk manis di dalam taksi sambil menikmati pemandangan kota Tashkent dengan jalan-jalannya yang lebar, banyak taman-taman dan juga air mancur.  Tampak sebagai sebuah kota modern yang rapi dan bersih.  Dan uniknya hampir tidak ada kendaraan bermotor roda dua seperti di tanah air.

Sekitar dua puluh lima menit perjalanan, kami sampai di tempat tujuan. Taksi berhenti di halaman di samping kompleks yang terlihat sangat megah dan luas, dengan menara dan kubah yang megah. 

Dokpri
Dokpri

Saya berjalan santai di halaman yang lumayan luas dengan lantai warna coklat mirip gurun pasir.  Di depan sini juga ada sekelompok pepohonan dengan bunga-bunga warna ungu. Di sebelah kiri saya ada beberapa bangunan dan juga pintu gerbang besar dengan lengkungan yang khas, DI bagian atas dihiasi dengan kaligrafi di atas keramik yang indah.  Jendela dan pintu-pintu besar ada di bangunan ini. Sementara di tengah adalah gapura atau iwan kompleks Hazrati Imam, atau juga masjid yang saya belum ketahui namanya.  Maklum kali ini tanpa pemandu sehingga saya harus mencari informasi sendiri mengenai bangunan-bangunan ini. 

Tepat di depan , ada sebuah menara yang lumayan tinggi menjulang dan di puncaknya ada sebuah kubah kecil dengan warna biru muda. Sekilas bentuk ornamen di bagian atas menara mirip dengan menara masjid Kalon di Bukhara. Namun komposisinya tampak lebih langsing.

Di halaman depan ini juga ada sebuah prasasti dari marmer warna hitam dengan tulisan warna kuning emas.  "Hazari Imom Jome Masjidi," demikian namanya dalam bahasa Uzbek. Namun lengkap dengan terjemahan dalam Bahasa Arab, Rusia dan Inggris, yaitu Jami Mosque Hazati Imam.    Dan di atasnya juga ada tulisan Muslim Board of Uzbekistan Tashkent City Almazar District. 

Tidak berapa lama kemudian kumandang azan Dhuzhur menggema dari menara masjid.  Tampak orang-orang ramai mulai berdatangan ke masjid, sehingga saya pun kemudian ikut salat berjamaah.  Nah kembali pengalaman di Samarkand terulang kembali, yaitu banyaknya rakat salat sunah baik sebelum maupun sesudah salat fardhu. 

Dokpri
Dokpri

Setelah salat Dzuhur baru saya mengembara ke bagian lain dari kompleks yang cukup luas ini. Ternyata bukan hanya ada masjid melainkan juga beberapa bangunan yang terlihat masih baru dan tidak terlalu tua. 

Selain masjid yang ada di barisan paling depan, di sini juga ada mausoleum, yaitu Mausoleum Hasti Imam dan juga mausoleum Abu Bakar Kaffal Sashi, seorang ulama yang hidup pada sekitar abad ke 10 di Tashkent namun banyak menghabiskan waktu untuk belajar di berbagai kota dunia Islam termasuk di Baghdad.

Dokpri
Dokpri

Selain mausoleum di tempat ini juga terdapat beberapa madrasah seperti Madrasah Barak Khan dan Madrasah Muyi Mubarok.  Walau dibangun pada abad ke 16, bangunan-bangunan yang ada sekarang merupakan hasil restorasi pada abad ke XX, setelah kemerdekaan Uzbekistan. Walaupun megah dan indah, namun setelah melihat kemegahan madrasah0 madrasah di Samarkand, maka madrasah di Tashkent ini memang tidak lagi membuat kita terlalu kagum.  Walaupun begitu luasnya kompleks Hazrati Imam ini memang sangat luas, sehingga untuk mengelilinginya perlu watu yang lumayan lama dan kalau lelah bisa sejenak beristirahat dahulu.

Akan tetapi yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk mampir ke kompleks ini, memang bukanlah madrasah atau masjidnya, melainkan bangunan yang lebih kecil, yaitu perpustakaan dam museum.  

Bahkan untuk masuk ke perpustakaan kita harus membayar tiket seharga 40 ribu Sum. Karena di dalam perpustakaan ini disimpan sebuah benda pusaka yang dulunya berada di Samarkand,  Di dalam sebuah kotak kaca dipamerkan sebuah Al Quran yang konon merupakan slah satu dari Al-Quran paling tua di dunia yang ditulis di zaman Kalifah Usma.  Di dalam sini, pengunjung dilarang membuat foto dan bahkan untuk melihatnya pun harus antre satu persatu.

Dokpri
Dokpri

Selain Al-Quran tua ini, di gedung lain  yaitu di museum juga disimpan benda berharga peninggalan atau relik Nabi Muhammad yaitu beberapa helai rambut. 

Sekitar 1 jam lebih kami berada di sini, dan selanjutnya memutuskan untuk berkunjung ke tempat lain yang tidak kalah menarik yaitu Minor Mosque.  Yuk nantikan ceritanya

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun