Kami kemudian  memasuki ruangan gereja yang tidak terlalu luas tetapi terasa cukup asri dan cantik. Melewati pintu kita akan sampai ke tembok atau dinding penghalang yang dilapisi kayu warna plitur coklat dengan tulisan GKP Jamaat Depok dari kuningan.
Dinding  penghalang itu ternyata tidak memiliki maksud tertentu dan dibuat hanya dengan tujuan kenyamanan dan ketenangan sewaktu beribadah saja.
Deretan kursi untuk jemaat berbaris  rapi dan kedua sisi gereja terbuat dari dinding yang memiliki ornamen dari anyaman bambu yang memberikan nuansa  tradisional khas tanah Pasundan.
Mimbar atau altar gereja tampak sederhana dengan sebuah salib ukuran besar menjadi latar belakang.
Pak Hendra juga sekilas menjelaskan  perbedaan penampakan gereja Protestan dan Katolik, yaitu tidak adanya patung Kristus dan juga patung orang suci di gereja Protestan.
Warna  ungu juga sangat dominan di interior gereja seperti pada spanduk yang ada di belakang altar. Salah satunya bertuliskan nukilan ayat Alkitab  : "Kemuliaan bagi Allah dan Damai Sejahtera di
Bumi,"
Selain itu juga ada mimbar yang diselimuti kain warna ungu berhiaskan salib warna putih. Di depannya ada meja altar bertaplak  kain warna ungu dengan sebuah kitab besar yang  terbuka dan juga dekorasi lilin sebagai pemanis di dekatnya.
Suasana perayaan Natal sudah semarak di gereja ini. Di sini pula peserta dipersilahkan untuk bertanya dan berdiskusi.  Bahkan  sempat juga diperlihatkan sebuah foto tua  gereja ini sebelum direnovasi.