Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menembus Garis Batas 36: Sejenak Menjadi Orang Uyghur di Bukhara

23 November 2023   14:54 Diperbarui: 23 November 2023   18:08 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari masih pagi menjelang siang ketika akhirnya kami meninggalkan mausoleum Ismail Somoni dan memutuskan untuk berjalan-jalan melihat tempat-tempat lain di sekitar Taman Ismail Somoni di kota Bukhara ini. 

Sekitar 10 menit berjalan melewati taman yang luas dengan banyak pepohonan dan juga kursi-kursi taman, kami sempat melewati penduduk lokal yang sedang bercengkerama di taman. Melihat saya memakai topi khas Uzbek yang cantik yang saya beli di Samarkand , mereka mengucapkan salam sambil bertanya dan memanggil : Uyghur, Uyghur. Mungkin mereka mengira bahwa saya berasal dari Xinjiang hanya karena topi tersebut. 

Tidak lama kemudian, ada sebuah bangunan tua yang cukup unik. Ada di sudut taman. Sekilas bentuknya mirip sebuah benteng kuno.  Namun sangat khas karena ada sebuah menara bundar dengan atap berbentuk kerucut yang sangat tidak lazim di kawasan Asia Tengah. Lebih mirip sebuah puri dari negeri dongeng. Di dekatnya juga ada menara berbentuk oktagon dengan atap berbentuk kubah kecil.

Saya kemudian mendekati bangunan ini dan dari pintu melihat banyak orang yang keluar. Kemungkinan besar wisatawan atau juga turis lokal.  Saya mencoba masuk dan ternyata harus membeli tiket melalui pintu di sisi yang lain, karena ini merupakan pintu keluar. 

Di sini saya baru tahu bahwa bangunan ini merupakan sebuah museum yang Bernama Museum of Water Supply.   Sebuah museum yang cukup aneh karena berada di kota Bukhara yang gersang. 

Namun tempat ini ternyata bukan hanya sebuah museum dan lebih dikenal sebagai tempat suci Bernama Chasma Ayub Mausoleum.  Fakta dan legenda bertaut manis di tempat yang diduga merupakan makam Nabi Ayub.  Menurut legenda di tempat ini pula dulu nabi Ayub pernah menancapkan tongkatnya dan menghasilkan sebuah mata air yang jernih ketika saat itu penduduk di kawasan ini sedang dilanda kemarau dahsyat dan banyak orang yang meninggal karena kehausan.  Karena itu pula tempat ini diberi nama Chasma Ayub yang bermakna Mata Air Ayub.  

2c54f01b-bfcf-4b94-a934-9b8ab9ad42ea-655f18de110fce7ed472ff32.jpeg
2c54f01b-bfcf-4b94-a934-9b8ab9ad42ea-655f18de110fce7ed472ff32.jpeg

Saya kemudian berjalan lagi ke sebuah bangunan yang cantik dengan arsitektur modern yang berada di depan  Chasma Ayub Mausoleum ini, berhadap-hadapan hanya kurang dari 100 meter saja.  Bangunan ini bentuknya unik karena sekilas bagaikan  kitab yang terbuka dengan sebuah menara segitiga di tengahnya . Ada anak tangga naik ke pintu masuk di atas.

Input prasasti :dokpri 
Input prasasti :dokpri 

Tadinya saya tidak berniat masuk. Namun sebuah prasasti bertuliskan : mom Al-Bukhari Xotira Majmuasi dalam bahasa Uzbek dengan terjemahan Memorial Complex Imam Al-Bukhari menarik perhatian saya.  Sudah jauh-jauh datang ke Bukhara, mengapa tidak mengenal lebih jauh tentang Imam Al-Bukhari yang terkenal itu.

 Kubah Kaca: dokpri
 Kubah Kaca: dokpri

Saya kemudian menaiki anak tangga di samping menara segitiga itu. Di atas ini saya melihat sebuah kubah kecil dari kaca cantik . Mungkin untuk memberikan penerangan alami buat ruangan di bawahnya. 

Saya kemudian masuk melalui pintu dan membayar 10 Ribu Sum sebagai tiket masuk. Memorial Complex ini sangat sepi, tidak ada pengunjung lan kecuali saya dan dua petugas Perempuan berusia setengah baya yang menegur ramah dalam Bahasa Rusia.  Sama sekali tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. 

 Informasi di dinding: dokpri
 Informasi di dinding: dokpri

Saya kemudian memulai pengamatan dengan membaca penjelasan di yang dipajang di dinding yang menceritakan sekilas Riwayat hidup beberapa imam yang terkenal, di antaranya Muhammad Ibn Isa Ibn Savra Ibn Musa Ibn Zakhdok Sulaimi Bug Termizi yang dulahirakan di Termez pada 824.  Dikisahkan Imam Termizi ini yang menerima pendidikan dasar di Khurasan, Bukhara ini mampu menghafal ribuan hadits.  Ternyata Imam Termizi ini pernah bertemu dengan Imam Bukhari dan Imam Bukhari berkata: "Saya menerima lebih banyak kepuasan spiritual dari kamu dibandingkan yang kamu terima dari saya.   

Kota Imam Bukhari pernah tinggali dokpri
Kota Imam Bukhari pernah tinggali dokpri

Di salah satu pojok dinding, juga dipajang sebuah peta yang menggambarkan kota -kota di mana Imam Bukhari pernah tinggal seperti  Mekah, Madina , Kairo, Baghdad, Yerusalem Isfahan, Basra, Nishopur, Asghabat, Hirot, Samarkan dan tentu saja kota kelahirannya Bukhara. 

Petilasan: dokpri
Petilasan: dokpri

Dengan campuran Bahasa Rusia dan bahasa Isyarat, salah seorang perempuan penjaga museum berkata apakah saya ingin berziarah sambil menengadahkan kedua tangannya.  Saya sempat kaget karena tidak menyangka bahwa di sini ada makam atau petilasan.  Perempuan itu kemudian mengajak saya menuruni tangga ke ruang bawah,

Ternyata tepat di bawah kubah kaca yang tadi saya lihat di atas ada semacam petilasan yang berbentuk delapan tiang mirip sebuah makam.  Kubah kaca itu adalah atapnya.  Di lantai ada cekungan berbentuk bintang segi delapan dengan sebuah gundukan yang ditutupi kain warna biru dengan renda border keemasan.  Mungkin ini yang dianggap sebagai tempat suci tadi tempat pengunjung boleh sejenak memanjatkan doa kepada Imam Bukhari.  Di antara tiang-tiang tadi pagar kayu yang rendah sekedar menjadi hiasan dan penanda.   

 Kitab Tafsir: dokpri
 Kitab Tafsir: dokpri

Setelah sejenak mampir dan memanjatkan doa saya melanjutkan pengembaraan dengan melihat benda-benda yang dipamerkan di ruang bawah ini. Ada sebuah kitab tua yang di simpan dalam kotak kaca. Kitab naskah dalam bahasa arab ini ternyata merupakan kitab tafsir hadis yang berasal dari abad 15.

 Jubah : diorama: dokpri
 Jubah : diorama: dokpri

Di sisi lain ada semacam diorama dalam kaca yang menggambarkan para ulama zaman dulu sedang duduk bersimpuh sambil memegang kitab, lengkap dengan sorban dan janggutnya yang lebat. Juga di dekatnya di dalam kotak kaca dipamerkan pakaian berbentuk jubah warna merah dadu lengkap dengan penutup kepala.

Setelah sekitar 15 menit berada di ruangan bawah, dan tidak ada hal menarik lainnya untuk dilihat, saya kembali ke lantai atas. Di sini dijual beberapa suvenir dan akhirnya saya membeli sebuah T shirt bergambar bangunan kuno di Bukhara.

Input Warung Somsa: dokpri
Input Warung Somsa: dokpri

Dari memorial Imam Bukhari, kami berjalan lagi menyusuri jalan raya dan melihat toko-toko yang cukup ramai. Rupanya semacam pasar tradisional.  Tidak lama kemudian, karena tiba waktu makan siang dan sudah sedikit lapar, kami mampir di sebuah warung kecil yang menjual kuliner tradisional Uzbekistan. Saya sempat menikmati dua potong samsa dan melihat proses pembakarannya di tandur tradisional dengan tungku dari tanah lihat dan arang yang membara. Di warung ini , selain samsa juga ada manti, dan laghman, mie khas Asia Tengah yang lezat. 

Pada spanduk kecil yang dipajang di depan warung tertulis kata Tandur Somsa dengan gambar somsa dan manti yang terlihat lezat. Juga ada tulisan Buyurtmalar qabul qilamiz yang dalam bahasa Uzbek bermakna kami menerima pesanan lengkap dengan nomor telepon

 samsa: dokpri
 samsa: dokpri

Selesai sejenak menikmati samsa. Kami segera memesan taksi online untuk kembali ke hotel di dekat Lyabi Haus di dekat Pohon Agus. Berkat aplikasi Yandex , perjalanan di Bukhara tampak semakin mudah.  Sesampainya di hotel kami siap-siap untuk segera menuju ke stasiun untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Tashikent, ibu kota Uzbekistan dengan kereta Sharq, kereta peninggalan zaman Soviet.

Demikian sekilas pengalaman di pagi hingga diang di Bukhara dan sempat dikira orang Uyghur.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun