Nah sang gadis kemudian menunjuk ke sebuah sunduq atau kotak alias koper yang terbuat dari logam. Kata sunduq ini mengngatkan saya akan bahasa Arab yang memiliki makna yang sama. Konon koper besi in adalah milik orang Yahudi yang ditinggalkan begitu saja dan suatu waktu ada seorang pengunjung yang menangis dan mengaku kalau koper ini dulu adalah milik ya. Â Di ruang bawah tanah ini juga dipamerkan sepasang pintu ayu tua berwarna hijau muda yang disebut dengan Pintu Baghdad yang berasal dari abad ke XIX.
Kami berjalan melewati koridor yang sempit dan gelap dan kemudian muncul di sebuah ruangan yang lumayan besar. Â Ruangan ini berfungsi seperti sebuah museum dimana dipamerkan banyak foto dan gambar Bukhara dari masa lalu. Ada gambar Peta wilayah Emirat Bukhara, dan juga Amir Nasrulloh, Emir Bukhara (1827-1860) dan juga foto tokoh-tokoh Yahudi Bukhara yang ternama.Â
Selain itu di dinding juga dipamerkan berbagai jenis karpet Bukhara dengan bermacam pola dan corak yang cantik. Kami kemudian dipersilahkan untuk duduk di kursi yang juga tidak kalah cantik dan beristirahat sejenak sambil menyaksikan video yang menayangkan film dokumenter tentang sejarah Yahudi Bukhara.Â
Perjalanan di Rumah Tua yang sekarang menjadi Museum Yahudi ini dilanjutkan ke lantai atas, ke sebuah ruangan yang sekarang dijadikan toko suvenir. Di sini kembali dijual berbagai macam pernak-pernik kerajinan tangan yang cantik dan menarik. Â Saya kembali membeli beberapa tempelan kulkas yang kecil dan mudah dibawa.Â
Perjalanan di Museum Yahudi dilanjutkan dengan melihat-lihat sebuah ruangan cantik yang berisi perabotan serat dinding- yang berhias khas warna-warni. Â Khas rumah Yahudi di Bukhara. Â Yang menarik adalah rak-rak kecil untuk menari berbagai jenis barang yang ada di dinding. Â Rak-rak ini dalam bahasa Uzbek disebut dengan Tochka. Â Dan konon makin mahal barang yang di simpan akan di taruh di tempat yang lebih tinggi.Â
Sayangnya siang itu, sinagoga sedang tutup sehingga kami tidak bisa sejenak mengintip apa saja di dalamnya. Tetapi yang pasti ada hiasan Bintang Daud dan juga Menorah sebagai mana yang saya lihat di Pemakaman Yahudi. Walau tidak sempat mampir ke sinagoga, gadis tadi sempat bercerita sekilas mengenai asal mula dibangunnya musollah ini sekitar 5 abad yang lalu.  Kala itu seorang Menteri dalam pemerintahan Imam Qoli Khan ingin membangun madrasah Nadir Divan Bigi di sekitar Lyabi Hauz. Â
Ternyata untuk membangun kolam di depan madrasah ini,, harus menggusur rumah milik seorang janda Yahudi. Â Janda ini menolak digusur walau dengan iming-iming ganti untung yang besar. Karena itu sang Menteri memerintahkan untuk membuat kanal yang digali dari sungai Sahrud melewati rumah sang janda. Akhirnya sang janda mengalah dan mau menyerahkan lahannya dan ditukar dengan lahan dimana sekarang berdiri Sinagoga ini. Â Uniknya sebelum sinagoge ini dibangun, ummat Yahudi berkumpul di Masjid Maghaki-I Itarri untuk melaksanakan ibadah bersama-sama ummat Islam, walau pun tentu di ruangan yang berbeda.