Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menembus Garis Batas 22: Bolo Hauz, Masjid 40 Tiang di Bukhara

13 Oktober 2023   15:11 Diperbarui: 14 Oktober 2023   13:11 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga generasi, (Dokumentasi pribadi)

Sambil menunggu saya sempat membaca sebuah papan informasi mengenai Ark of Bukhara yang ditulis dalam bahasa Uzbek, Inggris, dan Rusia. Dijelaskan kalau Citadel Ark atau benteng istana ini sudah ada sejak abad ke 4 dan menjadi tempat tinggal para bangsawan dan penguasa Bukhara hingga tahun 1920. 

Luas total benteng ini sekitar 3,9 hektar. Kami juga sempat berfoto bersama dengan keluarga orang Uzbek dan bercakap-cakap sebisanya. Keluarga ini rupanya terdiri dari 3 generasi, yairtu babushka (nenek), math, (ibu) dan anak perempuan gadis remaja (Debushka). Walau hanya sejenak kembali membuktikan keramahtamahan orang Uzbek terhadap wisatawan.

Odong-odong, (Dokumentasi pribadi)
Odong-odong, (Dokumentasi pribadi)

Akan tetapi tujuan pertama kami siang itu bukanlah ke Ark of Bukhara, melainkan ke sebuah masjid tua yang letaknya di seberang benteng ini, yaitu Masjid Bolo Hauz. Kami kemudian berjalan menyeberangi jalan menuju ke masjid. Cukup berjalan kaki sekitar 3 sampai 4 menit dengan santai. 

Di depan halaman masjid terdapat sebuah kolam yang berbentuk segi delapan atau oktagon Karena itulah masjid yang dibangun pada awal abad ke XVI ini dinamakan Bolo Hauz yang secara harfiah bermakna "di atas air". 

Sambil duduk di kursi taman di dekat kolam, kami mendengarkan cerita Guljan mengenai masjid yang juga dulunya digunakan untuk salat Jumat oleh Emir Bukhara,

Menara, (Dokumentasi pribadi)
Menara, (Dokumentasi pribadi)

Di depan masjid ada sebuah menara yang berbentuk bulat dan tidak terlalu tinggi. Menara ini konon dibangun tidak bersamaan dengan masjid dan memiliki hiasan ornamen yang cantik dengan warna coklat tua yang dominan. 

Ketika kami duduk-duduk serang lelaki tua berusia enam puluh tahunan datang dan menawarkan makanan ringan kepada kami. Mula-mula saya mengira bahwa dia menjual makanan, namun ternyata hanya ingin berbagai makanan saja. 

Menurut Guljan, menara ini sempat miring walau setelah direkonstruksi kini kembali tegak berdiri dengan gagah.

Salah satu keunikan masjid ini adalah adanya dua puluh tiang dari kayu yang ada di beranda depan. Karena tiang-tiang ini pula masyarakat sering menamakan masjid ini dengan sebutan Masjid 40 Tiang dikarenakan kedua puluh tiang ini akan memiliki bayangan di kolam oktagon di depan masjid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun