Replika Choursu Bazaar bentuknya bundar dan di dalamnya ada los atau deretan gerai yang menjual bermacam produk, baik roti, souvenir dan juga masnisan dan buah yang dikeringkan. Jadi mirip dengan yang dijual di Chorsu Bazaar yang asli. Mungkin bedanya adalh temat ini lebih kecil namun leuh lebih mewah. Â Di sini juga ada tempat air minum yang antik yang bisa mengeluarkan air juka disentuh dengan tangan menggunakan sensor. Â Selain itu juga ada vending machine yang menjual minuman dingin maupun hangat. Â Saya sempat membeli air mineral ukuran sedang dengan harga 5 ribu Sum. Â Sedikit lebih mahal dibandingkan di mini market.
Saya kemudian keluar dari Chorsu Bazaar, di sebuah lapangan di depan gedung-gedung yang bersebelahan, ada pertunjukan  atau Street Performance berupa tarian tradisional. Para penarinya, beberapa pasanng jejaka dan  gadis Uzbek yang memakai  kostum khas Uzbekistan, menari dengan lincah mengikuti irama musik.  Wah gadis-gadis Uzbek terkenal dengan kecantikan dan tubuhnya yang langsing membuat penonton terpesona.  Asyiknya, penonton juga bisa ikut menari dengan jenaka di sini, sementara karena saya sudah cukup lelah, akhirnya hanya menonton saja sambil menikmati alunan musiknya yang indah.  Saya juga sempat duduk-duduk di bale-bale yang cantik dengan atmosfer Asia Tengah yang kental. Serasa bagaikan menjadi kaum bangswan di era kejayaan Empirium Timurid.
Tidak terasa waktu menunjukkan hampir  jam 8 malam, saya segera menuju ke tempat berkumpul setelah sebelumnya mampir ke Hojatxona atau toilet.  Di sini kita harus membayar 3000 Sum untuk toilet.  Dalam perjalanan kembali ke Chrsu Bazaar, saya sempat melihat ada pertunjukan boneka atau wayang gaya Uzbekistan.  Kami kemudian bersama-sama menuju pintu masuk untuk memesan taksi online. Â
"Kami tadi naik perahu yang besar dan berkayar mengeliling kanal sambil menikmati pemandangan yang indah," ujar Pak Hendro yang sempat menjajal naik perahu bersama istrinya, Bu Henny. Â Ternyata ada beberapa macam boat, bahkan ada yang bergaya Italia dan juga Cina.
Makin malam suasana di Silk Road Complex kian bertamabah ramai. Â Ketika kami mau pulang, masih banyak pengunjung yang baru datang. Â Bukan hanya dengan kendaraan pribadi, banyak juga rombongan wisatawan yang datang dengan bus- besar. Sementara penduduk lokal Samarkand, baik tua, muda, anak-anak maupun bayi yang menggunakan stroller juga ikut menikmati suasana malam yang riang gembira ini. Â Langit kota Samarkand juga tampak cerah ditaburi bintang-bintang.
Tidak lama kemudian, Â kami tiba di Registan Square, pertunjukan 3 D yang dijanjikan ternyata tidak ada dan hanya laser show dengan musik seperti yang kita saksikan malam sebelumnya. Â Mungkin Daniyor menerima informasi yang salah alias hoaks tentang pertunjukan 3D ini. Â
Acara malam itu ditutup dengan menikmati makan malam bersama di sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari hotel. Hanya berjalan kaki sekitar 5 menit aja.
Waktu sudah menunjukan sekitar pukul 23 malam ketika kami selesai makan malam. Di bawah embusan angin yang lumayan sejuk, kami berjalan santai menuju hotel.
Sebuah hari yang panjang dan melelahkan di Samarkand. Walau tubuh terasa capai, tetapi hati tetap senang dan gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H