Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Aplikasi KAI Komuter Hingga Pojok Baca: Bunga Rampai Pengalaman Naik KRL

27 Agustus 2023   15:42 Diperbarui: 27 Agustus 2023   15:47 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik KRL atau Kereta Komuter sudah menjadi pilihan utama saya untuk bepergian ke mana saja di kawasan Jabodetabek sejak beberapa tahun terakhir ini.  Bila tempat yang dijangkau jauh dari stasiun KRL, baru dilanjut dengan moda angkutan lain seperti angkot atau ojek online.  Walaupun begitu, sebenarnya saya sendiri baru mulai rutin menggunakan KRL sejak mulai lelah dan bosan menggunakan kendaraan pribadi.  

Selain banyak pembatasan seperti ganjil genap, juga terkadang lebih lama karena macet dan kurang efektif serta ekonomis karena harus membayar biaya tol serta parkir yang cukup mahal. 

Kalau sejenak ingin bernostalgia, sebenarnya saya boleh dibilang sudah sangat terlambat menggunakan KRL. Dulu walau belum memiliki kendaraan pribadi, saya lebih suka naik bus kota baik PPD atau Patas digabung dengan angkot dan omprengan untuk pulang pergi ke tempat kerja. 

Kemudian dilanjut dengan menggunakan kendaraan pribadi hingga akhirnya saya mulai mengenal KAI Komuter yang ternyata tidak kalah nyaman dengan moda angkutan sejenis di berbagai negara yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Apalagi sekarang saya tidak terpaku harus menggunakannya setiap hari di jam-jam sibuk, melainkan dapat menggunakannya  sewaktu-waktu untuk mendukung kegiatan yang sporadis dan tidak rutin.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri, memang ada beberapa jalur Komuter Line yang frekuensinya masih agak jarang. Salah satunya adalah kereta yang menuju ke Cikarang.  

Apa lagi sekitar empat tahun lalu sebelum pandemi ketika layanan ke Cikarang masih memiliki rentang waktu sekitar satu sampai satu setengah jam antar keberangkatan kereta.  Untuk itu kita harus benar-benar hafal jadwal kereta dan berusaha tiba di stasiun sebelum jadwal. Namun terkadang kita harus menunggu cukup lama karena kereta yang ingin dinaiki baru saja berangkat. Untungnya kondisi sekarang sudah sedikit membaik untuk relasi Cikarang sehingga frekuensi sudah jauh lebih banyak dan waktu tunggu bisa ditekan menjadi sekitar setengah jam jika tertinggal kereta.  

Untuk relasi Bogor Jakarta Kota Kereta Komuter pada saat ini sudah memiliki layanan yang cukup banyak dengan jarak keberangkatan kereta antara 5 sampai 10 menit sekali, bahkan bisa lebih sering terutama di waktu ramai di pagi atau sore hari.  Akan tetapi untuk relasi Bekasi Kampung Bandan baik via Manggarai maupun Stasiun Senin, terkadang penumpang masih harus menunggu cukup lama, bisa lebih dari 15 menit atau bisa lebih 20 menit jika tertinggal kereta.  

Hal ini mungkin karena jalur kereta terkadang masih harus berbagi dengan kereta jarak jauh ke melayani kota-kota d Jawa Tengah atau Jawa Timur.  Hal yang sedikit mirip juga adalah frekuensi relasi Duri Tangerang yang terkadang harus membagi jalur dengan kereta bandara.

Untungnya, sekarang sudah ada aplikasi KRL Access di telepon genggam saya yang selalu membantu untuk merencanakan perjalanan.  Melalui aplikasi ini, penumpang dapat mengetahui jadwal kereta, posisi kereta, dan bahkan peron tempat kereta berada. Dengan ini, kita bisa memperkirakan waktu untuk menuju ke stasiun dan berada beberapa menit sebelum kereta tiba. Selain tidak usah menunggu terlalu lama di stasiun juga menghindari terlambat atau ketinggalan kereta.  

Selain itu aplikasi KRL Access juga menginformasikan jadwal kereta terakhir yang melayani suatu stasiun sehingga kalau kita bepergian sampai malam masih bisa merencanakan perjalanan agar tidak ketinggalan kereta terakhir dan harus menginap atau naik kendaraan lain yang lebih mahal. Bahkan saya juga bisa memperkirakan waktu kedatangan di stasiun tujuan serta kemudian menambahkan waktu untuk naik kendaraan lanjutan sehingga bisa menginformasikan ke rumah estimasi waktu tiba di rumah walau hari telah larut malam.  

Naik Kerta Komuter memang bisa berbeda-beda pengalamannya tergantung rute dan tentu saja waktu perjalanan. Jika bepergian bersamaan dengan jam sibuk, tentunya harus Bersiap-siap dengan ramainya kereta dan berdesak-desakan yang membuat kurang nyaman, terutama jika tidak data temat duduk.  

Pada waktu-waktu seperti ini, sering juga rasa empati dan toleransi antar penumpang bisa mengalami degradasi sehingga terkadang banyak penumpang yang menempati kursi prioritas yang bukan haknya. Akan tetapi bila kita melakukan perjalanan di luar jam sibuk, biasanya perjalanan dengan KRL akan jauh lebih menyenangkan. Walaupun tidak mendapat tempat duduk, berdiri pun masih lumayan lega dan biasanya setelah beberapa stasiun bisa mendapatkan tempat duduk.

Naik KRL di era sekarang ini, jika dalam situasi penumpang tidak terlalu ramai, maka kita dapat menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh bermacam ragam orang.  Baik lelaki, Perempuan, tua, muda maupun anak-anak memunyai kegiatan masing-masing. Ada anak-anak yang sibuk bermain, atau juga tertidur lelap di pangkuan ibunya.  

Ada yang duduk melamun atau sebagian tertidur pulas dalam perjalanan yang mungkin lumayan jauh.  Namun ada satu kegiatan seragam yang mungkin dilakukan oleh lebih dari 7 dari 10 penumpang di gerbong kereta, yaitu bermain ponsel.    Ya bermain ponsel memang sudah menjadi aktivitas yang dilakukan oleh kebanyakan Masyarakat di berbagai tempat dan kesempatan, terutama di angkutan umum.  Terkadang, saya pun masih melakukannya.

Akan tetapi saya memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda. Kebiasaan ini mungkin merupakan warisan era lama sebelum adanya ponsel. Di masa lalu, ketika naik angkutan umum seperti bus kota atau busa PATAS, saya memiliki kebiasaan membaca buku. Baik buku Pelajaran, novel, roman, atau pun buku Pelajaran bahasa asing.  

Dengan membaca buku, perjalanan yang relatif panjang dan lama terasa lebih singkat sekaligus menyenangkan.  Sayang sekali kegiatan ini mulai berkurang saat ini dan di gerbong kereta komuter sudah hampir tidak ada penumpang yang membaca buku. Bahkan surat kabar dan majalah pun sekarang sudah hampir tidak ada karena mungkin saja sudah berganti rupa menjadi layar ponsel. Uniknya di salah satu stasiun, yaitu stasiun Bogor, saya sempat menemukan pojok membaca buku berupa perpustakaan di mana kita dapat membaca dan juga menyumbangkan berbagai buku.

Nah kecintaan saya kepada Kereta Komuter kian bertambah sejak bergabung dengan komunitas Clickompasiana.  Dalam komunitas ini, kami sering bepergian ke berbagai pelosok tempat baik di Jabodetabek maupun di Yogya Solo menggunakan Kereta Komuter.  

Selain Bogor dan sekitarnya, Cikarang, Solo dan banyak tempat dan stasiun sudah saya jelajahi.  Selain itu sudah banyak juga stasiun tua dan bersejarah yang saya singgahi bersama berbagai komunitas pecinta Sejarah seperti Stasiun Kota, blusukan di Stasiun Tanjung Priok dan bahkan menjelajah ah jalur rel di dekat Stasiun Batutulis atau napak tilas lokasi bekas Stasiun Salemba yang dulunya pernah ada.  

Demikian lah , waktu terus berputar dan transportasi umum  di Indonesia, baik Jakarta maupun kota besar lainnya terus berkembang.  Walau kini di Jakarta sudah ada MRT dan juga LRT serta TransJakarta, namun belum ada yang bisa menandingi jangkauan serta keberpihakannya terhadap Masyarakat umum secara luas seperti yang sudah dibuktikan oleh Kereta Komuter.  

Dengan tarif yang relatif sangat terjangkau, kita bisa bepergian dengan jarak puluhan kilometer dari Bekasi ke Bogor hingga Tangerang dan bahkan Rangkas Bitung.   Selain murah dan terjangkau, juga relatif aman, cepat dan sudah pasti bebas macet.

Masih ada satu usulan yang seandainya bisa dilaksanakan mungkin akan membuat rasa cinta saya kepada Kereta Komuter menjadi lebih menggebu.  Kalau kereta api jarak jauh pada saat ini sudah bisa memberikan diskon khusus kepada lansia dan Trans Jakarta bisa memberikan tiket gratis, alangkah baiknya jika KAI komuter juga bisa melakukan kebijakan yang sama.  

Untuk itu, tidak berlebihan jika KAI Komuter saya nobatkan menjadi moda angkutan umum yang paling ramah, merakyat dan menjadi teman kita semua.  Dan untuk mengakhiri artikel ini, saya juga mohon maaf jika selalu menulis Komuter dan bukan Commuter. 

Maju terus Kereta Api Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun