Naik Kerta Komuter memang bisa berbeda-beda pengalamannya tergantung rute dan tentu saja waktu perjalanan. Jika bepergian bersamaan dengan jam sibuk, tentunya harus Bersiap-siap dengan ramainya kereta dan berdesak-desakan yang membuat kurang nyaman, terutama jika tidak data temat duduk. Â
Pada waktu-waktu seperti ini, sering juga rasa empati dan toleransi antar penumpang bisa mengalami degradasi sehingga terkadang banyak penumpang yang menempati kursi prioritas yang bukan haknya. Akan tetapi bila kita melakukan perjalanan di luar jam sibuk, biasanya perjalanan dengan KRL akan jauh lebih menyenangkan. Walaupun tidak mendapat tempat duduk, berdiri pun masih lumayan lega dan biasanya setelah beberapa stasiun bisa mendapatkan tempat duduk.
Naik KRL di era sekarang ini, jika dalam situasi penumpang tidak terlalu ramai, maka kita dapat menyaksikan kegiatan yang dilakukan oleh bermacam ragam orang. Â Baik lelaki, Perempuan, tua, muda maupun anak-anak memunyai kegiatan masing-masing. Ada anak-anak yang sibuk bermain, atau juga tertidur lelap di pangkuan ibunya. Â
Ada yang duduk melamun atau sebagian tertidur pulas dalam perjalanan yang mungkin lumayan jauh. Â Namun ada satu kegiatan seragam yang mungkin dilakukan oleh lebih dari 7 dari 10 penumpang di gerbong kereta, yaitu bermain ponsel. Â Â Ya bermain ponsel memang sudah menjadi aktivitas yang dilakukan oleh kebanyakan Masyarakat di berbagai tempat dan kesempatan, terutama di angkutan umum. Â Terkadang, saya pun masih melakukannya.
Akan tetapi saya memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda. Kebiasaan ini mungkin merupakan warisan era lama sebelum adanya ponsel. Di masa lalu, ketika naik angkutan umum seperti bus kota atau busa PATAS, saya memiliki kebiasaan membaca buku. Baik buku Pelajaran, novel, roman, atau pun buku Pelajaran bahasa asing. Â
Dengan membaca buku, perjalanan yang relatif panjang dan lama terasa lebih singkat sekaligus menyenangkan. Â Sayang sekali kegiatan ini mulai berkurang saat ini dan di gerbong kereta komuter sudah hampir tidak ada penumpang yang membaca buku. Bahkan surat kabar dan majalah pun sekarang sudah hampir tidak ada karena mungkin saja sudah berganti rupa menjadi layar ponsel. Uniknya di salah satu stasiun, yaitu stasiun Bogor, saya sempat menemukan pojok membaca buku berupa perpustakaan di mana kita dapat membaca dan juga menyumbangkan berbagai buku.
Nah kecintaan saya kepada Kereta Komuter kian bertambah sejak bergabung dengan komunitas Clickompasiana. Â Dalam komunitas ini, kami sering bepergian ke berbagai pelosok tempat baik di Jabodetabek maupun di Yogya Solo menggunakan Kereta Komuter. Â
Selain Bogor dan sekitarnya, Cikarang, Solo dan banyak tempat dan stasiun sudah saya jelajahi. Â Selain itu sudah banyak juga stasiun tua dan bersejarah yang saya singgahi bersama berbagai komunitas pecinta Sejarah seperti Stasiun Kota, blusukan di Stasiun Tanjung Priok dan bahkan menjelajah ah jalur rel di dekat Stasiun Batutulis atau napak tilas lokasi bekas Stasiun Salemba yang dulunya pernah ada. Â
Demikian lah , waktu terus berputar dan transportasi umum  di Indonesia, baik Jakarta maupun kota besar lainnya terus berkembang.  Walau kini di Jakarta sudah ada MRT dan juga LRT serta TransJakarta, namun belum ada yang bisa menandingi jangkauan serta keberpihakannya terhadap Masyarakat umum secara luas seperti yang sudah dibuktikan oleh Kereta Komuter. Â
Dengan tarif yang relatif sangat terjangkau, kita bisa bepergian dengan jarak puluhan kilometer dari Bekasi ke Bogor hingga Tangerang dan bahkan Rangkas Bitung. Â Selain murah dan terjangkau, juga relatif aman, cepat dan sudah pasti bebas macet.
Masih ada satu usulan yang seandainya bisa dilaksanakan mungkin akan membuat rasa cinta saya kepada Kereta Komuter menjadi lebih menggebu. Â Kalau kereta api jarak jauh pada saat ini sudah bisa memberikan diskon khusus kepada lansia dan Trans Jakarta bisa memberikan tiket gratis, alangkah baiknya jika KAI komuter juga bisa melakukan kebijakan yang sama. Â