Hari masih pagi di kawasan sekitar Jalan Chandrabaga di depan Grand Kemala Lagoon, Bekasi. Â Jalan yang biasanya sepi tiba-tiba menjadi ramai dengan pawai berbagai jenis kendaraan. Ada yang menggunakan kendaraaan pribadi baik roda dua atau empat, ada juga yang memakai angkot atau mobil bak terbuka. Siapakah mereka ?
Setelah diperhatikan kebanyakan adalah emak-emak dan temanya putr yang berseragam warna oranye  alias kuning genteng, semuanya memakai hujan dengan warna yang sama dengan warna cat angkot yang disewa.  Sebagian membawa bendera salah satu partai dengan nomor delapan. Â
Saya terus berjalan, menyenrangi jalan tol jakarta cikampek. Di Sini kebetulan LRT Jabodebek sedang lewat di atas. Â Setelah menyebrang Kalimalang, saya Sampai di Jalan K.H Noerali yang lebih terkenal dengan jalan KaliMalang.
Ada yang tidak biasa di jalan ini. Di epi jalan banyak bus-bus besar parkir. Angkot pun banyak yang Parkir dan ternyata muatannya emak-emak dan remaja putri. Juga ada bapak-bapak remaja putera dan sebagian anak-anak.
Di sini saya juga berjumpa dengan rombongan emak-emak yang berjalan kaki.  Semua berseragam orange. Selain membawa bendera partai ada juga yang membawa spanduk  bergambar salah satu capres yang sedang top naik daun.
"Mau kumpul dimana Bu? Saya sempat bertanya kepada salah seorang emak berusia 50 tahunan.
"Gak kumpul, kita cuma pawai di sepanjang jalan Kalimalang sampai A. Yani," demikian jawab ibu itu santai.
Suasana semakin ramai dan jalan agak sedikit tersendat. Untungnya masih pagi dan hari Sabtu segingga tidak terlalu mengganggu lalu lintas.Â
Saya kemudia memesan ojol untu menuju stasiun Bekasi. Â Dan di sepanjang jalan menyaksikan pawai atau kampanye yang lumayan meriah. Warna oranye yang dipakai emak-emak, bendera partai no delapan memeriahkan langit kota Bekasi.
Bahkan di sepanjang jalan Ahmad Yani ada juga sekelompok remaja putri yang memainkan musik rebana dan menyanyikan lagu lagu bernuansa reliji.Â
Gambar dan baleho salah satu calon presiden berkibar megah seakan-akan memberi pesan : Pilihlah saya 2024 nanti,"
Abang gojek akhirnya tidak sabar memberi komentar bahwa bagi dia tidak ada bedanya siapa yang akan menjadi presiden. Â Nasibnya tetap akan mengais rezeki dibatas sepeda motornya ini.
Saya kemudian menjawab: apa lagi buat saya, sejak zaman dahulu kampanye di jalan tidak membuat saya bersimpati,"
Saya masih ingat ketika zaman orde baru. Partai yang cuma ada tiga ketika itu diberi giliran kampanye untuk mencegah mereka bertemu dan terjadi konflik. Tetapi setiap hari kampanye, masyarakat menjadi terganggu karena membuat jalan jalan kota Jakarta yang sidah padat menjadi macet.
Kampanye hanya membuat janji. Siapa pun yang terpilih , nasib abang ojol tetap sama. Demikian pesan tang saya dapat dari peristiwa pagi ini di Bekasi.
Namun emak-emak dan remaja putri tetap bersemangat. Menyanyikan lagu lagi dan mendukung salah satu capres yang akan mengubah nasib mereka tahun depan.
Demikian lah, walau pemilu masih lama yuk kita kampanye, pilihlah saya karena dengan memilih saya nanti rakyat akan makmur dan sejahtera. Â
Sampai di stasiun, saya masih harus menunggu kereta cukup lama untuk menuju Bogor . Ah andai saja ada capres yang kampanye akan membuat jalur KRL dari Bekasi langsung ke Bogor tanpa harus  lewat Manggarai, mungkin saya akan memilih calon tersebut. Sayang hingga kini belum ada.
Selamat pagi dan terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H