Walaupun begitu hingga saat ini ada beberapa pesawat terbang kecil seperti Wings Air dan Susi Air yang melayani penerbangan dari Pondok Cabe ke beberapa kota seperti Pangandaran, Tasikmalaya, Cepu, dan Purbalingga. Tentu saja Pelita Air Service juga melayani berbagai penerbangan charter dari bandara ini.Â
Menurut catatan sejarah, bandara ini pertama kali dibangun oleh pasukan sekutu pada masa Perang Dunia Kedua, yaitu persiapan untuk menghadapi kedatangan Jepang di pulau Jawa. Dan baru pada tahun 1970-an digunakan oleh Pertamina untuk mengembangkan kegiatan transportasi udara yang mendukung operasional Pertamina.
Saat ini Pondok Cabe memiliki landasan pacu sepanjang sekitar 1900 meter dan mampu melayani pesawat berbadan kecil seperti CASA 212, ATR dan sejenisnya.Â
2. Bandara Atang Senjaya
Bagi penduduk kawasan Bogor tentunya mengenal daerah Bernama Semplak yang terletak di jalan antara Bogor menuju Parung. Di Semplak ini terdapat sebuah pangkala udara milik TNI Angkatan Udara yang Bernama Atang Senjaya.
Pangkalan Udara ini merupakan Pangkalan Udara Militer Type A yang cukup penting selain Pangkalan Halim dan Iswahyudi di Madiun dan merupakan markas untuk Skuadron Udara 6 yang banyak memiliki dan mengoperasikan Helikopter Puma dan Super Puma. Di lokasi ini juga terdapat Heritage Room yang dijadikan sebagai museum kecil untuk memamerkan sejarah Skuadron 6 ini.
Konon bandara udara Atang Senjaya pertama kali dibangun pada 1931 sebagai pangkalan ML-KNIL atau Angkatan Udara Tentara Hindia Belanda.
Pangkalan ini kemudian jatuh ke tangan Jepang saat Jepang menyerbu Jawa pada Februari 1942. Dan setelah 1950 akhirnya dikelola TNI AU setelah Belanda hengkang dari Indonesia.
Nama Atang Sanjaya sendiri baru disematkan pada 1966 untuk mengenang letkol (anumerta) Atang Senjaya yang gugur ketika mengawal konvoil Heli Mi6 dari Tanjung Priok ke Halim Perdana kesuma.Â
3. Bandara Budiarto
Bandara Budiarto terletak di Kampus Politeknik Penerbangan Indonesia Curug , Tangerang yang pada awalnya Bernama Akademi Penerbangan Indonesia.
Bandara ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Belanda atau Jepang namun baru dikembangkan pada tahun 1952 bersamaan dengan dibangunnya kampus Curug sebagai bandara tempat pelatihan calon penerbang yang belajar di sini. Nama Budiarto sendiri diambil dari nama salah satu direktur akademi penerbangan Indonesia yang gugur di Filipina pada tahun 1967.