Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mencari Harta Karun di Situs Batutulis

13 Juni 2023   10:54 Diperbarui: 13 Juni 2023   10:56 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai berkunjung ke Stasiun Batutulis, jelajah Click bersama KPK berlanjut dengan jalan kaki menuju ke Prasasti Batutulis yang terletak tepat di Jalan Batutulis yang lokasinya hanya beberapa ratus meter dari Stasiun. 

Setelah berjalan sekitar 5 menit, kami tiba di seberang kompleks prasasti yaitu di depan pintu masuk Istana Batutulis yang merupakan rumah peristirahatN Bung Karno. Sayang kami hanya bisa mengintip istana ini dan berfoto di depannya karena untuk masuk ke dalam kompleks istana memang diperlukan ijin terlebih dahulu.

Sekilas kompleks sirus Batutulis tampak sederhana, hanya sebidang tanah seluas 17 x 15 meter yang di dalamnya ada sebuah bangunan dengan atap berbentuk joglo. Di halaman ada berbagai batu yang ditumpuk dan juga ada tiang mirip makam.  Menurut penjelasan yang saya dapat kemudian, ini bukan makam melainkan menhir yang dulunya digunakan untuk tiang mengikat kuda. 

Memasuki bangunan setelah melepas alas kaki, kamu berjumpa dengan kuncen atau penunggu situs Batutulis, yaitu seorang nenek yang Bernama Memunah dan mengaku berusia sekitar 83 tahun. Nenek Maemunah sudah bertugas sebagai kuncen yang merupakan tugas turun menurun dan Ia merupakan keturunan yang ke Sembilan. 

Nenek Memunah ditemani seorang pemuda Bernama Farid yang bertugas membantu nenek memberikan penjelasan karena mungkin pendengaran nenek sudah kurang baik. Mbak Linda Erlina, kemudian memulai wawancara singkat baik dengan Nenek Maemunah yang kadang juga dibantu oleh Farid.  Tepat di dinding di belakang prasasti juga ada sebuah white board bertuliskan silsilah leluhur Prabu Siliwangi. 

Di dalam ruangan ini terdapat beberapa batu yang menjadi kesatuan situs Batutulis.  Yang pertama tentu saja sebuah prasasti yang sekilas bentuknya seperti gunungan dengan tinggi sekitar 151 centimeter dengan lebar di bagian bawah sekitar 145 cm dan ketebalan 12-14 cm.    Di depannya ada batu tapak  dengan penanda sepasang telapak kaki yang konon merupakan tapak kaki Prabu Surawisesa yang membangun Prasasti Batutulis ini pada tahun 1533. 

Prassasti dan lingga: Dokpri
Prassasti dan lingga: Dokpri

Prasasti yang ditulis dengan aksara Sunda Kuno ini bercerita tentang penobatan Prabu Siliwangi.

Kalimat prasasti berbunyi, "Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi .

Artinya , "Semoga selamat, ini tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (Iagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.

Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kencana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam Saka 1455."

Prasasti ini dibuat oleh Prabu Surawisesa thn 1533, yaitu 12 tahun setelah ayahnya, Prabu Siliwangi wafat pada 1521.  Selain untuk menghormati jasa- jasa ayahnya juga sebagai tanda penyesalan karena tidak mampu menjaga dan mempertahankan kebesaran Kerajaan Pajajaran.

Halaman situs: Dokpri
Halaman situs: Dokpri

Tidak jauh dari prasasti juga ada batu besar berbentuk bulat panjang yang dinamakan lingga. Batu ini melambangkan kejantanan dan kesuburan.  Juga ada batu sandaran yang digunakan untuk penobatan raja-raja Pajajaran. Batu lingga ini konon merupakan tongkat pusaka kerajaan.  

Selain itu juga ada lima buah tonggak batu yang merupakan punakawan dari batu lingga ini.  Sebenarnya ada lagi satu batu yang namanya Batu Gigilang, yang merupakan tempat duduk untuk penobatan raja, namun sudah diambil dan dibawa  oleh tentara Banten sewaktu menyerang Pajajaran.  Diambilnya Batu Gigilang ini juga sebagai makna tidak aka nada lagi penobatan raja Pajajaran.

Menurut kuncen, banyak orang yang datang berziarah ke tempat ini. Mereka biasanya berdiri di atas Batu Tapak dan kemudian berlutut dan mencium Prasasti Batutulis sambil mengucapkan niat atau tujuan berziarah ke sini. Setelah itu memutar lewat belakang prasasti dan memeluk batu lingga. 

Bila kedua tangan mampu memeluk lingga ini, maka niat dan keinginannya akan dapat tercapai.  Selain mendapat, jodoh, ingin punya anak, banyak juga yang datang dengan niat untuk mendapatkan kenaikan pangkat dan karier.

Menhir: Dokpri
Menhir: Dokpri

Dari dalam bangunan, jalan-jalan di situs di lanjut ke halaman. Selain menhir tempat menambatkan kuda masih ada lagi beberapa batu di sekitar halaman. Ada sebuah meja batu yang diperkirakan untuk meletakkan sesajen, sementara di dekatnya juga ada batu untuk tempat duduk.  Juga ada sebuah batu yang disebut batu cungkup. 

Menurut cerita di kawasan ini juga sering ada penampakan baik berupa harimau putih ataupun sosok prajurit penjaga yang terlihat gagah.  Tentu saja tidak semua orang bisa melihat penampakan ini.  Namun situs ini juga pernah mengalami peristiwa yang luar biasa, yaitu penggalian harta karun yang dilakukan aparat pemerintah pada sekitar tahun 2003. Kala itu jumlah harta karun yang tersimpan di situs ini Ddiperkirakan akan cukup untuk membayar hutang negara.  

Mungkin saja para penjaga gaib di situs ini tidak rela jika situs warisan leluhur ini dirusak oleh orang-orang yang ingin mencari harta karun?  

Istana Batutulis: Dokpri
Istana Batutulis: Dokpri

Selesai dari melihat-lihat situs kami kembali mampir sejenak di depan Istana Batutulis sambil berfoto di dekat tulisan "Hing Puri Bima Sakti" lengkap dengan siluet Bung Karno yang menggunakan peci.

Sejenak jalan-jalan di Situs Batutulis, ternyata mampu mengungkap sepotong sejarah Kerajaan Pajajaran. Dan selain itu kami juga terus bertanya-tanya, apakah di situs ini masih menyimpan harta karun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun