Saya berjalan melewati jembatan dan melihat bagian benteng dari sisi yang dekat ke Samudra Hindia. Terlihat parit yang hijau dan di kejauhan tampak puncak pohon kelapa dan lautan yang luas. Â Uniknya di sudut lain juga ada orang-orang yang bersantai sambil menggelar tikar di parit ini. Tampak tiga orang anak sedang duduk santai sambil bermain.
Di sudut lain, saya juga dapat melihat Monumen Pers yang tugunya dihiasi dengan ornamen berbentuk Bunga Raflesia Arnoldi.  Oh ya di dalam museum saya juga sempat melihat sekilas kehidupan Sir Stanford Raffles serta kisahnya dengan bunga Raflesia Arnoldi serta kisah pilunya kehilangan banyak anak  yang harus meninggal di Bengkulu dalam usia sangat muda.
Demikian sekilas perjalanan menjelajah Fort Marlborough. Suatu perjalanan seakan-akan menembus waktu dalam berbagai periode. Â Yaitu 140 tahun di bawah East India Company (1685-1825), 115 tahun di bawah kekuasaan Belanda (1825-1940), dan kemudian sempat di bawah Jepang (1942-1945) hingga akhirnya masa kemerdekaan hingga saat ini.
Yuk mampir ke Bengkulu dan pelajari sejarah serta nikmati keindahan bumi Raflesia. Bengkulu sebenarnya sangat dekat hanya satu jam lebih sedikit terbang dan bila nanti Jalan Tol Trans Sumatra sudah selesai, akan lebih mudah lagi bagi kita berkunjung ke sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H