Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berhaji Tanpa Antre dan Pulangnya Bawa Buku yang Menarik

16 Mei 2023   16:11 Diperbarui: 16 Mei 2023   16:19 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru-baru ini, muncul pesan di grup media sosial tentang ajakan untuk berhaji tanpa antre yang disebut dengan Haji Furoda.  Sebenarnya ajakan tersebut sangat mengasyikkan, namun setelah melihat biayanya baru saya terkejut karena ongkos haji furoda berkisar antara  25.OOO USD hingga 35.000 USD atau sekitar 375 Juta hingga lebih 500 Juta Rupiah.   Tentu saja fasilitas yang ditawarkan memang sesuai harganya, yaitu pelayanan bintang lima dan menginap di hotel yang juga bintang lima.

Fakta ini memang sedikit mengejutkan karena sebelumnya ada beberapa anggota keluarga yang baru saja mendaftar haji dan membayar 25 Juta Rupiah dengan perkiraan berangkat sekitar 27 sampai 30 tahun lagi. Antrean haji di tanah air selama sepuluh sampai beberapa belas tahun terakhir ini memang makin lama kian panjang dikarenakan minat berhaji makin besar sementara kuota yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi hanya sekitar 200-220 ribu orang per tahun. Belum lagi diperparah dengan adanya pandemi Covid pada tahun 2020 hingga 2022 yang menyebabkan penyelenggaraan haji terganggu dan ratusan ribu calon haji pun harus ditunda keberangkatannya.

Antrean yang panjang dan mahalnya biaya bila ingin berangkat tanpa antrean membuat saya sangat miris sekaligus bersyukur. Kalau daftar sekarang dan berangkat 30 tahun lagi, bisa-bisa setelah tua renta dan sudah tidak kuat lagi mengikuti ritual yang cukup berat.  Mengapa bersyukur? Karena saya sendiri sempat menunaikan ibadah haji tanpa antre beberapa belas tahun lalu. Bahkan dengan biaya relatif murah dengan layanan yang lumayan baik alias haji setengah plus.

Bahkan sebenarnya saat itu pun saya merasa belum terlalu ingin berangkat. Karena merasa usia masih terlalu muda dan inginnya menunda-nunda. Tetapi karena tiba-tiba saja ada tawaran dari salah satu biro perjalanan yang cukup menarik, yaitu pergi haji  selama sekitar 24 hari dengan pelayanan setengah Haji plus dengan biaya hanya sekitar 3500 USD saja.   Kala itu, nilai tukar USD sekitar 9000 Rupiah.  Akhirnya saya pun mendaftar hanya sekitar beberapa minggu saja sebelum berangkat.  Memberikan persyaratan administrasi untuk membuat paspor haji, mengikuti sekali atau dua kali manasik dan kemudian berangkat di awal tahun 2005.  Ternyata pada waktu itu, memang di Indonesia belum ada antrean haji alias semua yang mau berangkat asalkan ada biaya , bisa langsung berangkat.  

Nah ternyata perjalanan ini menjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan sekaligus sangat berharga, salah satu nya adalah pengalaman banjir di Mina yang memakan korban cukup banyak.  Selain itu, saya juga bisa bertemu dengan kolega dari Brunei yang kebetulan sedang berhaji juga.

Perjalanan dimulai dengan berkumpul di bandara Soekarno-Hatta di terminal dua dan rombongan kami yang berjumlah sekitar 40 orang berangkat menggunakan pesawat Garuda Indonesia menuju ke Jeddah. Penerbangan berlangsung selama sekitar 9 jam sampai akhirnya kami mendarat di Bandara King Abdul Azis, di terminal haji yang sangat ramai dan bentuknya mirip tenda-tenda raksasa.  Dari Jeddah kami langsung naik bus menuju ke Madinah.

Dokpri
Dokpri

 Perjalanan kami menuju ke Madinah terlebih dahulu dan kemudian tinggal lebih delapan hari di kota Nabi ini agar dapat melengkap salat Arbain alias selama 40 kali tanpa terputus di Masjid Nabawi. Tentu saja selama tinggal di Madinah, kami juga sempat berziarah ke berbagai tempat yang biasa dikunjungi Jemaah haji dan umrah seperti Masjid Quba, Masjid Qiblatain,  Jabal Uhud, dan tentu saja ziarah ke Pemakaman Baqi serta Makam Rasul dan Raudah yang masih ada di kompleks Masjid Nabawi.   Asyiknya lagi di sela-sela beribadah dan ziarah, masih sempat juga berbelanja dan mampir ke Kebun Kurma.  Bahkan bagi yang mau mampir ke pabrik percetakan Al Quran terbesar di dunia, juga bisa berkunjung ke sana dengan naik bus.  Di seni dicetak Al Quran baik berbahasa Arab maupun terjemahan dalam berbagai bahasa.

Dokpri
Dokpri

Setelah lebih dari 8 hari di Madinah, perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju ke Mekah.  Karena puncak ibadah haji masih cukup lama, kami tinggal di kompleks pemukiman di pinggiran kota Mekah yang bernama Aziziah. Jarak ke Masjdil Haram sekitar 5 kilometer dan kalau ingin berkunjung ke masjid di sana bisa naik taksi dengan ongkos sekitar 15 Riyal.  

Setiap hari baik sewaktu di Madinah maupun Mekkah, rombongan juga mendapatkan siraman rohani dan penjelasan mengenai tata cara ibadah haji oleh pak Kyai yang menjadi pembimbing haji. Disebutkan bermacam-macam tipe ibadah haji seperti haji Ifrad, Haji Qiran dan Haji Tamatuk.  Sementara ibadah haji yang kami ikuti adalah Haji Tamatuk karena kami berkunjung ke Madinah dan kemudian umrah dahulu dan setelah itu baru berhaji.    Juga dijelaskan mengenai pembayaran Dam serta tata cara pelemparan Jumrah dan berbagai jenis serta namanya secara rinci. 

Di sela-sela ibadah dan ritual, saya dan beberapa teman anggota rombongan juga sering jalan-jalan sendiri ke berbagai tempat baik naik taksi ke masjid atau pun dengan jalan kaki, termasuk belanja ke Bin Dawood yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat kami tinggal di Aziziyah.  Selain beribadah, selama tinggal di Mekkah ini. Kami juga diajak berziarah sekaligus jalan-jalan ke berbagai tempat yang menarik seperti Jabal Rahmah yang disebut-sebut sebagai tempat bertemunya Adam dan Hawa. DI sini juga kita bisa naik unta atau sekedar berfoto bersama hewan khas padang pasir itu. Selain ke Jabal Rahma, ada juga kesempatan untuk berkunjung ke Jabal Nur dan naik ke Gua Hira tempat Rasul pertama kali menerima wahyu dari Malaikat Jibril. 

Dokpri
Dokpri

Sampai akhirnya tibalah puncak ibadah haji yaitu ketika kita mulai bergerak menuju ke Arafah, wukuf dan mendengarkan khotbah dan kemudian  mabit sekaligus mengambil batu kerikil di Muzdalifah dilanjut dengan melempar jumrah di Aqabah.   Nah dalam acara lanjutan ketiak mabit di Mina ini terjadi hujan besar melanda Mekah, Mina dan sekitarnya yang menyebabkan banjir.  Untungnya kami semua selamat dari banjir karena ketika itu kebanyakan sedang dalam perjalanan untuk melempar jumrah.  Kami kemudian masuk ke Mekah untuk melaksanakan tawaf ifadah, dan sai serta dan ketika akan meninggalkan Mekah kami melakukan tawaf Wa'da atau tawaf perpisahan.  Selama di Mekah ini kami sempat menginap di salah satu Hotel yang letaknya tepat di depan Masjidil Haram, yaitu Hotel Hilton.

Selesai sudah semua rukun haji dan kami kemudian menuju ke Jeddah, sempat menginap satu malam dan berkunjung ke Masjid Terapung di tepi laut merah dan juga berbelanja di Balad.   DI sini saya membeli buku-buku berbahasa Arab dan juga CD pelajaran Bahasa Arab. Salah satu  buku yang saya beli adalah Men & Women Around The Messenger karangan Dr. Khalid Muhammad Khalid.  Buku terbitan Dar al Manareh dari Mesir ini hingga sekarang masih menghias lemari buku saya dan sesekali masih sering saya baca sebagai kenang-kenang berhaji pada tahun 1425 Hijriah.   Walau pun dalam tahun Masehi baru 18 tahun 4 bulan yang lalu, tetapi dalam kalender Hijriyah sudah hampir 19 tahun karena sebentar lagi kita akan memasuki Lebaran Haji 1444 Hijriah.

Dokpri
Dokpri

Demikianlah sekelumit kisah berhaji tanpa antre 19 tahun yang lalu. Dan berangkat haji dalam usia masih relatif muda ternyata memang jauh lebih nyaman karena kita bisa banyak melakukan kegiatan beribadah maupun berziarah yang memerlukan kekuatan  fisik dengan relatif lebih mudah.  Lagi pula saat itu cuaca di Arab Saudi lumayan dingin karena kebetulan jatuh pada bulan Januari.   Banyak sekali kegiatan yang diakukan dengan berjalan kaki hingga beberapa kilometer yang mungkin di usia tua lebih susah dilaksanakan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun