Pagi itu, jalan kaki santai saya di kota Bandung terus berlanjut dan saya sudah berada di bawah jalan layang Pasupati yang bersimpangan dengan Jalan Ir. H. Juanda atau jalan raya Dago.
Di sini saya sempat beristirahat sejenak  di kurai meja yang terbuatq.ZgCzc dari kayu. Tidak ada orang lain di sini kecuali beberapa tuna wisma yang sedang asyik tertidur di kurai kainnya. Selain itu Hany lukisan mural di tiang jembatan yang menemani saya serta kendaraan yang memutar balik di sini.
Setelah rehat sekitar delapan menit dan tenaga sudah pulih kembali, saya menyebrang jalan dan bertemu dengan sebuah monumen atau prasasti di Persija pangan jalan berwarna oranye dengan emoat garis biru dan tulisan warna putih . B D G , Bandung emerging creative city. Denikian tukisan pada prasasti itu.
Di lampu merah, cukup banyaj kendaraan roda empat dan dua yang antre dan ada sekelompok anak muda yang sedang mengamen .
Saya kemudian berjalan di trotoar jakan Juanda yang lebar dan nyaman. Di sebelah kanan deretan  bangunan tua dengan arsitekturnya yang cantik berbaris rapi, sebagian  besar  sekarang berfungsi sebagai bangunan komersial.
Ketika sedang berjalan santai ini, tiba-tiba di salah satu sudut trotoar terdapat prasasti di lantai yang berisi kata-kata mutiara.
Buya Hamka.
Wah siapa sangka di kaki lima jalan utama di kota Bandung ini saya bisa dggbelajar  kata mutiara yang penuh dengan kearifan.
Berjalan di pagi hari di kaki Lina jalan Juanda memang mengasyikkan. Tidak lama kemudian saya melihat sebuah bus Trans Metro Pasundan no 4 rute Dago yang tampaknya tidak terlalu banyak penumpang. Warna birunya mengingatkan sebagian bus Transjakarta.
Saya kemudian naik ke  sebuah jembatan penyeberangan  yang bentuknya unik . Tangga nya melingkar indah. Dari tangga sini saya dapat melihat pemandangan bangunaan dengan lebih leluasa.
Akan tetapi sayang, jembatan an penyeberangan ini tampak  sangat kumuh karena banyak sampah berserakan.
Sesampainya di seberang, masih dari atas jembatan, saya visa melihat sebuah lahan yang sangat kuas namjn sudah kosong dan hanya tersisa reruntuhan bangunan serta pohon -pohon tua yang besar dan terlihat angker. Di depan lahan ini masih ada papam nama yang menjelaskan kalau duku di sini berdiir salah satu SMA elite di Bandung yaitu SMAK Dago.
Pada  papan itu juaha tertulis bahwa kuas lahan sekitar 19!ribu meter persegi. Saya ingat, SMAK Dago merupakan salah satu sekolah favorit dan juga tenot Pak Habibi dan Bu Ainun bersekolah . Kini sayang lahan ini terbengjelai .
Tepat di sebelah SMAK Dago ini juga terdapat lagi sebuah bangunan tua yang juga merupakan sebuah SMA, yaitu SMA Negri I Bandung. Pagi itu waau baru sekitar pukul 11 pagi, sebagian murid sudah pulang sekikah.
Kaki Lima di kawasan Dago ini dilengkapi dengan banyak kursi daj meja taman yang cukup nyaman. Deretan bangunan yang cantik baik restoran , Cafe , hotel, runah dinas, kanire dan factory outlet ada di sini.
Sampai di jalan Ganesha saya sempatkan siri mamoir menjenguk Majsid Salman San sebagian kampus Seninrupa ITB. Di dekatnya juga ada sebuah rumah rua dengan arsitekturnya yang cantik.
Sejenak mengintip jalan Ganesha, saya kembali ke jalan Juanda dan e lanjutkan perjalanan ke arah utara. Â
Di kaki lima ini pula saya kembali bertemu dengan prasasti  bertuliskan kata-kara mutiara .
Tak perlu kesangsian terhadap kita dijawab dengan kata-kata. Jawablah dengan kerja dan KARYA yang nyata.
Susilo Bammbag Yudhoyono
Wah ternyat SBY pun tidak mau ketinggalan menyumbangkan kata kata mutiara yang penuh inspirasi .
Saya terus berjalan sambil berharap bertemu dengan kata-kata mutiara yang lain. Namun akhirnya sebelum perempatan jalan Siliwangi, ada sebuah gapura yang sering saya lewati namun tidak tahu gapura apa.
Ternyata ini adalah titik herbang kawasan kota lama seperti dijelaskan pada prasati dengan nama Ridwan Kamil tertanggal Desember 2017.
Walaau pun saya sudah ratusan aau mungkin ribuan Kalu melewati jalan Juanda jni denagn naik kendaraan, ternyata hanya dengan berjalan kaki kita dapat menikmatinya dengan kebih sempurna.
Bajakan denagn jalan kaki ini pula kita dapat belajar dari Buya Hamka dan SBY, serta mengenang kembali kejayaan SMAK Dago.
Nantikan kisah lain dari jalan kaki  di kota Bandung .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H