Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Apa dengan Buya Hamka, SBY, dan SMAK Dago

2 Mei 2023   21:33 Diperbarui: 2 Mei 2023   21:41 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, jalan kaki santai saya di kota Bandung terus berlanjut dan saya sudah berada di bawah jalan layang Pasupati yang bersimpangan dengan Jalan Ir. H. Juanda atau jalan raya Dago.

Kolong Jembatan: dokpri
Kolong Jembatan: dokpri

Di sini saya sempat beristirahat sejenak  di kurai meja yang terbuatq.ZgCzc dari kayu. Tidak ada orang lain di sini kecuali beberapa tuna wisma yang sedang asyik tertidur di kurai kainnya. Selain itu Hany lukisan mural di tiang jembatan yang menemani saya serta kendaraan yang memutar balik di sini.

BDG: dokpri
BDG: dokpri

Setelah rehat sekitar delapan menit dan tenaga sudah pulih kembali, saya menyebrang jalan dan bertemu dengan sebuah monumen atau prasasti di Persija pangan jalan berwarna oranye dengan emoat garis biru dan tulisan warna putih . B D G , Bandung emerging creative city. Denikian tukisan pada prasasti itu.

Persimpangan jalan: dokpri
Persimpangan jalan: dokpri

Di lampu merah, cukup banyaj kendaraan roda empat dan dua yang antre dan ada sekelompok anak muda yang sedang mengamen .
Saya kemudian berjalan di trotoar jakan Juanda yang lebar dan nyaman. Di sebelah kanan deretan  bangunan tua dengan arsitekturnya yang cantik berbaris rapi, sebagian  besar   sekarang berfungsi sebagai bangunan komersial.

Buya Hamka: dokpri
Buya Hamka: dokpri

Ketika sedang berjalan santai ini, tiba-tiba di salah satu sudut trotoar terdapat prasasti di lantai yang berisi kata-kata mutiara.
Buya Hamka.

Wah siapa sangka di kaki lima jalan utama di kota Bandung ini saya bisa dggbelajar  kata mutiara yang penuh dengan kearifan.

Bus: dokpri 
Bus: dokpri 

Berjalan di pagi hari di kaki Lina jalan Juanda memang mengasyikkan. Tidak lama kemudian saya melihat sebuah bus Trans Metro Pasundan no 4 rute Dago yang tampaknya tidak terlalu banyak penumpang. Warna birunya mengingatkan sebagian bus Transjakarta.

Jembatan: dokpri 
Jembatan: dokpri 

Saya kemudian naik ke  sebuah jembatan penyeberangan  yang bentuknya unik . Tangga nya melingkar indah. Dari tangga sini saya dapat melihat pemandangan bangunaan dengan lebih leluasa.
Akan tetapi sayang, jembatan an penyeberangan ini tampak  sangat kumuh karena banyak sampah berserakan.

Reruntuhan SMAK Dago: dokpri 
Reruntuhan SMAK Dago: dokpri 

Sesampainya di seberang, masih dari atas jembatan, saya visa melihat sebuah lahan yang sangat kuas namjn sudah kosong dan hanya tersisa reruntuhan bangunan serta pohon -pohon tua yang besar dan terlihat angker. Di depan lahan ini masih ada papam nama yang menjelaskan kalau duku di sini berdiir salah satu SMA elite di Bandung yaitu SMAK Dago.

SMAK  Dago: dokpri
SMAK  Dago: dokpri

Pada  papan itu juaha tertulis bahwa kuas lahan sekitar 19!ribu meter persegi. Saya ingat, SMAK Dago merupakan salah satu sekolah favorit dan juga tenot Pak Habibi dan Bu Ainun bersekolah . Kini sayang lahan ini terbengjelai .

SMAN I Bandung: dokpri 
SMAN I Bandung: dokpri 

Tepat di sebelah SMAK Dago ini juga terdapat lagi sebuah bangunan tua yang juga merupakan sebuah SMA, yaitu SMA Negri I Bandung. Pagi itu waau baru sekitar pukul 11 pagi, sebagian murid sudah pulang sekikah.

Kaki Lima: dokpri
Kaki Lima: dokpri

Kaki Lima di kawasan Dago ini dilengkapi dengan banyak kursi daj meja taman yang cukup nyaman. Deretan bangunan yang cantik baik restoran , Cafe , hotel, runah dinas, kanire dan factory outlet ada di sini.

Sampai di jalan Ganesha saya sempatkan siri mamoir menjenguk Majsid Salman San sebagian kampus Seninrupa ITB. Di dekatnya juga ada sebuah rumah rua dengan arsitekturnya yang cantik.

 Rumah cantik samping ITB: dokpri 
 Rumah cantik samping ITB: dokpri 

Sejenak mengintip jalan Ganesha, saya kembali ke jalan Juanda dan e lanjutkan perjalanan ke arah utara.  

prasasti SBY: dokpri 
prasasti SBY: dokpri 

Di kaki lima ini pula saya kembali bertemu dengan prasasti  bertuliskan kata-kara mutiara .
Tak perlu kesangsian terhadap kita dijawab dengan kata-kata. Jawablah dengan kerja dan KARYA yang nyata.
Susilo Bammbag Yudhoyono

Gerbang kota lama: dokpri 
Gerbang kota lama: dokpri 

Wah ternyat SBY pun tidak mau ketinggalan menyumbangkan kata kata mutiara yang penuh inspirasi .
Saya terus berjalan sambil berharap bertemu dengan kata-kata mutiara yang lain. Namun akhirnya sebelum perempatan jalan Siliwangi, ada sebuah gapura yang sering saya lewati namun tidak tahu gapura apa.

Prasasti: dokpri 
Prasasti: dokpri 

Ternyata ini adalah titik herbang kawasan kota lama seperti dijelaskan pada prasati dengan nama Ridwan Kamil tertanggal Desember 2017.

Walaau pun saya sudah ratusan aau mungkin ribuan Kalu melewati jalan Juanda jni denagn naik kendaraan, ternyata hanya dengan berjalan kaki kita dapat menikmatinya dengan kebih sempurna.
Bajakan denagn jalan kaki ini pula kita dapat belajar dari Buya Hamka dan SBY, serta mengenang kembali kejayaan SMAK Dago.
Nantikan kisah lain dari jalan kaki  di kota Bandung .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun