Masjid Lautze ini memang cukup unik karena memang didirikan pada sekitar tahun 1997 oleh Yayasan Haji Karim Oey. Namanya diambil dari Nama Masjid Lautze yang ada di Jakarta yang sudah didirikan lebih dahulu. Dan di masjid ini pula lumayan banyak warga etnis Tionghoa yang kemudian menjadi mualaf. Â
Sementara ketua DKM Masjid ini, yaitu Koko Rachmat memang juga kebetulan etnis Tionghoa dan ternyata juga seorang dai yang merupakan lulusan Fakultas Usuluddin Unisba. Beliau bercerita sering berceramah di berbagai lapas di kawasan Bandung dan Jawa Barat sepeti di Suka Miskin dan sangat akrab dengan warga di sekitar masjid Lautze ini.
Uniknya adalah Koko Rachmat selalu memanggil semua orang di yang hadir di masjid ini dengan sebutan Koko dan Cici tanpa memandang etnis dan usia. Â Baik pengurus masjid, tamu, Jemaah dan siapa saja yang kebetulan hadir di sini. Ada Kang Ojeg, ada juga kang parkir. Â Misalnya saja ada Koko Abu Hasan dan juga Koko Farhan yang calon Walikota Bandung itu. Ternyata tujuannya adalah agar semua merasa lebih santai dan akrab saja sehingga menghilangkan sekat-sekat perbedaan yang ada.
Hari kian malam. Selesai berbuka puasa, petugas masjid mulai mempersiapkan acara lanjutan yaitu salat tarawih.
Dan deretan lampion warna merah yang bergantungan di teras masjid bergoyang ria diembus angin malam kota Bandung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H