Menurut Pak Yusman, masjid ini sangat unik karena hanya buka di siang hari, yaitu disesuaikan dengan kegiatan buka toko dan kantor di kawasan sekitar. Â Hal ini dikarenakan Jemaah masjid ini pada umumnya tinggal jauh dari masjid dan yang mampir salat kebanyakan orang-orang yang kebetulan lewat saja.Â
Namun ketika membahas mengenai kegiatan di bulan puasa, masjid Lautze juga mengadakan salat tarawih yang hanya di adakan setiap akhir pekan saja., yaitu pada Sabtu malam. Â Â Akan tetapi, pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, masjid ini juga mengadakan itikaf sehingga terus dibuka.
Uniknya adalah imam untuk salat tarawih di masjid ini dilakukan secara bergantian setiap dua rakat dan para mualaf yang didorong untuk menjadi imam agar mereka lebih giat belajar. Sedangkan untuk yang bukan mualaf tentunya juga akan termotivasi untuk berani menjadi imam.
Uniknya lagi adalah ketika ditanya apakah Pak Yusman ini juga seorang mualaf. Sambil tersenyum beliau menjawab bahwa dia berasal dari Palembang dan bukan etnis Tionghoa, kebetulan penampilannya memang mirip.
Setelah sejenak berbincang-bincang, Pak Yusman mohon pamit dan kami kemudian melanjutkan perjalanan ke beberapa masjid Tionghoa lainnya yang ada di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H