Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Israel dan Buah Simalakama Indonesia

28 Maret 2023   15:24 Diperbarui: 29 Maret 2023   06:48 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya dalam bidang olahraga, dalam dunia politik pun Indonesia kemudian makin garang dengan mengundurkan diri dari keanggotaan PBB pada Januari 1965.  Indonesia mencatat rekor sebagai satu-satunya negara yang pernah dan berani keluar dari PBB.

Alasan mencampuradukkan politik dengan olahraga ini pun sebenarnya sangat lemah karena merupakan standar ganda yang sering dimainkan oleh Barat, IOC, dan bahkan FIFA.  Kita masih ingat misalnya Olimpiade Moskwa 1980 yang diboikot oleh Amerika dan negara-negara barat (ironisnya, termasuk Indonesia) karena invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada 1979.  Secara total Olimpiade di ibukota negeri komunis ini diboikot oleh 65 negara.    Dan tahun 1984 ketika giliran Los Angeles menjadi tuan rumah Olimpiade, makan Uni Soviet dan sekutu-sekutunya pun memboikot Olimpiade ini. 

Sebagaimana diketahui, sanksi tersebut di atas sebenarnya cukup berat buat Indonesia Dikeluarkan dari FIFA atau mendapat sanksi tidak boleh menjadi tuan rumah even olahraga internasional akan membuat prestasi olah raga Indonesia menjadi stagnan. Apa lagi prestasi sepak bola yang memang hingga saat ini pun boleh dibilang masih kurang atau belum menjanjikan.     Bahkan kita masih ingat bahwa  pada 2021 Tim Piala Thomas Indonesia sendiri  memenangkan piala kebanggaan itu dengan upacara tanpa bendera merah putih dan lagu kebangsaan   Ketika itu Indonesia sendiri sedang dalam sanksi karena masalah doping. 

Walau keputusan FIFA belum final akan masalah ini, tetapi jadwal pengundian yang seharusnya diadakan di Bali pada 31 Maret 2023 sudah dibatalkan FIFA karena penyataan Gubernur Bali yang menolak timnas Israel.  

Bahkan sejumlah negara seperti Argentina, Brasil dan bahkan negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain dan Qatar juga mungkin sudah Bersiap-siap untuk menggantikan posisi Indonesia sebagai tuan rumah.  Dan uniknya lagi adalah Palestina sendiri, melalui duta besarnya di Jakarta menyatakan  tidak menolak hadirnya timnas Israel di Piala Dunia ini.  Bahkan dubes Palestina juga menyatakan bahwa semua pihak harus berlaku adil kepada tim nas Israel yang telah bersusah payah ikut kualifikasi dan akhirnya berhak hadir di Indonesia.

Lalu seandainya Indonesia terpaksa mengizinkan timnas Israel untuk bermain di Indonesia.  Tentunya juga akan banyak hal negatif yang didapat terutama pemerintah Jokowi saat ini yang bisa saja dianggap tidak mendengar aspirasi umat Islam dan bisa saja dianggap pro Israel.  

Bukan itu saja, setiap pertandingan timnas Israel, tempat menginap dan juga setiap pergerakan timnas Israel harus mendapat penjagaan keamanan yang sangat ketat, karena bisa saja ada pihak-pihak yang ingin merusak kesuksesan piala Dunia di Indonesia ini dengan membuat teror atau kerusuhan atau pun ancaman pembunuhan buat timnas Israel.  Tentunya kita masih ingat peristiwa Black September yang terjadi di Munich pada 1972 ketika 11 atlet Israel  menjadi korban penyanderaan, penculikan dan kemudian pembunuhan  oleh kelompok yang menamakan diri Black September.     Tentunya Indonesia tidak mau peristiwa seperti ini terjadi di Indonesia selama penyelenggaraan Piala Dunia U 20.

Lalu, apakah ada solusi untuk masalah Indonesia, Israel dan Piala Dunia U-20 ini?   Untuk saat ini, tampaknya masih cukup sulit dan kedua pilihan tetap sangat merugikan bagi Indonesia. Ibarat buah simalakama, dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu meninggal. 

Kecuali Indonesia bisa berbesar hati untuk merubah paradigma  tentang penjajahan, kemerdekaan, hak asasi dan juga definisi tentang Israel dan Palestina.   Kecuali Israel di depan hari juga bisa berubah untuk lebih ramah dan mudah diterima di kalangan rakyat Arab di Timur Tengah dan juga umat Islam di seluruh dunia.  Maka olah raga dan politik memang sebenarnya sangat sulit untuk dipisahkan. 

Sebenarnya Israel sendiri sudah banyak menghindar maslah boikot ini misalnya dengan  bergabung dengan Eropa dan bukan Asia sehingga Israel tidak lagi ikut Asian Games.  Namun untuk pertandingan tingkat internasional, seperti Olimpiade dan Piala Dunia, mau tidak mau, kadang-kadang Israel pun harus ikut karena keberadaan negeri ini memang diakui sebagai anggota PBB dan juga anggota IOC dan FIFA.

Salah satu solusinya adalah apakah Indonesia dan negara-negara Islam lainnya yang sangat anti dengan Israel mampu melobi agar Israel dikucilkan dari dunia olahraga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun