Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Israel dan Buah Simalakama Indonesia

28 Maret 2023   15:24 Diperbarui: 29 Maret 2023   06:48 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piala Dunia U 20: tempo.co.id

Perhelatan Piala Dunia U 20 seyogyanya diadakan beberapa bulan ke depan ini yaitu sekitar Mei-Juni 2023 dan Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah sekaligus mendapat 1 tiket untuk berpartisipasi dalam kompetisi sepak bola bergengsi di bawah naungan FIFA itu.

Penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah sendiri sudah sejak beberapa tahun lalu dan disambut gembira baik oleh seluruh rakyat Indonesia, baik penggemar sepakbola maupun bukan. Peristiwa ini setidaknya untuk menunjukkan kepada dunia eksistensi Indonesia dalam dunia olah raga khususnya sepak bola.

Sewaktu mengajukan sebagai uan rumah dan akhirnya ditunjuk, tentu saja tidak pernah terlintas dalam benak kita semua bahwa Israel akan lolos ke final penyisihan zona Eropa dan menjadi salah satu negara yang berhak turut serta ke Indonesia dan menjadi salah satu dari 24 negara yang memperebutkan Piala Dunia U 20 ini.    Namun Nasib berkata lain. Kini Indonesia diuji sekaligus harus menghadapi buah simalakama yang sama sekali tidak mudah untuk mencari solusinya.

Ibaratnya menolak Israel, tentunya akan ada sanksi yang akan dikenakan FIFA karena ketika mengajukan diri sebagai tuan rumah sebenarnya sudah ada prasyarat akan menerima negara mana saja yang berhak maju ke putaran final.  Menolak menerima Israel tentunya juga akan membuat pupus harapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade baik pada 2036 dan sesudahnya. Karena Israel adalah anggota resmi IOC yang berhak ikut Olimpiade dimana pun.

Namun menerima timnas Israel bermain di Indonesia pun tidak mudah. Pemerintah akan mendapat penolakan besar dari sebagian besar rakyat terutama umat Islam dan ormas serta banyak partai politik dan juga pejabat yang telah dengan terang-terangan menolak Israel. 

Apa lagi salah satu alasan mengapa Indonesia menolak Israel adalah karena eksistensi Israel sendiri bertentangan dengan mukadimah UUD 1945 yang menyatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, Dan hingga saat ini Israel sendiri masih dianggap sebagai penjajah negeri Palestina. Suatu negeri yang dianggap sebagai sahabat paling dekat Indonesia, terutama umat Islam Indonesia.

Banyak opini dan pendapat yang menginginkan Indonesia harus tetap bisa menjadi tuan rumah, tetapi tidak dengan membiarkan Timnas Israel untuk bermain di negeri ini. Walau ada yang menghubungkan dengan agama, sesungguhnya Indonesia sudah bersikap cukup tegas tanpa memandang agama, seperti yang ditunjukkan kepada Nas Daily atau Nuser Yassin  yang walaupun merupakan etnis Arab dan beragama Islam, tetap tidak diizinkan masuk ke Indonesia bila menggunakan paspor Israel.   Nas Daily sendiri akhirnya bisa masuk ke Indonesia menggunakan paspor kedua, yaitu dari St Kitts and Nevi, salah satu negeri di Kepulauan Karibia.

Belum lagi kalau kita memandang sejarah Indonesia yang sangat tegas anti dengan Israel.  Pada saat Asian Games ke IV tahun 1962, Indonesia juga tidak mengundang Israel dan Taiwan.   Israel tidak diundang karena alasan yang sama, sedangkan Taiwan tidak diundang karena prinsip Satu Tiongkok yang mana Indonesia hanya mengakui Tiongkok (RRT) dan tidak mengakui Taiwan.    

Namun pada Asian Games 2018 lalu Taiwan sendiri ikut bergabung namun dengan menggunakan bendera Chinese Taipei. Dan Indonesia sendiri walau tidak memiliki hubungan diplomatik dengan tetap  memiliki hubungan bilateral yang cukup mesra dalam berbagai bidang dengan Taiwan.  Perlu diketahui bahwa status Taiwan pada saat itu adalah dianggap sebagai pemerintahan yang sah untuk Tiongkok dan bahkan memiliki hak veto di PBB.   Saat itu, Taiwan lah yang diakui barat dan dunia internasional dan bukan Republik Rakyat Tiongkok seperti sekarang ini.   Taiwan sendiri baru didepak dari PBB pada sekitar tahun 1971 dan posisinya digantikan oleh Republik Rakyat Tiongkok.    Sekarang Taiwan hanya dapat berpartisipasi dalam even olahraga internasional dengan menggunakan nama Chinese Taipei tanpa bendera dan lagu kebangsaan.

Namun keputusan Indonesia untuk tidak mengundang Israel dan Taiwan saat itu harus dibayar cukup mahal oleh Indonesia.   Bahkan Asian Games ke IV tersebut sempat terancam akan tidak diakui keabsahannya dan walau akhirnya tetap diakui, Indonesia harus berbesar hati dikeluarkan dari IOC.   Alasannya adalah Indonesia dianggap mencampuradukkan politik dengan olahraga sehingga bertentangan dengan semangat persaudaraan yang diagung-agungkan oleh Komite Olimpiade Internasional itu.  Namun kala itu Indonesia sedang dalam jaya-jayanya. Dikeluarkan dari IOC, Sukarno bahkan berhasil menggalang banyak negara untuk menyelenggarakan Olimpiade tandingan yaitu Ganefo yang pertama kali diadakan di Jakarta pada 1963.   

Bukan hanya dalam bidang olahraga, dalam dunia politik pun Indonesia kemudian makin garang dengan mengundurkan diri dari keanggotaan PBB pada Januari 1965.  Indonesia mencatat rekor sebagai satu-satunya negara yang pernah dan berani keluar dari PBB.

Alasan mencampuradukkan politik dengan olahraga ini pun sebenarnya sangat lemah karena merupakan standar ganda yang sering dimainkan oleh Barat, IOC, dan bahkan FIFA.  Kita masih ingat misalnya Olimpiade Moskwa 1980 yang diboikot oleh Amerika dan negara-negara barat (ironisnya, termasuk Indonesia) karena invasi Uni Soviet ke Afghanistan pada 1979.  Secara total Olimpiade di ibukota negeri komunis ini diboikot oleh 65 negara.    Dan tahun 1984 ketika giliran Los Angeles menjadi tuan rumah Olimpiade, makan Uni Soviet dan sekutu-sekutunya pun memboikot Olimpiade ini. 

Sebagaimana diketahui, sanksi tersebut di atas sebenarnya cukup berat buat Indonesia Dikeluarkan dari FIFA atau mendapat sanksi tidak boleh menjadi tuan rumah even olahraga internasional akan membuat prestasi olah raga Indonesia menjadi stagnan. Apa lagi prestasi sepak bola yang memang hingga saat ini pun boleh dibilang masih kurang atau belum menjanjikan.     Bahkan kita masih ingat bahwa  pada 2021 Tim Piala Thomas Indonesia sendiri  memenangkan piala kebanggaan itu dengan upacara tanpa bendera merah putih dan lagu kebangsaan   Ketika itu Indonesia sendiri sedang dalam sanksi karena masalah doping. 

Walau keputusan FIFA belum final akan masalah ini, tetapi jadwal pengundian yang seharusnya diadakan di Bali pada 31 Maret 2023 sudah dibatalkan FIFA karena penyataan Gubernur Bali yang menolak timnas Israel.  

Bahkan sejumlah negara seperti Argentina, Brasil dan bahkan negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain dan Qatar juga mungkin sudah Bersiap-siap untuk menggantikan posisi Indonesia sebagai tuan rumah.  Dan uniknya lagi adalah Palestina sendiri, melalui duta besarnya di Jakarta menyatakan  tidak menolak hadirnya timnas Israel di Piala Dunia ini.  Bahkan dubes Palestina juga menyatakan bahwa semua pihak harus berlaku adil kepada tim nas Israel yang telah bersusah payah ikut kualifikasi dan akhirnya berhak hadir di Indonesia.

Lalu seandainya Indonesia terpaksa mengizinkan timnas Israel untuk bermain di Indonesia.  Tentunya juga akan banyak hal negatif yang didapat terutama pemerintah Jokowi saat ini yang bisa saja dianggap tidak mendengar aspirasi umat Islam dan bisa saja dianggap pro Israel.  

Bukan itu saja, setiap pertandingan timnas Israel, tempat menginap dan juga setiap pergerakan timnas Israel harus mendapat penjagaan keamanan yang sangat ketat, karena bisa saja ada pihak-pihak yang ingin merusak kesuksesan piala Dunia di Indonesia ini dengan membuat teror atau kerusuhan atau pun ancaman pembunuhan buat timnas Israel.  Tentunya kita masih ingat peristiwa Black September yang terjadi di Munich pada 1972 ketika 11 atlet Israel  menjadi korban penyanderaan, penculikan dan kemudian pembunuhan  oleh kelompok yang menamakan diri Black September.     Tentunya Indonesia tidak mau peristiwa seperti ini terjadi di Indonesia selama penyelenggaraan Piala Dunia U 20.

Lalu, apakah ada solusi untuk masalah Indonesia, Israel dan Piala Dunia U-20 ini?   Untuk saat ini, tampaknya masih cukup sulit dan kedua pilihan tetap sangat merugikan bagi Indonesia. Ibarat buah simalakama, dimakan ayah mati, tidak dimakan ibu meninggal. 

Kecuali Indonesia bisa berbesar hati untuk merubah paradigma  tentang penjajahan, kemerdekaan, hak asasi dan juga definisi tentang Israel dan Palestina.   Kecuali Israel di depan hari juga bisa berubah untuk lebih ramah dan mudah diterima di kalangan rakyat Arab di Timur Tengah dan juga umat Islam di seluruh dunia.  Maka olah raga dan politik memang sebenarnya sangat sulit untuk dipisahkan. 

Sebenarnya Israel sendiri sudah banyak menghindar maslah boikot ini misalnya dengan  bergabung dengan Eropa dan bukan Asia sehingga Israel tidak lagi ikut Asian Games.  Namun untuk pertandingan tingkat internasional, seperti Olimpiade dan Piala Dunia, mau tidak mau, kadang-kadang Israel pun harus ikut karena keberadaan negeri ini memang diakui sebagai anggota PBB dan juga anggota IOC dan FIFA.

Salah satu solusinya adalah apakah Indonesia dan negara-negara Islam lainnya yang sangat anti dengan Israel mampu melobi agar Israel dikucilkan dari dunia olahraga. 

Ah lagi-lagi kita menodai semangat persaudaraan dalam olah raga dengan politik?  

Tapi siapa yang tidak?  

Ada baiknya kita berkepala dingin dan berhitung mana yang dampaknya lebih tidak buruk di antara dua pilihan di atas. 

Hubungan Indonesia dan Israel memang unik dan lucu karena sebenarnya cukup banyak hubungan dagang antar kedua negara dan selama ini sudah ada juga delegasi Israel yang diam-diam bisa masuk ke Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun