Melewati pintu gerbang ke dua, di sebelah kiri ada sebuah prasasti yang memperingati pemugaran situs makam ini pada 28 Maret 1987 dan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu yaitu Prof DR Fuad Hassan. Â Â Saya berjalan terus dan kali ini melewati sebuah pendopo dengan atap yang khas yang disebut Pacenan dan memiliki ekor yang berbentuk tanduk. Â Atap ini membuktikan adanya pengaruh Cina pada arsitektur tradisional Madura. Â Di halaman sekitar sini ada banyak makam-makam kuno yang merupakan makam abdi dalem raja-raja Madura zaman dahulu.
Setelah melewati pendopo, di sisi kiri ada sebuah papan informasi mengenai sejarah makam Aer Mata Iboe ini. Disebutkan bahwa makam ini memiliki hiasan atau dengan motif corak Hindu Buddha Klasik pada gunongan, nisan dan jirat. Â
Juga dijelaskan bahwa disini dimakamkan Kanjeng Ratu Syarifah Ambami yang merupakan isteri Pangeran Cakraningrat I dan juga berbagai raja atau pangeran Madura keturunannya.
Saya berjalan terus dan kembali melewati gapura yang tampak lebih kuno dan lebih mirip dengan gapuran dari era zaman Majapahit atau pun raja-raja Mataram di Kotagede. Â Untuk masuk ke kompleks makam utama ini, alas kaki harus dilepas dan kemudian kita sampai di cungkup atau pendopo pertama.
Ukurannya cukup luas dan di dalamnya banyak terdapat makam dan nisan para bangsawan Madura. Â Ada sebuah papan yang menjelaskan silsilah raja-raja Madura bahkan sejak dari Prabu Siliwangi. Â Â Selain tiap makam yang ada nama dan tahun, juga ada papan besar berisi denah makam.Â
Namun makam Ratu Iboe atau Ratu Ebhu terletak di bangunan cungkup yang lain yang letaknya lebih tinggi dari cungkup yang pertama. Â Saya berjalan lagi dan melewati halaman yang juga dipenuhi dengan makam-makam yang lebih kecil namun tampak sudah berusia ratusan tahun.
Kebetulan pada saat itu ada rombongan penziarah yang sedang melantun dzikir dan doa-doa. Mereka duduk bersimpuh di sekitar makam Ratu Ebhu yang nisannya dikelilingi pagar. Â Yang juga menarik di tempat ini, adalah ada orang yang menjual air dalam kemasan 1,5 liter yang dijual seharga 5 ribu rupiah Air ini diambil dari sendang atau mata air yang konon tidak pernah kering walau di musim kemarau sekalipun. Air ini bahkan dianggap sangat berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Pada umumnya penziarah akan membawa pulang air suci ini.