Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lebih Jauh dengan Agama Kristen Ortodoks Rusia yang Juga Ada di Indonesia

1 Maret 2023   21:31 Diperbarui: 8 Maret 2023   15:14 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Markas Besar Ahmadiyah di kawasan Parung, Bogor, anjangsana Festival Kebhinekaan dilanjutkan dengan mampir ke Gereja Ortodoks Rusia St Thomas Rasul yang berlokasi di Jalan K.H. Moh Syafei Hadzami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Alamat Gereja : dokpri
Alamat Gereja : dokpri

Hari menjelang senja ketika bus kami tiba di lokasi. Sekilas bangunan gereja ini dari luar mirip rumah biasa dengan halaman yang luas. Bahkan tidak ada kubah atau pun menara.

Halaman yang luas: dokpri
Halaman yang luas: dokpri

Tentu saja tidak dapat dibandingkan dengan megahnya gereja-gereja ortodoks di Rusia atau Eropa timur yang pernah saya kunjungi, misalnya katedral St Basil di Moskwa atau St Sava di Beograd atau Tsminda Sameba di Tblisi.

Di dekat pintu gerbang ada tulisan no 1 yang menunjukkan alamat gedung ini dan papan nama resto dan Cafe yang ada di sebelah gereja.

Kepala
Kepala

Bagian depan bangunan memiliki semacam pendopo dengan dua tiang besar gaya dorik dan di fasad muka ini ada ornamen berbentuk patung kepala singa yang sedang menggigit sebilah pedang.  Ada juga sebuah meja bundar dari marmer dan diatasnya ada sepasang patung tentara Romawi.

Bak pembaptisan & doa bapak kami
Bak pembaptisan & doa bapak kami

Di halaman samping ada sebuah bak kecil yang ada di dalam sebuah gazebo.  Di sini ada hiasan kaligrafi bertuliskan aksara hijaiyah.  Lumayan sulit bagi saya untuk membacanya kecuali judulnya di bagian tengah yang ditulis agar besar dengan lafaz abana, yang berarti Bapa  kami.

Lukisan mural: dokpri 
Lukisan mural: dokpri 

Halaman samping ini sangat cantik dan rimbun dengan berbagai jenis pohon  serta hiasan. Di dinding juga ada mural bergambar ikan besar dan seorang samurai gaya Jepang. Di sebelahnya ada mural bergambar pepohonan dengan bunga  sakura.

Bincang-bincang : dokpri
Bincang-bincang : dokpri

Di teras belakang gereja kami sempat berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang ternyata merupakan putra altar di gereja ini.  
Dia memperkenalkan diri dengan nama Samuel  dengan nama baptis yang khas gereja ortodok Rusia, yaitu Alypius.

Pemuda ini berusia sekitar 19 tahun dan sudah lebih 4 tahun menjadi penganut Kristen ortodoks Rusia.
Sam cukup banyak bercerita mengenai gereja ini, termasuk hari-hari ibadah atau misa serta pakaian  Romo yang berwarna hitam gelap.  

Panggilan Romo ini juga  mengingatkan saya akan panggilan di agama Katolik yang sebenarnya berasal dari bahasa Jawa untuk Father atau bapak.

Sam juga bercerita tentang beberapa jenis penutup kepala yang dipakai  rohaniawan Ortodoks.   Ada yang bernama klobuk, kamilavka dan juga skufia.   Selain itu dijelaskan juga bahwa Romo dalam agama Kristen ortodoks ada yang menjalankan selibat (tidak menikah) dan ada juga yang menikah.

Pembicaraan makin asyik dan akhirnya saya menanyakan apa kegunaan bak atau kolam kecil yang ada di halaman samping gereja.

"Itu kolam yang digunakan untuk ritual pembaptisan dan kaligrafi tulisan arab yang ada disana adalah doa Bapak Kami dalam Bahasa Arab," jelas Sam lagi.

Ira Latief: dokpri
Ira Latief: dokpri


Tidak terasa hari sudah semakin sore dan azan magrib sudah menggema.  Saya sempatkan menumpang salat magrib di resto /Cafe yang ada di sebelah gereja.  
Akhirnya sekitar jam 7 malam para peserta kunjungan festival kebhinekaan yang datang langsung ke gereja pun sudah lengkap dan acara kembali dibuka resmi oleh Ira Latief sebagai Festival Director dengan menjelaskan sedikit mengenai gereja Kristen Ortodox Rusia.  

Juga hadir Mas Fransiscus Eko sebagai salah satu aktivis gereja yang menjelaskan bahwa untuk berkunjung ke gereja, kaum perempuan diharuskan memakai penutup kepala.  Alasannya adalah untuk menunjukkan ketaatan kepada Allah sesuai dengan salah satu ayat dalam 1 Korintus 11.  

Lukisan dekat pintu: dokpri
Lukisan dekat pintu: dokpri

Sekitar pukul 7.15 malam, kami dipersilahkan masuk ke dalam gereja karena Romo Boris sudah siap menunggu.

Pintu gereja: dokpri
Pintu gereja: dokpri

Pintu gereja ini berwarna kuning keemasan dan di atasnya ada sebuah gambar salib berukuran kecil. Di dekat pintu ada sebuah meja kecil dan di atasnya ada sebuah kotak dengan hiasan ikon dan salib, kemungkinan besar ini kotak untuk kolekte atau sumbangan jemaah buat gereja.

Romo Boris : dokpri
Romo Boris : dokpri

Ruangan gereja benar-benar memberikan nuansa yang lain. Kami seakan dibawa ke sebuah alam transendental yang penuh dengan hiasan gambar ikon orang-orang suci. 

Ikon dan ornamen: dokpri
Ikon dan ornamen: dokpri

Bukan hanya di sekeliling dinding melainkan juga sampai ke langit-langit.  Serasa sangat menyentuh hati siapa saja yang masuk ke sini.

Romo Boris mengucapkan selamat datang dan kemudian sekilas menjelaskan mengenai masuknya gereja Ortodoks ke Indonesia yang dimulai pada 1988 di Solo. Kala itu yang masuk duluan adalah gereja ortodoks Yunani.

Bincang -bincang : dokpri 
Bincang -bincang : dokpri 

 Sementara gereja ortodoks Rusia yang ada di Jakarta itu baru ada pada 2004 dan Romo Boris sendiri sudah menjadi rohaniawan sejak 2008.

Selain Rusia dan Yunani, ternyata ada berbagai macam gereja ortodok seperti gereja Koptik Mesir dan gereja Eropa Timur.

Ikon : dokpri 
Ikon : dokpri 

Dijelaskan bahwa pada umumnya gereja Kristen ortodoks memiliki penampang berbentuk seperti salib dan salah satu yang paling terkenal di Indonesia adalah Aya Sofia di Konstantinopel atau Istanbul yang sekarang menjadi masjid. Gereja ortodoks baik di Rusia maupun Eropa Timur  memang sekilas mirip masjid karena mempunyai kubah dan menara, yang membedakannya adalah hiasan salib di atas kubah tersebut.

Ruang dalam gereja terdiri dari 3 bagian seperti di Bait Allah, yaitu ruang Kudus, bahtera dan pelataran.
Ruang Kudus merupakan ruang yang hanya dapat diakses oleh rohaniawan dan putra altar sementara jemaat hanya bisa masuk hingga ke bahtera saja.

Langit-langit: dokpri 
Langit-langit: dokpri 

Di dalam gereja tidak ada kursi kecuali sedikit di dekat dinding karena ibadah umumnya dilakukan dengan berdiri. Tempat duduk di dekat dinding biasanya digunakan untuk orang tua.

Selain berdiri, dalam ritual ibadah yang berlangsung sekitar 2 jam itu jemaat juga melakukant gerakan seperti rukuk dan sujud.

Romo Boris Setiawan  menjelaskan jika ikon -ikon yang ada di gereja ini didatangkan langsung dari Rusia.
Sejenak saya melihat lukisan Yesus yang ada di langit-langit. 

Ada lingkaran di sekeliling lukisan itu dengan tulisan Tuhan kasihanilah kami, juga ada terjemahan dalam bahasa Inggris dan bahkan Arab, Ya Rob warhamni. Juga ada dalam berbagai bahasa lainnya seperti Georgia dan tentu saja Rusia.

Salib: dokpri
Salib: dokpri

Romo juga menjelaskan bahwa dalam ritual Kristen ortodoks ada puasa menjelang Paskah selama 40 hari dari jam 6 sore hingga 3 sore  dengan pantang makan daging.
Selain itu juga ada ibadah harian sebanyak 7 atau 3 kali yang dilakukan  baik di gereja atau di altar di rumah.

Sambil mendengarkan penjelasan Romo, saya juga menikmati indahnya berbagai jenis ikon. Ada sebuah salib besar dan gambar orang orang suci yang kepalanya dihiasi lingkaran yang bercahaya.
Misa atau liturgi diadakan setiap Sabtu dan minggu yang masing-masing melambangkan penciptaan alam semesta sesuai perjanjian lama dan kelahiran, kematian, serta penyaliban Kristus.

Ketika ditanya apakah Kristen ortodoks lebih dekat dengan Katolik atau Protestan, dengan santai Romo Boris menjelaskan bahwa ortodoks lebih banyak memiliki kesamaan dengan Katolik dan bahkan memiliki doa Bapak Kami yang hanya berbeda satu kata yaitu pada kalimat berilah kami rejeki pada hari ini dalam doa Katolik dan berilah kami makanan pada hari ini dalam doa ortodoks.

Sama seperti Katolik, penganut ortodoks juga membuat tanda salib sebelum berdoa. Bedanya adalah arahnya saja yaitu dalam ortodoks setelah di dahi lalu pusat dan bahu kanan lalu kiri sementara di Katolik bahu kiri lalu kanan. Ternyata menurut kepercayaan ortodoks kanan dianggap gelap dan kiri terang sehinga dari kanan ke kiri dianggap dari gelap menuju terang yang dalam Islam disebut Min dZulmatin Ila Nur.

Uniknya lagi dalam Kristen ortodoks juga ada kiblat yaitu arau ketika berdoa dan juga arah altar di gereja. Kiblat ini ada di arah Timur dengan anggapan bahwa Firdaus atau taman eden itu letaknya di timur .
Lalu ketika ditanya apa makna ortodoks, Romo Boris menjelaskan bahwa kata ortodoks sendiri berarti jalan yang lurus sebagai lawan kata jalan sesat yaitu heterodoks.  Sementara kata Katolik sendiri berarti universal.

Menurut Romo perpecahan Katolik dan Ortodoks terjadi pada 1054 dan uniknya di KTP sendiri penganut Ortodoks ditulis Kristen saja.
Tidak terasa sudah hampir 90 menit kami berdiri sambil mendengarkan penjelasan Romo Boris.  Dan kerika ditanya Romo juga menjelaskan bahwa Boris merupakan nama baptis yang diambil dari nama orang suci atau Santo dari Rusia.

Foto bersama: dokpri 
Foto bersama: dokpri 

Kami kemudian berfoto bersama dan acara ditutup dengan makan malam bersama.

Makan malam: dokpri
Makan malam: dokpri

Sebuah kunjungan yang sangat bermanfaat untuk mengenal lebih mendalam agama Kristen ortodoks yang selama ini jarang diketahui  ada di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun