"Selamat Datang (Welcome Cultural Heritage) di Cagar Budaya Saung Ranggon Desa Cikedokan," Â demikian tertulis pada spanduk tersebut.
Sebagaimana rencana awal, kami semat mampir ke sebuah rumah makan atau saung yang ada di samping Saung Rangon. Â Saya ingat dulu pernah mampir dan menikmati makan siang dengan menu khas Gabus Pucung dan juga karedok.Â
Namun suasana warung ini tampak sepi. Ketika kami bertanya baru muncul seorang perempuan yang membawa menu tanpa daftar harga. Daftar harganya baru ditulis kemudian. Â Â
Kami membatalkan rencana makan siang di Saung Ranggon dan memutuskan untuk mencari restoran Padang saja dalam perjalanan ke Taman Buaya.
Berkunjung dan melihat Saung Ranggon dalam selang waktu hampir enam tahun, saya merasa bahwa waktu seakan-akan berhentu di tempat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H