Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Monyet-Monyet Nakal di Taman Hutan Raya Juanda

13 Februari 2023   15:54 Diperbarui: 13 Februari 2023   15:58 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi menjelang siang ketika kendaraan kami menyusuri kawasan Dago di Bandung Utara dan akhirnya  masuk ke parkiran Taman Hutan Raya Ir. H Juanda di kawasan Dago Pakar.

Tempat parkir : dokpri
Tempat parkir : dokpri

Berhubung akhir pekan, suasana di tempat parkir baik roda empat maupun roda dua cukup ramai.

Pintu gerbangnya cukup unik karena berbentuk tembereng dengan tiga buah pintu berbentuk lengkungan di atasnya.

"Gebang  Letjen Mashudi Taman Hutan Raya Ir. H. juanda," denikaina tertulis do atas pintu.
Setelah membeli tiket masuk sebesar 17 ribu per orang dan parkir 12 ribu untuk kendaraan roda 4, kami masuk ke area taman.  

Tiket masuk: dokpri
Tiket masuk: dokpri

Berhubung bertepatan dengan waktu makan siang,kami memutuskan mampir sejenak ke sebuah resto yang berlantai 3 yang tepat ada di dekat pintu gerbang.  Sementara di bagian dalam taman hutan , deretan hutan pinus yang cukup lebatmenyambut dan seakan mengucapkan selamat datang kepada seluruh pengunjung.

Suasana di resto: dokpri
Suasana di resto: dokpri

Udara kebetulan agak mendung siang itu. Sambil menunggu pesanan mie tel-tek serta ayam bakar, saya memperhatikan denah kawasan taman hutan raya yang ada pada tiket masuk.

Selamat datang di THR Juanda : dokpri
Selamat datang di THR Juanda : dokpri

Denah ini menunjukkan tempat -tempat menarik di sono seperti Gua Belanda, Gua Jepang, penangkaran rusa, dan beberapa curug atau air terjun yang ada di sini.

Denah kawasan: dokpri
Denah kawasan: dokpri

Setelah sesuai makan siang, kamu memulai jalan- jalan dan kembali menemukan sebuah denah dalam ukuran besar di papan informasi.  Di sini dijelaskan secara lebih rinci mengenai Taman Hutan Raya Ir H Juanda ini.  Denah juga disertai gambar dan Lokasi tempat menarik seperti Curug Dago dan Prasasti Kerajaan Thailand, monumen Ir H. Juanda, museum dan Plaza terbuka.

Prasasti bahasa Sunda : dokpri 
Prasasti bahasa Sunda : dokpri 

Kami terus berjalan dan kemudian bertemu dengan sebuah prasasti berbahasa Sunda yang ditulis dengan aksara Latin dan Sunda.

"Wilujeng Sumping di Taman Hutan Raya Ir. haji. Juanda Bandung,  Miara Leuweng Anjangeuj Urang  Sarerea,"  yang  artinya  Selamat Datang di Tahura Ir H Juanda, Mari Kita Semua Melestarikan Hutan.

Jalur kehidupan : dokori
Jalur kehidupan : dokori

Pada papan informasi yang lain ada lagi tulisan "Selamat Datang di Jalur Penyangga Kehidupan" disini dijelaskan bahwa kawasan ini ternyata merupakan daerah yang ikut menyangga kehidupan manusia di sekitar termasuk pulau Jawa Bali dan bahkan Indonesia.

Jembatan: dokpri 
Jembatan: dokpri 

Di hadapan ada sebuah jembatan kayu yang lumayan cantik yang membentang di atas sebuah sungai yang lumayan lebar dan deras airnya. Jembatan ini terlihat cantik dengan adanya lengkungan di bagian tengah.

Reuni: dokpri
Reuni: dokpri

Sesampainya di seberang sungai, ada jalan setapak yang dibeton dan saya belok kiri mengikuti langkah kaki . Di sebelah kiri di tepi sungai ada sekumpulan orang yang sedang melakukan reuni rupanya salah satu SD di Bandung angkatan tahun 1973-an wah kalau SD nya 50 tahun yang lalu, sekarang usia mereka paling tidak sudah kepala enam.

Selain  pinus, ada beragam jenis pohon yang ada di taman hutan raya ini.  Biasanya ada penanda kecil yang menunjukkan nama spesies dan keterangan pohon tersebut.  Salah satu yang menarik dan diberikan papan keterangan dalam ukuran agak besar adalah sebuah pohon pasang (qercus sp) yang ditanam oleh Bu Tien Soeharto pada 14 Januari 1985. Pohon ini batangnya terlihat langsing dan tinggi menjulang.

Pohon pasang
Pohon pasang

Selain pohon pasang, saya kuat menemukan jenis anggrek yang konon paling kecil di dunia dengan nama Latin Taeniopghyllum Sp.  Wah menarik juga jalan-jalan di Tahura ini karena bisa melihat dan mengenal berbagai jenis tanaman langka .

Anggrek terkecil: dokpri
Anggrek terkecil: dokpri

Mengingat luasnya kawasan ini, ada juga tempat penyewaan sepeda. Namun saya melihat semua tidak ada satu pun sepeda dna keterangan lebih lanjut di sini. Akhirnya kami menuju ke sebuah mushola untuk sholat dhuhur  di dekatnya ada warung yang menjual makanan dan minuman.

Suasana di THR Juanda : dokpri 
Suasana di THR Juanda : dokpri 

Perjalanan kemudian dilanjut dengan menyusuri jalan aspal  yang lumayan nyaman. Di sini juga ada angkutan mobil terbuka untuk menuju ke Gua Belanda. Namun berjalan kaki tampaknya lebih mengasyikan.

Suasana hutan: dokpri
Suasana hutan: dokpri

Berjalan sekitar 5 menit, ada sebuah petunjuk menuju ke Gua Jepang. Jalannya tampak menurun dan banyak sekali anak tangga.  Ada juga larangan untuk memberi makan kera atau monyet yang banyak berkeliaran dengan bebas di sini.

Jualan suvenir:dokpri
Jualan suvenir:dokpri

Asyik juga berjalan santai menuju ke Gua Jepang. Di sepanjang jalan ada berbagai fasilitas baik toilet maupun mushola yang sayangnya kondisinya sepertinya agak kurang terawat. Ad ajuga warung menjual jagung bakar dan berbagai kerajinan khas Sunda.

Gua Jepang: dokpri
Gua Jepang: dokpri

Gua Jepang pun tidak lama kemudian mulai tampak di sebelah kanan jalan. Mulut gua tidak terlalu besar dengan tulisan Gua Jepang. Ada beberapa mulut gua dan di depannya banyak pemandu wisata yang menawarkan jasa sekian juga menawarkan penyewaan senter.  

Mulut gua: dokpri
Mulut gua: dokpri

Namun saya lebih suka menjelajah sendiri dan bisa menggunakan cahaya yang ada dari gadget saja.

Gua Jepang ini konon dibangun saat zaman Jepang dan dijadikan tempat perlindungan sekaligus mengatur strategi melawan belanda.  Namun karena kondisi sangat lembab saya tidak masuk terlalu jauh dari mulut gua.

Jalan naik dari gua Jepang: dokpri 
Jalan naik dari gua Jepang: dokpri 

Dari gua Jepang, perjalanan tidak dilanjutkan ke gua Belanda melainkan kembali ke warung makanan di dekat musolah. Hujan rintik-rintik mulai turun, sambil menikmati goreng pisang dan kopi kami bersantai di warung.

Namun tiba-tiba saja beberapa ekor monyet datang menghampiri dan mengambil makanan yang tersedia di meja. Pemilik warung segera menghalau monyet-monyet itu, tetapi sesekali mereka masih semoat juga menyerbu dan mencuri makanan.

Patung di plaza
Patung di plaza

Ketika hujan mulai reda, saya berjalan menuju ke plaza terbuka dan kemudian melihat sebuah monumen dengan patung dada Ir. H. Juanda .

Di bawah patunh  ada prasasti yang ditandatangani presiden Soeharto pada 14 Januari 1985. Tanggal yang sama dengan penanaman pohon pasang oleh Ibu Tien.

Prasasti : dokpri
Prasasti : dokpri

Sebenarnya masih banyak tempat menarik yang belum sempat dikunjungi. Namun karena ada keperluan ke tempat lain di Bandung, kami mengakhiri kunjungan pagi menjelang siang ini dan berjanji akan mampir lagi di kemudian hari.

Dalam perjalanan, saya masih teringat kelakuan monyet-monyet nakal yang mencuri makanan di warung tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun